Suku Bugis - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku-bugis Wed, 28 Dec 2022 02:21:33 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Suku Bugis - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku-bugis 32 32 100+ Kosakata Dasar dalam Bahasa Bugis https://haloedukasi.com/kosakata-dasar-dalam-bahasa-bugis Wed, 28 Dec 2022 02:20:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=40441 Suku Bugis termasuk kelompok Suku yang paling banyak berada di Sulawesi Selatan. Namun, tahukah kamu bahasa apa yang dipakai oleh etnis Bugis dalam kehidupan sehari-harinya? Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Bugis. Tutur ini merupakan salah satu dari rumpun bahasa Austronesia selain Bahasa Batak dan Minangkabau. Tuturan ini banyak digunakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan, seperti […]

The post 100+ Kosakata Dasar dalam Bahasa Bugis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Bugis termasuk kelompok Suku yang paling banyak berada di Sulawesi Selatan. Namun, tahukah kamu bahasa apa yang dipakai oleh etnis Bugis dalam kehidupan sehari-harinya?

Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Bugis. Tutur ini merupakan salah satu dari rumpun bahasa Austronesia selain Bahasa Batak dan Minangkabau. Tuturan ini banyak digunakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan, seperti di Kabupaten Maros, Kabupaten Barru, dan Kabupaten Bone.

Jika kamu tertarik ingin mempelajari beragam bahasa daerah seperti Bahasa Bugis, boleh simak beberapa kosa kata dasar yang akan dijelaskan pada uraian berikut.

Daftar Kosakata Dasar yang digunakan dalam Bahasa Bugis

Kosakata Angka

Bahasa IndonesiaBahasa Bugis
NolNol
Satu                     Seddi
Dua                      Duwa
Tiga            Tellu
Empat                     Eppa
Lima                  Lima
Enam               Enneng
Tujuh            Pitu
Delapan      Aruwa
Sembilan                  Asera
Sepuluh             Seppulo

Kosakata Warna

Bahasa IndonesiaBahasa Bugis
Putih  Pute
Hijau   Cémbulo   
Merah     Cella’                 
Kuning Ridi  
Biru Gawu 
PinkLango-lango       
CoklatSikola’        
Ungu Longkolame

Kosakata Ucapan Sehari-Hari

Bahasa IndonesiaBahasa Bugis
Selamat pagi         Salama’ ele
Selamat Malam   Salama Wenni
Apa kabar?        Aga Kareba   
Terima kasih     Tarima kasi’
Maaf               Tabéq
Selamat tinggal     Salama’ki      
Tolong                Ewaika’
Aku cinta kamu     U puji’ki an’dri
Nama kamu siapa?  Iga asengmu?
Apakah kamu senang? Sennang moki’ ga?
Domisili di mana?Tegaki monro?
Mari pulang        Talisuna
Kapan kembali?       Siagae mulisu?

Kosakata Dasar

Bahasa IndonesiaBahasa Bugis
Saya                      Iyya
Dia               Alena        
Kamu                  Iko
Mereka                 Iya maneng
Laki-laki                Urane
Perempuan       Makkunrai
Manusia               Tau
Mata            Mata
Telinga            Culi
Hidung          Inge’
Mulut                 Timu
Lidah                      Lila
Gigi                        Isi
Kepala          Ulu
Rambut        Gemme’
Perut                 Babbua
Tangan        Lima
Kaki       Aje
Besar         Maloppo
Kecil                 Mabiccu’
Panjang           Malampe
Pendek             Maponco’
Lebar       Mallebba’
Sempit         Macipi’
Banyak         Maega
Sedikit        Ce’de
Dingin      Makecce
Panas           Kémmu
Tebal           Maumpe’
Tipis     Manipi’
Cantik        Mabelo
Ganteng         Marege
Jelek           Jak
Ketawa     Cawa
Menangis Teri
Marah        Macai
Sayang       Mappoji
Murah        Masempo
Mahal         Masoli
Enak        Massapodda
Membusuk  Mawari
Jalan         Jokka
Berdiri      Tettong
Duduk        Tudang
Tidur          Leu
Berpergian  Ma’juleta
Pulang      Lisu
Berkeluyuran Leta
Berjumpa     Siruntu
Cerdas       Acca
Bodoh         Beleng
Air           Wae
Sakit Madako
Belajar      Mangguru
Menulis      Maroki
Menghitung Mabbilang
Membaca   Mabbaca
Menghafal Makkafala
Melihat          Makkita
Berfikir     Mappikkiri
Mendengar  Marengkalinga
Diam        Mammekko
Makan    Manre
Minum     Minung
Pacar      Canring
Janji       Janci
Hati-hati Makkaritut
Belanja Ma’balanca
Bekerja Ma’jama
MemancingMammeng
Membayar  Makkamaja
Membeli Mengelli
P­emenang   Jado
Matahari Mataesso
Bintang     Bintoeng
BulanUleng
Salju  Saléju
Hujan Bosi
AnginAnging
Haus Dekka
Lapar Maliwase’ng
Itu   Yaro
Ini      Yae
Situ Akkoro
Sini Akkoe
KotorMarota
Bersih Mappacci
Tumpul Makunru
Tajam Taréng
Basah Marica
Kering Marakko
Bermain Maccule
Bernyanyi   Makkelong
Menjahit Ma’jai
Kiri    Kiri
Kanan Kanang
Jauh   Mabela
Dekat  Macawe
Mencuci     Mabbissa
Menggosok  Goso’
Memeras   Pérra
Memegang  Makkatenni
Jatuh  Mabuang
Terbang     Luttu’
Berenang Lange
Berburu      Mattolu
Menggali     Kae
Mencoret      Maccore
Memberi      Péreng
Es       Ese’
Api    Api
Debu  Alulu
Mati    Mate
Hidup Tuo
Bagaimana   Pékkugi
Kapan Uppanna
Di mana Kega
Apa    Aga
Siapa Niga

Kosakata Nama Keluarga

Bahasa IndonesiaBahasa Bugis
Ayah                     Mangge
Ibu Anrong
Anak                   Ana’
Kakak                Daeng           
Adik                    Andi
Kakek                 Lato’       
Nenek               Nene’
Tujuh            Pitu
Delapan      Aruwa
Sembilan                  Asera
Sepuluh             Seppulo
Buyut        Nene Uttu’
Cucu               Eppo
Cicit                          Cucu kolantu
Mertua                  Matua
Besan              Beseng
Menantu           Menettu
Istri                    Bine
Suami              Lakkai
Bibi                           Inaure
Paman             Amure
Sepupu           Sappo
KeponakanAnaure

The post 100+ Kosakata Dasar dalam Bahasa Bugis appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Tradisi Suku Bugis Beserta Penjelasannya https://haloedukasi.com/tradisi-suku-bugis Mon, 05 Apr 2021 03:36:48 +0000 https://haloedukasi.com/?p=23559 Suku Bugis adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang mendiami Pulau Sulawesi Selatan. Suku Bugis memiliki berbagai macam keanekaragaman budaya yang unik dan menarik untuk kita pelajari. Berikut ini tradisi atau adat yang dimiliki oleh Suku Bugis. 1. Upacara Mappalili Upacara Mappalili adalah salah satu upacara yang masih dipegang teguh dan terus dilestarikan oleh masyarakat […]

The post 5 Tradisi Suku Bugis Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Bugis adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang mendiami Pulau Sulawesi Selatan. Suku Bugis memiliki berbagai macam keanekaragaman budaya yang unik dan menarik untuk kita pelajari. Berikut ini tradisi atau adat yang dimiliki oleh Suku Bugis.

1. Upacara Mappalili

Upacara Mappalili

Upacara Mappalili adalah salah satu upacara yang masih dipegang teguh dan terus dilestarikan oleh masyarakat Bugis khususnya di Kabupaten Pangkep. Tradisi ini adalah suatu pesta yang dilakukan setiap satu tahun sekali pada musim bertanam di sawah. Sebagian besar masyarakat Bugis bermata pencaharian sebagai petani. Tak heran jika tradisi ini masih bertahan hingga saat ini.

Mappalili berasal dari kata palili yang bermakna keliling sedangkan arti mappalili sebenarnya adalah  penanda dimulainya waktu menanam di ladang atau dalam bahasa Bugis artinya adalah menjaga tanaman padi dari gangguan yang dapat menyebabkan gagal panen.

Upacara ini dianggap sangat sakral oleh masyarakat lokal. Mereka percaya jika upcara ini tidak dilaksanakan maka semua harapan akan sia-sia. Upacara ini diawali dengan membangunkan benda pusaka atau disebut dengan ritual mattedu aranjang.

Benda pusaka tersebut merupakan alat bajak yang terbuat dari kayu yang tidak memiliki sambungan. Setelah itu ritual selanjutnya adalah membersihkan benda tersebut kemudian dibungkus dengan kain putih dan dilanjutkan dengan ritual mattunu pelleng dan mallise walasuji.  

2. Sigajang Leleng Lipa

Sigajang Leleng Lipa

Tradisi sigajang leleng lipa adalah sebuah tradisi yang harus diadakan oleh masyarakat Bugis ketika mereka tidak menemui kesepakatan ketika berdiskusi. Sigajang leleng lipa dilakukan oleh para leleku Bugis dengan cara berkelahi di dalam sarung dengan menggunakan senjata khas Bugis yaitu badik. Tradisi ini sudah ada sejak zaman kerajaan Bugis dan menjadi jalan terakhir untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Sarung yang digunakan sebagai pembatas adalah simbol persatuan suku Bugis. Tradisi ini membahayakan bagi yang melaksanakannya oleh sebab itu masyarakat Bugis sangat menghindari hal ini terjadi. Mereka memiliki semboyan yang jika diterjemahkan maka artinya adalah “Ketika badik telah keluar dari sarungnya, pantang diselip di pinggang sebelum terhujam di tubuh lawan”. Semboyan tersebut memiliki filosofi yakni suatu masalah dapat diselesaikan dengan mencapai solusi yang terbaik tanpa harus menggunakan badik yang dapat melukai lawannya.

3. Mapalette Bola

Mapalette Bola

Mapalette Bola adalah sebutan untuk sebuah tradisi pindahan rumah yang dilakukan oleh suku Bugis. Ketika pindah rumah, masyarakat lain akan mengemasi barang-barang mereka namun hal ini tidak berlaku untuk masyarakat Bugis. Mereka akan memindahkan sekaligus rumah mereka yang diangkat oleh puluhan hingga ratusan warga lainnya. Masyarakat Bugis mempercayai rumah mereka itu sakral dan bukan hanya sekedar tempat tinggal saja.

Umumnya orang-orang Bugis akan memindahkan rumah mereka jika tanah tempat berdiri rumah tersebut dijual. Oleh sebab itu rumah suku bugis yang merupakan rumah panggung ini memiliki konstruksi yang mudah dibongkar pasang agar mudah dipindahkan. Sebelum rumah dipindahkan pemilik akan mengadakan doa terlebih dahulu dan memindahkan seluruh barang pecah belah atau yang mudah bergerak. Proses pemindahan dilakukan oleh kaum laki-laki dan dipimpin oleh seorang kepala adat.

4. Massallo Kawali

Massallo Kawali

Masallo kawali adalah sebuah permainan tradisional yang biasa dilakukan oleh masyarakat suku Bugis. Permainan ini sejenis dengan permainan tradisional gobak sodor hanya saja pada masallo kawali membawa senjata badik atau kawali. Senjata tersebut dibawa oleh kelompok yang bertahan untuk menghalau tim lawan. Permainan ini berasal dari perang para perajurit kerajaan Bone.

Permainan ini akan dimainkan oleh dua kelompok atau tim dengan masing-masing terdiri dari tiga orang pemain. Badik atau kawali yang digunakan merupakan senjata asli. Karena itu sebelum dilakukannya permainan ini diperlukan adanya ritual untuk kelancaran dan keselamatan baik pemain maupun penonton. Permainan ini juga merupakan simbol dari semangat patriotisme para pemuda bugis untuk menjaga kehormatan tanah kelahiran dan harga diri.

5. Angngaru

Angngaru

Tradisi Angngaru adalah suatu tradisi pengucapan sumpah atau ikrar yang dilakukan oleh orang-orang Bugis Gowa pada zaman dahulu. Biasanya orang yang mengucapkan ikrar tersebut adalah seorang abdi raja kepada rajanya, raja kepada abdinya, ataupun raja kepada rakyatnya.

Istilah angngawru diambil dari kata “aru” yang artinya sumpah sedangkan angngaru sendiri artinya adalah bersumpah. Orang yang akan melakukan sumpah disebut dengan tubarani. Tubarani akan berlutut dengan tegap dihadapan raja atau pemerintah. Sedangkan tangan kanannya memegang badik yang terhunus dan wajah menghadap ke depan tanpa ada keraguan sedikitpun.

Pada zaman dahulu sumpah ini sering dilakukan oleh para prajurit sebelum berangkat ke medan perang. Prajurit akan disumpah untuk mempertahankan daerah kekuasaan kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum musuh yang dihadapi kalah. Tradisi ini dipercaya mampu untuk membangkitkan semangat dan rasa ksatria para prajurit.

The post 5 Tradisi Suku Bugis Beserta Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
3 Kebudayaan Suku Bugis dan Penjelasannya https://haloedukasi.com/kebudayaan-suku-bugis Sun, 15 Nov 2020 10:47:11 +0000 https://haloedukasi.com/?p=14888 Indonesia memiliki berbagai macam suku yang tersebar, salah satunya yaitu suku bugis. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kebudayaan suku bugis. 1. Perkawinan Ideal Perkawinan yang ideal menurut kebudayaan suku bugis, yaitu: Assialang Marola, merupakan perkawinan antara saudara sepupu sederajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Assialana, merupakan perkawinan antara saudara sepupu sederajat […]

The post 3 Kebudayaan Suku Bugis dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia memiliki berbagai macam suku yang tersebar, salah satunya yaitu suku bugis. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kebudayaan suku bugis.

1. Perkawinan Ideal

Perkawinan yang ideal menurut kebudayaan suku bugis, yaitu:

  • Assialang Marola, merupakan perkawinan antara saudara sepupu sederajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
  • Assialana, merupakan perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
  • Ripanddeppe’ mabelae, merupakan perkawinan antara saudara sepupu sederajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

2. Perkawinan yang Dilarang atau Sumbang

Perkawinan yang dilarang atau sumbang menurut kebudayaan suku bugis yaitu anak dengan ibu atau ayah, saudara sekandung, menantu dan mertua, paman atau bibi dengan kemenakannya, kakek atau nenek dengan cucu.

3. Kegiatan yang Dilakukan Sebelum Perkawinan

Dalam kebudayaan suku bugis, ada kegiatan yang dilakukan sebelum perkawinan, yaitu:

  • Mappuce-puce, merupakan kunjungan dari keluarga si laki-laki kepada keluarga si gadis untuk mengadakan peminangan.
  • Massuro, merupakan kunjungan dari utusan pihak keluarga laki-laki kepada keluarga si gadis untuk membicarakan waktu pernikahan, jenis sunreng (mas kawin), dan sebagainya.
  • Maduppa, merupakan pemberitahuan kepada seluruh kaum kerabat mengenai perkawinan yang akan datang.

The post 3 Kebudayaan Suku Bugis dan Penjelasannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Bugis: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-bugis Wed, 19 Aug 2020 18:28:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=9463 Suku Bugis adalah suku bangsa Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan. Menurut data BPS Tahun 2010, jumlah suku Bugis di Indonesia mencapai 6.359.700 orang atau 2,69 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.  Apa itu Suku Bugis? Suku Bugis adalah salah satu suku bangsa yang mendiami sebagian besar Jazirah selatan Pulau Sulawesi yang dikenal dengan provinsi […]

The post Suku Bugis: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Bugis adalah suku bangsa Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan. Menurut data BPS Tahun 2010, jumlah suku Bugis di Indonesia mencapai 6.359.700 orang atau 2,69 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. 

Apa itu Suku Bugis?

Suku Bugis adalah salah satu suku bangsa yang mendiami sebagian besar Jazirah selatan Pulau Sulawesi yang dikenal dengan provinsi Sulawesi Selatan. Dari daerah ini pulalah suku Bugis berasal.

Kata “Bugis” sendiri berasal dari kata To Ugi, yang artinya orang Bugis. “Ugi” sejatinya adalah raja La Sattumpugi yakni raja dari kerajaan Cina pertama yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo.

Rakyat kerajaan ini kerap menamakan atau mengidentikkan dirinya sebagai “Ugi” atau pengikut La Sattumpugi.

Lalu, siapakah La Sattumpugi?

La Sattumpugi adalah ayah We Cudai sekaligus saudara Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Pernikahan antara Sawerigading dan We Cudai melahirkan beberapa anak, salah satunya La Galigo.

Sejarah Perkembangan Suku Bugis

Menurut para ahli, suku Bugis adalah salah satu suku yang tergolong ke dalam bangsa Deutero  Melayu atau bangsa Melayu Muda.

Bangsa ini berasal dari Dongson di Vietnam Utara  dan masuk ke Nusantara sekitar 500 SM melalui jalan barat yaitu melalui Semenanjung Melayu terus ke Sumatera dan kemudian menyebar ke wilayah Indonesia yang lain.  

Keturunan bangsa Deutero Melayu ini berkembang menjadi beberapa suku, termasuk suku Bugis,  dan membentuk beberapa kerajaan yang mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri.

Tercatat, ada beberapa kerajaan Bugis klasik yang membentuk suku Bugis antara lain kerajaan Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang.

Masyarakat suku Bugis kemudian berkembang hingga memiliki keterkaitan etnik dengan suku Makassar dan suku Mandar karena adanya proses pernikahan.

Akibat proses ini, kta dapat menemukan beberapa daerah peralihan antara suku Bugis dengan suku Makassar seperti Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan.

Adapun daerah peralihan antara suku Bugis dengan suku Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.

Hingga kini, orang Bugis tercatat menyebar ke beberapa pulau seperti pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Di luar negeri seperti Malaysia dan Singapura juga dapat ditemui suku Bugis.

Ciri Khas Suku Bugis

Suku Bugis memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari suku lainnya, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa yang gemar merantau. Karena itu, tak mengherankan jika mereka sangat mahir dalam membuat perahu pinisi.
  • Mereka juga mampu mendirikan sebuah kerajaan tanpa ibukota kerajaan sebagai pusat kegiatan.
  • Suku Bugis merupakan suku yang mampu menjadikan agama Islam sebagai bagian integral dan penting dalam adat istiadat dan budaya.
  • Suku Bugis memiliki karakter keras serta menjunjung tinggi kehormatan.

Pakaian Adat Suku Bugis

Pakaian Adat Suku Bugis

Secara umum, terdapat dua macam pakaian adat suku Bugis, yaitu pakaian adat untuk acara tertentu seperti pernikahan dan pakaian tradisional yang dikenakan sehari-hari.

1. Pakaian adat untuk pernikahan

Untuk mempelai wanita, biasanya mengenakan baju bodo berupa kain sarung berwarna cerah dan bermotif kotak-kotak. Asesoris yang dikenakan antara lain perhiasan gelang bersusun, dan kalung. Rambut disanggul dan dihiasi dengan kembang goyang,

Adapun untuk pakaian pengantin pria, pakaian adat yang dikenakan berupa baju jas model tertutup atau baju bella dada, mengenakan rope yakni kain sarung songket, dan pada bagian kepala mengenakan siagra.

Kemudian, di bagian pinggang terselip sebuah keris. Keris yang digunakan biasanya keris pasang timpo, yaitu keris yang separuhnya terbungkus emas atau keris tataroppeng, yaitu keris yang seluruhnya terbungkus emas.

2. Pakaian tradisional yang digunakan sehari-hari

Adapun pakaian tradisional yang digunakan sehari-hari untuk pria adalah baju lengan panjang, kain pelekat, kopiah atau sorban sebagai penutup kepala.

Untuk perempuan, pakaian yang dikenakan adalah baju lengan panjang, kain atau batik, selendang atau bercongko’ sebagai penutup kepala.

Agama yang dianut Suku Bugis

Jauh sebelum masyarakat suku Bugis mengenal agama, mereka memiliki sistem kepercayaan sendiri yakni percaya pada dewa yaitu dewa Seuwae yang berkedudukan di Boting Langit atau langit tertinggi.

Untuk menghormati sang dewa ini, masyarakat suku Bugis biasanya mengadakan ritual dengan cara memberikan sesajen sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Selain percaya pada dewa, masyarakat suku Bugis juga percaya pada beberapa hal berikut.  

  • Berbagai macam makhluk halus yang menghuni pohon-pohon, puncak gunung, dan persimpangan jalan. Agar makhluk-makhluk tersebut tidak mengganggu, diberikan semacam sesaji.
  • Adanya kekuatan gaib pada benda-benda dan objek lainnya, seperti jimat dan makam-makam keramat.
  • Manusia jadi-jadian, seperti poppok, parakang, asu patting, salimpo atau pontianak, dan donga.
  • Beberapa hewan tertentu yang dapat memberikan firasat suatu keadaan, misal serrak, kupu-kupu, dan cicak.
  • Peruntungan berdasarkan hari baik dan hari buruk. Di sini, masyarakat suku Bugis percaya pada ahli kutika untuk mencarikan hari baik ketika akan melakukan sesuatu (hajat atau kepentingan lainnya).
  • Bulan Muharram dan Zulkaidah adalah bulan yang harus dihindari untuk melakukan sesuatu (hajat atau kepentingan lainnya) karena dipercaya bisa membawa bencana, jika dilanggar.

Sisa-sisa kepercayaan ini masih ada hingga sekarang, terlihat pada orang To Lotang di Kabupaten Sindenreng-Rappang, dan pada orang Amma Towa di Kajang, Kabupaten Bulukumba.

Setelah agama Islam masuk wilayah tersebut pada abad ke-17 dan diterima oleh sebagian raja-raja di Sulawesi Selatan, hampir sebagian besar masyarakat suku Bugis pun turut menganut agama Islam.

Rumah Adat Suku Bugis

Rumah Adat Bugis

Paling tidak, ada tiga macam rumah adat suku Bugis yaitu sao raja, sao piti, dan bola.

  • Sao raja adalah rumah yang ditempati khusus oleh mereka yang berstatus tinggi seperti raja dan keturunannya serta para bangsawan. Rumah ini berukuran besar dan biasanya dibangun bertingkat dengan atap bersusun tiga atau lebih.
  • Sao piti adalah rumah yang ditempati oleh kelompok masyarakat menengah. Rumah jenis ini berukuran lebih kecil dibanding rumah bangsawan dengan atap bersusun dua.
  • Bola adalah rumah yang ditempati oleh rakyat biasa.

Rumah adat suku Bugis merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu. Untuk bagian atap biasanya terbuat dari sirap, rumbia atau seng.

Umumnya, rumah adat suku Bugis terdiri atas tiga bagian yaitu rakkeang, ale-bola, dan awaso.

  • Rakkeang atau botting langi adalah bagian atas rumah yang terletak di bawah atap. Fungsinya adalah untuk menyimpan bahan pangan, benda-benda pusaka, dan sebagai tempat untuk anak perempuan yang belum menikah.
  • Ale-bola atau ale-kawa adalah ruang bagian tengah yang terbagi dalam ruang-ruang khusus, antara lain ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, dan dapur.
  • Awa bola atau Awasao adalah rumah bagian bawah atau kolong rumah yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat pertanian, alat penangkap ikan, kandang ternak, dan lain sebagainya.

Bahasa yang digunakan Suku Bugis

Bahasa yang digunakan suku Bugis dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Ugi atau bahasa Bugi.

Menurut klasifikasi Esser, bahasa Bugis dapat dikelompokkan ke dalam bahasa-bahasa orang Lawu, Sa’dan, Mandar, Pitu Ulunna Sallu, Makasar dan Seko.

Bahasa Bugis juga memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bone, Soppeng, Luwuk, Wajo, Bulukumba, Sidenreng, Pare-Pare dan lain-lain.

Orang Bugis juga telah mengenal tulisan sejak berabad-abad yang lalu sehingga memiliki tulisan sendiri yang disebut aksara lontarak.

Yang dimaksud dengan aksara lontarak adalah aksara tradisional yang dimungkinkan berasal dari huruf sansekerta yang ditulis di atas daun lontar.

Kebudayaan Suku Bugis

Kebudayaan suku Bugis dalam hal ini berkaitan dengan sistem kekerabatan, sistem politik, dan sistem ekonomi.

Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat suku Bugis disebut dengan assiajingeng yang bersifat bilateral yakni sistem kekerabatan yang ditentukan berdasarkan garis keturunan ayah dan ibu.

Sistem ini berkembang dari suatu kelompok keluarga batih atau sianangmaranak yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak dari ayah dan ibu yang hidup dalam sebuah keluarga.

Perlu dipahami pula bahwa dalam sebuah keluarga Bugis, seringkali terdapat anggota keluarga yang lain seperti sepupu dan keponakan dari suami atau istri, nenek, dan kakek.

Anggota keluarga yang lain ini juga dimasukkan sebagai saudara atau sumpung lolo atau seajing. Kelompok kerabat dekat disebut dengan seajing mareppe sedangkan kelompok kerabat jauh disebut dengan seajing mabela.    

Terkait dengan pernikahan, masyarakat suku Bugis meyakini bahwa pernikahan yang ideal adalah sebagai berikut.

  • Siala massappo siseng yaitu pernikahan antara sepupu sederajat kesatu dan biasa dilakukan oleh kalangan bangsawan untuk menjaga derajat kemurnian darah. Pernikahan semacam ini disebut juga dengan assialang marola atau perjodohan yang sesuai.
  • Siang massappo kadua yaitu pernikahan antara sepupu sederajat kedua atau biasa juga disebut dengan asialanna memeng  yaitu perjodohan yang baik dan sangat serasi. 
  • Siala masappo katellu yaitu pernikahan antara sepupu sederajat ketiga atau biasa juga disebut dengan ripasilorongngengi atau ripadeppe mabelae.

Dalam proses pernikahan, pihak laki-laki memberikan mas kawin kepada pihak perempuan yang terdiri atas sompa dan lise’ kawing.

  • Sompa adalah persembahan yang disimbolkan dengan sejumlah uang rella’ sesuai dengan status perempuan yang akan dinikahi yang besarannya ditentukan oleh pihak keluarga perempuan.
  • Lise’ kawing adalah hadiah perkawinan atau mahar dalam Islam yang diberikan kepada pihak perempuan dalam bentuk uang atau mushaf Al Qur’an.

Prosesi pernikahan yang dilakukan masyarakat suku Bugis juga disertai dengan rangkaian upacara adat yang tidak dapat dilepaskan dari lima unsur pokok sistem adat masyarakat suku Bugis yaitu sebagai berikut.

  • Ade’ atau adat yaitu bagian dari pangaderrang yang berfungsi sebagai pandangan hidup bagi masyarakat suku Bugis.
  • Rapang atau undang-undang yaitu bagian dari pangaderrang yang bertujuan untuk menjaga serta menjamin kepastian hukum.
  • Wari atau perbedaan strata adalah bagian dari pangaderrang yang berfungsi mengklasifikasikan berbagai benda dan peristiwa dalam kehidupan manusia. Misalnya, dalam memelihara garis keturunan dan hubungan kekerabatan antarraja.
  • Bicara atau ucapan berarti bagian dari pangaderreng, yaitu mengenai semua kegiatan dan konsep-konsep yang bersangkut paut dengan hukum adat, acara di muka pengadilan, dan mengajukan gugatan.
  • Sara’ atau hukum berlandaskan ajaran agama adalah bagian dari pangaderreng, yang mengandung pranata hukum, dalam hal ini ialah hukum Islam.

Sistem  Pemerintahan

Sebagai sistem pemerintahan terkecil, sebuah kampung dalam masyarakat suku Bugis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  • Dipimpin oleh seorang kepala kampung (matowa, jannang, lompo’ toddo’)
  • Kepala kampung dibantu oleh sariang dan parennung.
  • Gabungan kampung disebut dengan wanua, pa’rasangan atau bori’.
  • Gabungan kampung dipimpin oleh arung palili atau sullewatang.

Sistem Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat suku Bugis yang tinggal di perkampungan daerah pantai adalah mencari ikan dengan menggunakan perahu layar tipe pinisi dan lambo.

Karena kemahirannya mengarungi lautan luas, suku Bugis dipandang sebagai suku yang mengembangkan kebudayaan maritim sejak abad ke-17.

Mereka juga telah mewarisi hukum niaga pelayaran yang disebut Ade ’allopiloping bicaranna pabbalue yang ditulis oleh Amanna Gappa pada lontar di abad ke-17.

Selain menangkap ikan, masyarakat suku Bugis juga bertani, berdagang, serta membuat beragam usaha kerajinan rumah tangga. 

Kesenian Suku Bugis

Beberapa kesenian suku Bugis di antaranya adalah seni kerajinan, seni sastra, seni tari, seni musik, dan seni teater atau seni drama.

1. Seni kerajinan

Salah satu seni kerajinan masyarakat adat suku Bugis yang sangat terkenal adalah seni kerajinan menenun kain sutera atau lipa’ sabbe (lipa’ sengkang).

Kain tenun sutera ini dibuat dengan menggunakan tangan serta peralatan yang masih sangat sederhana.

Selain kain tenun, masyarakat suku Bugis juga mahir dalam membuat beragam jenis senjata tradisional seperti kuawali atau badik, bangkung, bangkung lampe, tomba’ kapa’, dan pisau.

Senjata-senjata tersebut dibuat secara tradisional dan memiliki kegunaan masing-masing seperti berburu, berkebun, bertani, berperang, dan berlayar.

Mereka juga sangat mahir membuat beragam jenis perahu pinisi yakni perahu tradisional yang digunakan suku Bugis untuk berlayar.

2. Seni Sastra

Tidak sedikit naskah sastra kuno atau buku sastra kuno yang dihasilkan masyarakat suku Bugis, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Sure’ La Galigo yang isinya penuh dengan mitos dan peristiwa luar biasa lainnya.
  • Sure’ Baweng merupakan karya sastra berbentuk syair yang ditulis oleh Arung Pancana Toa

3. Seni tari

Salah satu tarian daerah yang berasal dari Bugis adalah tarian pajaga andi yakni tarian yang ditarikan oleh dua belas penari puteri yang mengenakan pakaian sarung dan baju bodo.

Tarian daerah lainnya adalah genderang bulo yakni tarian yang ditarikan oleh sekumpulan penari yang memegang dua buah tongkat bambu kecil.

4. Seni musik

Masyarakat adat suku Bugis juga memiliki beberapa alat musik tradisional seperti Jajjakang, Mappendendang, Orkes Taurido, dan Rebana.

5. Seni teater atau seni drama

Seni teater yang berasal dari suku Bugis adalah Kondobuleng. Menurut asal katanya, kata Kondobuleng berasal dari kata kondo atau bangau dan buleng atau putih. Dengan demikian, Kondobuleng berarti bangau putih.

Kondobuleng dimainkan secara spontan dengan cerita yang bersifat simbolik, dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan, dipadukan dengan gerak stilasi.    

The post Suku Bugis: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>