Suku dayak - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku-dayak Mon, 02 Jan 2023 09:40:16 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Suku dayak - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku-dayak 32 32 10 Macam Bahasa Dayak yang Penting untuk Diketahui https://haloedukasi.com/macam-bahasa-dayak Mon, 02 Jan 2023 09:40:13 +0000 https://haloedukasi.com/?p=40570 Indonesia dianugerahi dengan keberagaman mulai dari ras, suku, agama, bahasa, hingga adat istiadat. Masing-masing dari keberagaman tersebut memiliki jumlah mencapai ribuan, salah satunya bahasa. Bahasa daerah yang dimiliki Indonesia sangat beragam dan berbeda-beda tiap daerah. Bahkan, untuk satu jenis bahasa daerah saja bisa memiliki perbedaan tergantung suku dan tempat dimana ia dituturkan. Misalnya bahasa Dayak […]

The post 10 Macam Bahasa Dayak yang Penting untuk Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia dianugerahi dengan keberagaman mulai dari ras, suku, agama, bahasa, hingga adat istiadat. Masing-masing dari keberagaman tersebut memiliki jumlah mencapai ribuan, salah satunya bahasa. Bahasa daerah yang dimiliki Indonesia sangat beragam dan berbeda-beda tiap daerah. Bahkan, untuk satu jenis bahasa daerah saja bisa memiliki perbedaan tergantung suku dan tempat dimana ia dituturkan. Misalnya bahasa Dayak yang merupakan bahasa daerah Kalimantan.

Bahasa ini merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat suku Dayak yang merupakan suku asli Pulau Kalimantan yang sudah mendiami pulau tersebut sejak zaman dahulu. Meskipun yang kita kenal hanyalah suku Dayak secara umum, namun nyatanya suku yang tersebar di seluruh Pulau Kalimantan ini memiliki perbedaan sesuai tempat yang mereka diami.

Hal ini mengakibatkan bahasa yang mereka gunakan juga memiliki sedikit perbedaan antarbahasa Dayak. Daerah Kalimantan Tengah sendiri memiliki kurang lebih sebanyak 37 bahasa Dayak menurut penelitian yang diadakan oleh Balai Bahasa provinsi tersebut.

Angka tersebut pun belum merambah ke suku pedalaman yang ada di daerah hilir. Bisa dibayangkan sebanyak apa jumlah bahasa Dayak yang ada di satu Pulau Kalimantan. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang bahasa Dayak yang ada di Kalimantan, berikut ini dipaparkan beberapa jenis bahasa Dayak beserta penjelasannya.

Macam-macam Bahasa Dayak

  • Bahasa Dayak Ketungau Sesat (BDKS)

Bahasa Dayak ini memiliki jumlah penutur sekitar kurang lebih 28.000 orang. Bahasa Dayak jenis ini berasal dari suku dengan nama serupa, yaitu suku Dayak Ketungau Sesat.

Suku Dayak jenis ini kebanyakan dapat ditemukan di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Belitang, Sekadau Hilir, dan Sekadau Hulu.

  • Bahasa Dayak Kenyah

Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah yang merupakan minoritas di Kalimantan. Mereka dapat ditemukan khususnya di daerah Balikpapan, Kalimantan Timur.

Suku Dayak Kenyah memiliki subsuku yang biasa disebut dengan lepoq atau umaq. Tiap-tiap subsuku tersebut memiliki pengucapan bahasa Dayak yang berbeda di bagian akhir kata.

  • Bahasa Dayak Mualang (BDM)

Bahasa ini berasal dari salah satu subsuku Dayak yang ada di Kabupaten Sekadau, yaitu suku Dayak Mualang. Kata “Mualang” berasal dari nama sungai di Kabupaten Sekadau yang mengalir dari daerah Ketungau Tengah ke daerah Belitang.

Suku Dayak Mualang merupakan salah satu suku terbesar di Kabupaten Sekadau sehingga penutur Bahasa Dayak Mualang tergolong cukup banyak.

  • Bahasa Dayak Banyandu (BDB)

Bahasa ini masih banyak banyak digunakan oleh masyarakat kalimantan terutama di daerah Kalimantan Barat. Bahasa Dayak jenis ini berasal dari suku Dayak Banyandu yang dapat dijumpai di Kecamatan Banyuke Hulu, Kabupaten Landak.

Selain berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa Dayak Banyandu juga digunakan sebagai sarana untuk menuturkan cerita rakyat suku tersebut.

  • Bahasa Dayak Mali

Bahasa Dayak jenis ini berasal dari suku Dayak Mali. Mereka berdomisili di Kalimantan Barat, tepatnya di Kecamatan Balai Batang Tarang dan Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.

Bahasa Dayak ini tergolong sebagai salah satu bahasa Dayak yang hampir punah karena jumlah penuturnya yang hanya sekitar 6.963 orang saja.

  • Bahasa Dayak Menterap Kabut

Merupakan salah satu bahasa Dayak di Kabupaten Sekadau. Bahasa Dayak ini berasal dari suku Dayak Menterap Kabut yang dulunya bermukim di dekat Sungai Menterap namun kemudian berpindah ke daerah hulu Sungai Sekadau.

Suku penutur bahasa Dayak ini termasuk ke dalam rumpun Dayak Pantai yang biasanya bermukim di daerah sekitar sungai sehingga kehidupan mereka tidak akan jauh dari daerah aliran sungai. Kebanyakan masyarakatnya dapat ditemui di Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau.

Bahasa Dayak ini telah mengalami perkembangan dan percampuran dengan bahasa asing. Hal tersebut terjadi karena masyarakatnya kerap melakukan perkawinan campur dengan suku Dayak lainnya.

  • Bahasa Dayak Bekaeh

Berasal dari suku Dayak Bekaeh yang merupakan subsuku dari suku dayak yang tinggal di Sungai Biang, tepatnya di daerah hulu anak sungai Biay. Suku yang dapat dijumpai di daerah Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang ini memiliki bahasa Dayak yang termasuk dalam rumpun Bidayuhik.

  • Bahasa Dayak Ba`ahe

Merupakan salah satu bahasa Dayak yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Kalimantan karena memiliki penutur yang lumayan banyak. Bahasa Dayak jenis ini berasal dari suku Dayak Ba`ahe yang banyak dijumpai di daerah Kalimantan Barat, khususnya di Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang.

  • Bahasa Dayak Pompakng

Penutur bahasa ini banyak dijumpai di daerah Kalimantan Barat. Bahasa ini berasal dari suku Dayak Pompakng yang hidup di sepanjang pesisir Sungai Sekayam dan Sungai Kapuas. Pompakng sendiri memiliki arti pantai.

Karena cara hidup mereka yang suka bermukim di sepanjang pesisir sungai besar, maka mereka menyebut diri mereka sebagai Suku Dayak Pompakng.

Yang unik dari Bahasa Dayak jenis ini adalah selain menjadi identitas dan jati diri serta alat untuk berkomunikasi, ternyata juga digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah.

  • Bahasa Dayak Benuaq

Bahasa Dayak jenis ini sering dituturkan oleh anak suku Dayak yang ada di wilayah tengah, tepatnya di Kampung Jengan Danum, Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat.

Seperti bahasa Dayak lainnya, bahasa Dayak Benuaq juga digunakan sebagai alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam upacara adat suku Benuaq.

The post 10 Macam Bahasa Dayak yang Penting untuk Diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
5 Rumah Adat Kalimantan Timur https://haloedukasi.com/rumah-adat-kalimantan-timur Thu, 09 Jun 2022 00:12:39 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35323 Setiap provinsi di Indonesia mempunyai rumah tradisional yang disebut dengan rumah adat. Di provinsi Kalimantan Timur, rumah adat memiliki arsitektur yang unik dan penuh dengan makna filosopis. Terdapat 5 jenis rumah adat di provinsi Kalimantan Timur. Kelima rumah adat yakni Rumah Lamin, Rumah Adat Paser, Rumah Adat Bulungan, Rumah Betang, dan Rumah Adat Wehea. Rumah […]

The post 5 Rumah Adat Kalimantan Timur appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Setiap provinsi di Indonesia mempunyai rumah tradisional yang disebut dengan rumah adat. Di provinsi Kalimantan Timur, rumah adat memiliki arsitektur yang unik dan penuh dengan makna filosopis. Terdapat 5 jenis rumah adat di provinsi Kalimantan Timur.

Kelima rumah adat yakni Rumah Lamin, Rumah Adat Paser, Rumah Adat Bulungan, Rumah Betang, dan Rumah Adat Wehea. Rumah adat ini mempunyai ciri khas masing-masing dan pengaruh suku Dayak terhadap arsitektur menjadikan rumah adat tampak begitu indah.

Dari kelima rumah adat yang telah disebutkan di atas terdapat 2 rumah yang paling populer yakni Rumah Adat Bulungan dan Rumah Lamin. Pada Rumah Adat Bulungan mempunyai perpaduan nuansa Dayak, Melayu, Belanda, dan Islam. Sedangkan, Rumah Lamin memiliki nuansa Dayak yang mendominasi.

1. Rumah Lamin

Rumah Lamin merupakan rumah adat suku Dayak. Rumah Lamin dikenal sebagai rumah adat berbentuk rumah panggung yang panjang dan sambung menyambung serta terdiri atas bayak kamar. Panjang rumah adat ini adalah 300 meter dengan lebar 15 m dan tinggi 3 meter.

Pembangunan Rumah Lamin menggunakan kayu ulin dan kayu besi. Kedua kayu ini bersifat kuat dan tahan lama. Rumah Lamin dapat dihuni oleh sekitar 25-30 kepala keluarga suku Dayak atau sekitar 100 orang. Suku Dayak yang menghuni rumah adat ini berasal dari etnis Benuaq.

Rumah Lamin, rumah adat dengan panjang 300 m
Rumah Lamin, rumah adat suku Dayak Benuaq

2. Rumah Adat Bulungan

Rumah adat Bulungan terletak di daerah Tanjung Kelor. Bentuk rumah adat ini formal dan simetris. Hal ini merupakan hasil pengaruh dari Belanda. Pengaruh Melayu juga dapat terlihat pada penggunaan warna cerah pada bangunan yakni warna hijau, kuning, dan merah.

Rumah adat Bulungan dulu berfungsi sebagai tempat pertemuan kesultanan. Rumah adat ini juga banyak mendapat pengaruh Islam. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya ukiran bahasa Arab pada bangunan rumah.

Rumah adat Bulungan di Kalimantan Timur
Rumah adat Bulungan yang dulu digunakan sebagai balai pertemuan kesultanan

3. Rumah Adat Paser

Rumah Adat Paser adalah rumah adat yang dihuni oleh suku Paser. Rumah ini mampu menampung 2-3 kepala keluarga yang terdiri dari anak menantu serta saudara ibu dan bapak. Rumah ini terbuat dari kayu dan berbentuk panggung.

Rumah adat Paser didirikan di tepi sungai. Hal ini mengikuti kepercayaan suku Paser bahwa sungai merupakan sumber kehidupan. Rumah panggung ini dibangun 2 meter dari permukaan tanah. Sebelum mengenal paku, suku Paser menggunakan rotan sebagai pengikat pada atap rumah.

Rumah Adat Paser yang berasal dari suku Paser
Rumah Adat Paser

4. Rumah Betang

Rumah adat Betang merupakan rumah adat yang memiliki arti memanjang atau membentang. Rumah Betang mempunyai panjang 100-150 meter, lebar 50 meter dan tingginya mencapai 5 meter. Rumah adat ini juga dibangun di sekitar sungai, sama seperti Rumah Adat Paser.

Rumah Betang termasuk rumah adat yang megah. Bangunan rumah ini biasanya dihuni oleh 5-6 kepala keluarga. Rumah adat ini memiliki tangga yang hanya bisa dilalui oleh satu orang dan dapat dinaikkan saat malam menjelang.

Rumah Betang dengan tangga yang bisa dinaikkan
Rumah Betang, salah satu rumah adat di provinsi Kalimantan Timur

5. Rumah Adat Suku Wehea

Rumah adat ini merupakan rumah adat yang dimiliki oleh suku Dayak Wehea. Suku ini juga mempunyai sebutan lain yakni suku Wahau. Adapun rumah adatnya disebut sebagai Eweang. Rumah adat Eweang berbentuk rumah panggung yang panjang.

Rumah Eweang saling terhubung dengan rumah lainnya dengan bantuan jembatan. Jembatan penghubung antar rumah ini disebut sebagai teljung. Rumah adat ini terbuat dari kayu dan atapnya sekarang menggunakan seng.

Rumah adat suku Wehea
Rumah Eweang yang dihubungkan jembatan antar rumahnya

Ciri Khas Rumah Adat Kalimantan Timur

Rumah-rumah adat yang berada di provinsi Kalimantan Timur memiliki beberapa ciri khas. Keunikan ini dapat dilihat dari material, bentuk rumah, warna dan ukiran yang terdapat pada bangunan.

  • Menggunakan Bahan Bangunan Khas Kalimantan

Rumah adat yang terdapat di Kalimantan Timur menggunakan bahan bangunan khas Kalimantan. Rumah adat ini terbuat dari kayu ulin. Seperti yang telah diketahui, kayu ulin merupakan kayu yang kuat sehingga dapat bertahan lama.

Kayu ulin adalah kayu yang tahan terhadap air. Semakin sering dan lama terkena air maka kayu tersebut akan semakin kuat dan keras. Selain itu, rumah adat di Kalimantan Timur ini banyak ditemukan di daerah rawa atau pinggir sungai.

  • Berbentuk Panggung

Rumah adat di Kalimantan adalah rumah adat berbentuk panggung dan berada lebih tinggi dari permukaan tanah. Bentuk panggung dari rumah adat ini dimaksudkan untuk melindungi seisi penghuni rumah baik dari bahaya banjir, hewan buas, dan bahkan roh jahat.

  • Mempunyai Warna dan Ukiran Menarik

Rumah adat di Kalimantan Timur mempunyai warna dan ukiran menarik. Penggunaan warna ini memiliki makna tersendiri. Makna warna bersifat positif dan akan memberikan semangat pada penghuni rumah. Ukiran yang tak kalah unik adalah ukiran berbentuk kerangka manusia dan hewan.

Ukiran dengan bentuk kerangka manusia dan hewan ini diletakkan pada bangunan rumah. Tujuannya adalah melindungi seluruh penghuni rumah agar terhindar dari gangguan hantu yang bergentayangan.

The post 5 Rumah Adat Kalimantan Timur appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kain Tenun Dayak: Sejarah – Jenis dan Cara Merawatnya https://haloedukasi.com/kain-tenun-dayak Wed, 10 Feb 2021 03:02:22 +0000 https://haloedukasi.com/?p=21080 Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, kesenian, suku, ras dan lainnya. Kesenian yang terkenal di Indonesia yaitu membuat kain tradisional. Ada banyak jenis dari kain tradisional yang tersebar di Indonesia. Di masyarakat dayak salah satunya, mereka memproduksi atau membuat kain tradisional yang bernama kain tenun dayak. Membuat kain tenun dayak ini tidak bisa sembarangan, […]

The post Kain Tenun Dayak: Sejarah – Jenis dan Cara Merawatnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, kesenian, suku, ras dan lainnya. Kesenian yang terkenal di Indonesia yaitu membuat kain tradisional. Ada banyak jenis dari kain tradisional yang tersebar di Indonesia.

Di masyarakat dayak salah satunya, mereka memproduksi atau membuat kain tradisional yang bernama kain tenun dayak. Membuat kain tenun dayak ini tidak bisa sembarangan, harus ada beberapa syarat yang dipenuhi oleh para pengrajin.

Kain tenun dayak keberadaannya masih ada hingga pada saat ini, itu karena kain tenun dayak dilestarikan oleh masyarakat dayak agar tidak hilang dan punah. Pada materi kali ini kita akan membahas mengenai kain tenun dayak mulai dari makna hingga cara perawatan yang baik dan benar dari kain tenun dayak.

Apa itu Kain Tenun Dayak?

Kain Tenun Dayak

Kain tenun dayak merupakan salah satu kain tradisional warisan dari para leluhur yang mempunyai cita rasa artistik dan filosofi yang sangat tinggi. Kain ini kerap sekali digunakan sebagai busana yang mewah di dalam berbagai acara formal dan upacara kebesaran suku dayak.

Sejarah Kain Tenun Dayak

Kain tenun dayak merupakan warisan dari leluhur nenk moyang yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Di setiap motif dari kain tenun dayak memiliki sejarahnya sendiri sendiri dan berbeda satu dengan lainnya.

Biasanya pada jaman dahulu kain tenun dayak digunakan untuk acara adat seperti panen padi dan acara gawai. Namun, setelah mengalami perkembangan jaman kain tenun dayak digunakan sebagai busana yang mewah saat akan melaksanakan pesta atau acara adat lainnya.

Setelah setahun berladang, mereka akhirnya panen dan diadakanlah acara. Pada saat acara tersebut para kaum wanita dan pria menggunakan kain tenun dayak untuk dikenakan. Ada yang memodifikasi kain tersebut ada juga yang tidak.

Kain tenun dayak dibuat secara tradisional oleh masyarakat dayak, ada yang dikenakan, dijual dan dipajang di dalam rumahnya. Pada jaman dahulu motif dari kain tenun dayak ini yaitu motif manusia. Namun pada saat ini kebanyakan motif alam seperti tanaman dan hewan.

Motif alam menandakan kesejahteraan dan rezeki yang baik yang datang dari dewa untuk masyarakat dayak. Untuk membuat motif kain dayak tidak sembarangan, mereka harus mendapatkan mimpi terlebih dahulu. Mimpi bahwa mereka harus menenun motif seperti apa.

Jika tidak bermimpi terlebih dahulu tidak bisa bahkan kain yang ditenun bahkan tidak jadi. Selain itu, jika ada keluarga yang meninggal tidak boleh menenun, hal ini merupakan pantangan. Jika pantangan tersebut dilanggar, satu keluarga bisa jatuh sakit.

Untuk motif manusia pada kain tenun dayak masih dibuat atau diproduksi, namun sedikit dan hanya digunakan untuk acara adat. Pewarnaan dalam kain tenun dayak ini biasanya menggunakan warna yang lembut dan mereka menggunakan pewarna alami dari tanaman yang ada disekitarnya.

Namun, pada saat ini pewarnaan kain tenun dayak juga berubah dan menyesuaikan selera pasar yang banyak menyukai warna warna yang cerah. Untuk membuat kain tenun dayak diperlukan waktu sekitar 3 bulan, bahkan ada yang setahun.

Kain tenun dayak pada jaman modern ini masih ada dan tetap dilestarikan keberadaannya agar tidak punah. Karena kain tenun dayak merupakan salah satu kain tradisional dari Indonesia yang harus terus ada dari generasi ke generasi sebagai ciri khas dari bangsa Indonesia.

Fungsi Kain Tenun Dayak

  • Sebagai Perlengkapan Ritual
    Kain tenun dayak ini biasanya berfungsi sebagai perlengkapan ritual yang dilakukan oleh masyarakat dayak. Di dalam pembuatannya harus ada persyaratan yang dipenuhi para penenun dalam membuat kain tenun dayak ini.
  • Lambang Kesakralan
    Motif tenun tertentu pada kain tenun dayak memiliki lambang kesakralan ritual dan tokoh leluhur.
  • Menjadi Media untuk Berinteraksi dengan Roh Gaib
    Kain tenun dayak dipercaya memiliki kekuatan yang dapat membawa kebaikan dan juga keburukan bagi masyarakat. Keburukan tersebut yaitu dapat digunakan sebagai media untuk berinteraksi dengan roh orang yang sudah mati.
  • Penggambaran Legenda dan Kekuatan Tokoh Leluhur
    Motif kain tenun dayak biasanya banyak diambil dan terinspirasi dari tradisi bertutur seperti syair yanag sering dikenal dengan sebutan kana.
  • Pakaian Sehari-hari
    Biasanya kain tenun dayak juga digunakan untuk pakaian yang dikenakan sehari hari.

Jenis Kain Tenun Dayak

  • Kain Tenun Dayak Kebat

Kain ini merupakan khas dari suku dayak iban yang memiliki warna coklat dan untuk warna motif di dominasi oleh warna putih. Jenis tenunan dari motif ini termasuk yang paling sederhana.

Kain tenun kebat ini biasaya bermotif khas bunga, manusia dan naga. Dalam menyelesaikan kain kebet ini membutuhkan waktu satu bulan dalam menenun 2 lembar.

  • Kain Tenun Dayak Sidan

Kain tenun dayak jenis sidan ini pengerjaannya lebih rumit dan sulit jika dibandingkan jenis dari kain tenun dayak kebet. Kain jenis ini tidak bermotif bunga dan orang saja. Untuk warnanya bisa dipesan sesuai dengan permintaan.

Biasanya para pengrajin kain tenun jenis ini menyelesaikan satu lembar kain tenun dayak sidan dalam waktu satu bulan dengan ukuran yaitu 2 x 0,5 meter.

  • Kain Tenun Dayak Plin Slam

Kain tenun jenis plun slam ini merupakan kain tenun yang paling tua bagi masyarakat suku dayak iban. Tidak semua wanita muda pandai menenun kain tenun jenis ini dan hanya ibu ibu generasi tua yang mampu menenun kain jenis ini.

Motif dari kain tenun dayak plin slam jauh lebih rumit dan proses pengerjaannya jauh lebih lama. Biasanya kaum wanita yang sudah tua mengerjakan satu lembar kain dengan ukuran 2 x 0,5 meter di dalam waktu 1 tahun.

  • Kain Tenun Dayak Songket

Warna dan motif dari kain tenun dayak songket ini lebih bervariasi dibandingkan dengan jenis kain tenun dayak lainnya. Cara pengerjaan dari kain tenun dayak songket ini lebih rumit dibandingkan lainnya.

Motif dasar yang terdapat dalam kain tenun dayak songket ini bisa berupa naga, bunga, orang orang atau gabungan dari ketiganya. Seorang wanita suku dayak iban dapat menyelesaikan tenunan jenis ini dalam waktu 4 – 6 bulan dengan ukuran yaitu 2 x 0,5 meter.

Cara Merawat Kain Tenun Dayak

  • Kenali terlebih dahulu kadar pewarna yang terdapat pada kain tenun dayak. Untuk mengeceknya dapat dicelupkan ke air selama 2 – 3 menit.
  • Jika air berubah warna maka cara mencucinya menggunakan teknik dry cleaning agar warna dari kain tenun dayak tidak memudar.
  • Jika air tetap bening, berarti kain tenun dayak masih bisa dicuci dengan cara biasa.
  • Hindari mencuci menggunakan detergen yang mengandung bahan kimia.
  • Jangan menggunakan sikat dalam mencuci kain tenun dayak. Jika menggunakan sikat akan membuat benang menjadi kusut dan berantakan.
  • Pada saat menyetrika kain tenun dayak dengan cara melapisi menggunakan kertas atau kain tipis diatasnya. Hal tersebut dilakukan agar kain tenun tidak bersentuhan langsung dengan panas dari setrika yang dapat menyebabkan kain menjadi rusak.
  • Simpan kain tenun dayak dengan rapi di tempat yang bersih dan terhindar dari kutu pakaian dengan cara menggunakan kapur barus atau sejenisnya.

The post Kain Tenun Dayak: Sejarah – Jenis dan Cara Merawatnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Dayak: Sejarah – Alat Musik dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-dayak Mon, 30 Nov 2020 02:09:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=16000 Indonesia telah dikenal luas oleh seluruh negara-negara di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dikenal dengan negara yang memiliki banyak keberagaman, mulai dari bahasa, suku, kebudayaan dan lainnya. Indonesia memiliki berbagai macam suku, sampai dengan ratusan. Ratusan suku bangsa Indonesia ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari mulai perkotaan sampai dengan pedalaman. Yang akan kita […]

The post Suku Dayak: Sejarah – Alat Musik dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia telah dikenal luas oleh seluruh negara-negara di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dikenal dengan negara yang memiliki banyak keberagaman, mulai dari bahasa, suku, kebudayaan dan lainnya.

Indonesia memiliki berbagai macam suku, sampai dengan ratusan. Ratusan suku bangsa Indonesia ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari mulai perkotaan sampai dengan pedalaman. Yang akan kita bahas pada materi kali ini yaitu Suku Dayak yang berada di pedalaman hutan Kalimantan.

Arti Suku Dayak

Dayak merupakan nama yang diberikan kepada masyarakat asli pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan. Nama Dayak memiliki arti yang erat kaitannya dengan sungai atau maritim.

Arti dari kata Dayak sendiri masih banyak diperdebatkan oleh orang-orang. Dayak memiliki arti yaitu manusia, ada juga yang mengartikan Dayak sebagai hulu sungai.

Sejarah Suku Dayak

Secara bahasa, nama Dayak sebenarnya bukan nama sebuah suku. Melainkan orang Dayak yang memiliki arti sebagai orang pedalaman yang kehidupannya jauh dari perkotaan.

Suku Dayak merupakan suku asli yang berada dan mendiami Pulau Kalimantan. Suku Dayak biasanya tidak hidup di perkotaan, tetapi hidupnya di pedalaman.

Kehidupan Suku Dayak diawali pada tahun 1600-an, pada saat itu orang berkebangsaan Melayu menyebut dirinya sebagai Suku Dayak. Namun sebenaranya, sebelum tahun itu Suku Dayak sudah ada peradabannya.

Suku Dayak ini bertempat tinggal di Kalimantan namun di pedalamannya, hidupnya pun menyatu dengan alam.

Sebelum abad ke 20, Suku Dayak belum mengenal apa itu agama. Suku Dayak mengenalnya yaitu agama samawi. Kepercayaan samawi yaitu mempercayai hanya kepada leluhur, binatang, batu.

Dan untuk keseharian masyarakat Suku Dayak mempercayai bermacam macam pantangan sesuai dengan tanda dari sang alam. Suku Dayak memiliki pantangan untuk hidup berbaur dengan masyarakat lainnya dari suku lain.

Oleh karena pantangan tersebut, Suku Dayak sering berpindah pindah tempat tinggal dari hutan satu ke hutan lainnya, dari goa satu ke goa yang lainnya, begitu terus menerus.

Suku Dayak ada bermacam macam, namun yang paling primitf yaitu Suku Dayak Punan. Suku ini bahkan sangat sulit untuk sekedar berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Mereka melakukan hal seperti ini karena pantangan dari leluhur mereka dan mereka takut untuk melanggar pantangan tersebut.

Kehidupan Suku Dayak

Masyarakat Suku Dayak banyak yang bertempat tinggal di pinggiran sungai dan mengandalkan hidup pada kekayaan alam disana. Mulai dari bertani, bercocok tanam hingga berkebun.

Orang Dayak tidak biasa menggunakan alas kaki dimanapun mereka berada. Mereka juga suka bertelanjang dada keluar masuk hutan, tidak peduli seberapa panas atau hujan cuaca saat itu.

Hasil produksi dari masyarakat Suku Dayak juga sangat beragam, ada keranjang bayi yang terbuat dari rotan dengan hiasannya berupa gigi buaya, gigi anjing dan lain sebagainya.

Bahasa Suku Dayak

Bahasa keseharian dari Suku Dayak yaitu Bahasa Dayak. Bahasa ini kemudian menyebar ke timur hingga kemudian masuk ke daerah pedalaman, pulau hingga pegunungan.

Kemudian setelah itu bahasa datang dan mulai berkembang karena kedatangan dari orang melayu yang tinggal di daerah Kalimantan. Dengan begitu, Suku Dayak memiliki banyak bahasa karena banyak orang yang berdatangan dari wilayah lain.

Kepercayaan Duku Dayak

Pada awalnya Suku Dayak memiliki keyakinan tradisional yaitu Kaharingan. Kaharingan telah termasuk ke dalam kelompok Hindu dan sering disebut Hindu.

Namun saat setelah banyak orang Dayak yang masuk Islam pada abad ke-19, banyak juga orang Dayak yang memiliki agama Kristen.

Rumah Adat Suku Dayak

rumah adat suku dayak

Rumah adat Suku Dayak yaitu biasa disebut dengan rumah pajang atau rumah betang. Rumah adat ini ditemukan di sekitaran sungai yang ditinggali masyarakat Dayak. Rumah tradisional ini ditinggali lebih dari satu keluarga dan pastinya masih tergabung ke dalam Suku Dayak.

Rumah pajang memiliki ukuran yang berbeda, ada yang panjangnya hingga 15 meter dengan lebar 30 meter.

Rumah pajang juga bentuknya seperti panggung dan ketinggiannya mencapai 5 meter. Dengan ketinggian 5 meter rumah Suku Dayak memiliki fungsi untuk bertahan dari banjir.

Tarian Khas Suku Dayak

Terdapat berbagai macam tarian khas Suku Dayak, dan setiap tarian memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara tari satu dengan tari lainnya.

  1. Tari Hudoq
tari hudoq

Tari ini merupakan tarian khas ritual Suku Dayak. Tari ini dilakukan setelah masyarakat Suku Dayak menanam padi. Tari Hudoq juga memiliki tujuan utnuk mengenang jasa pengorbanan para leluhurnya.

  • Tari Leleng
tari leleng

Tari ini menceritakan mengenai gadis Dayak yang dipaksa menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya. Akhirnya, gadis tersebut melarikan diri ke dalam hutan, agar tidak menikah dengan pemuda tersebut.

  • Tari Kancet Lalasan
tari kancet lalasan

Tarian ini dilakukan oleh para wanita. Tari ini menggambarkan kehidupan burung Enggang, yang merupakan salah satu hewan sakral Suku Dayak.

  • Tari Gantar
tari gantar

Tarian ini dikenal sebagai tarian pergaulan diantara muda-mudi Suku Dayak. Tari ini melambangkan kegembiraan dan keramah tamahan masyarakat Suku Dayak.

Alat Musik Suku Dayak

Suku Dayak juga memiliki alat musik yang beragam jenisnya dan juga sering dimainkan oleh masyarakat Suku Dayak. Beragam alat musik khas Suku Dayak digunakan untuk mengiringi suatu tarian.

  • Sape
sape

Alat musik sape dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari. Sape ini terbuat dari kayu pilihan yang kuat dan juga tahan lama. Sape ini memiliki ukiran motif yang uniik dan juga memiliki bentuk yang unik.

  • Gong Garantung
gong garantung

Alat musik jenis ini hampir sama dengan gong dan juga memiliki suara yang sama dengan gong. Yang menjadi pembedanya disini yaitu suara pada gong garantung lebih pendek dan juga tidak menggema.

  • Kangkuang
kangkuang

Alat musik ini termasuk alat musik yang sederhana, karena dibuat dari kayu yang hanya diukir saja. Sedangkan cara memainkannya yaitu dengan cara dipukul.

Pakaian Adat Suku Dayak

pakaian adat suku dayak

Ada dua bagian pakaian dari Suku Dayak, yaitu pakaian untuk kaum wanita dan untuk kaum pria. Sebutan pakaian adat untuk wanita yaitu Ta’a, pakaian ini memiliki motif yang sama dengan motif baju lelaki.

Yang membedakan pakaian adat wanita dengan laki-laki yaitu pada baju atasannya. Pada wanita disebut inoq dan memiliki manik-manik cantik sebagai hiasan pada bajunya.

Untuk kaum laki-laki baju adatnya disebut sebagai sepei sadaq, yang memiliki ciri-ciri memakai ikat kepala yang terbuat dari pandan. Baju atasan pada laki-laki menggunakan rompi dan bawahannya berupa cawam yang disebut abed ko aq. Terdapat juga mandau yang diikatkan pada pinggang si laki-laki.

Kebudayaan Suku Dayak

Ada banyak kebudayaan khas yang dapat kita temukan pada Suku Dayak ini.

  • Telinga Panjang
telinga panjang dayak

Kebiasaan Suku Dayak yang suka sekali memanjangkan cuping telinga atau dikenal dengan sebutan telinga aruu. Menurut beberapa masyarakat luar Suku Dayak, hal itu sangat unik.

Suku Dayak menggunakan alat pemanjang yang digunakan untuk memanjangkan cuping telinganya dan menggunakan anting-anting yang memiliki bentuk gelang berasal dari tembaga.

Ternyata ciri khas memanjangkan cuping telinga itu menunjukkan tingkatan sosial dalam masyarakat Suku Dayak. Seorang bangsawan dicirikan dengan cuping telinga yang sangat panjang.

Proses memanjangkan cuping telinga ini dilakukan sudah sangat lama, mulai dari bayi hingga dewasa. Namun, tidak semua Suku Dayak melakukan tradisi ini, hanya mereka yang hidupnya di pedalaman saja.

  • Tato
tato dayak

Suku Dayak memiliki tato yang dikenal dengan istilah tutang. Setiap tato yang terdapat pada kulit Suku Dayak memiliki makna atau arti tersendiri yang erat kaitannya pada keperacayaannya kepada para leluhur.

Pada sebelum membuat tato, Suku Dayak harus melakukan ritual terlebih dahulu. Tato ini dipercaya berubah warnanya menjadi emas dan sebagai penerang menuju alam keabadian.

The post Suku Dayak: Sejarah – Alat Musik dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>