suku Papua - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku-papua Wed, 03 Aug 2022 08:15:12 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico suku Papua - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku-papua 32 32 10 Suku Asli Papua Beserta Kebudayaan Khasnya https://haloedukasi.com/suku-asli-papua Wed, 03 Aug 2022 08:15:10 +0000 https://haloedukasi.com/?p=37680 Papua adalah pulau paling timur dari wilayah Indonesia. Pulau ini sekaligus menjadi pulau terbesar kedua di dunia dengan luasnya yang mencapai 420.540 km persegi. Kekayaan alam nya begitu luar biasa yang meliputi tembaga, emas dan perak. Tidak hanya itu saja, Papua juga dihuni oleh berbagai macam suku bangsa. Berdasarkan data, setidaknya ada 255 suku bangsa […]

The post 10 Suku Asli Papua Beserta Kebudayaan Khasnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Papua adalah pulau paling timur dari wilayah Indonesia. Pulau ini sekaligus menjadi pulau terbesar kedua di dunia dengan luasnya yang mencapai 420.540 km persegi. Kekayaan alam nya begitu luar biasa yang meliputi tembaga, emas dan perak.

Tidak hanya itu saja, Papua juga dihuni oleh berbagai macam suku bangsa. Berdasarkan data, setidaknya ada 255 suku bangsa yang berbeda yang mendiami pulau yang dulu bernama Irian Jaya ini. Para pakar dan ilmuwan memperkirakan mereka datang sekitar 42.000–48.000 tahun yang lalu.

Adapun teori lain yang berpendapat leluhur orang-orang Papua sudah datang ke Nusantara sejak 70.000 tahun silam dan dianggap sebagai bangsa pertama yang datang ke Nusantara. Mereka berasal dari ras Australomelanesoid dengan ciri fisik berkulit hitam dan memiliki warna kulit gelap.

1. Suku Asmat 

Suku Asmat adalah salah satu suku asli di Papua dan merupakan yang tersebar di dua wilayah berbeda yakni di pesisir pantai Laut Arafuru dan di pedalaman Gunung Jayawijaya. Jumlah mereka saat ini diperkirakan ada sekitar 70.000 jiwa yang menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. 

Ciri fisik yang dapat kita lihat dari orang-orang Asmat yakni seperti orang-orang Australomelanesoid pada umumnya serta berpostur tubuh tinggi. Kehidupan mereka umumnya terisolasi dari dunia luar dengan mata pencaharian berburu dan berkebun. Meski jauh dari dunia luar namun ukiran kayu Asmat begitu tersohor karena memiliki nilai seni yang tinggi. 

2. Suku Dani

Suku Dani juga merupakan bangsa besar asli yang menghuni Papua. Orang-orang dari suku ini kerap disebut sebagai Ndani. Mereka tersebar di Lembah Baliem yakni sekitar wilayah Papua Pegunungan, Pegunungan Tengah, Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten Puncak Jaya. Ciri fisik yang dimiliki oleh Ndani yakni memiliki rambut ikal, hidung yang mancung, postur tubuh kekar, dan kulit hitam. 

Suku Dani pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan juga peternak. Binatang yang mereka ternak biasanya babi. Mereka tinggal di rumah tradisional yang khas karena bentuknya yang unik yakni honai.

Pakaian adat mereka juga tak kalah uniknya yaitu koteka yang menutupi kemaluan para kaum pria Suku Dani. Tradisi khas lainnya yang terkenal dari suku Dani adalah ritual potong jari untuk menunjukkan rasa duka mereka setelah wafatnya anggota keluarga. 

3. Suku Amungme

Suku Amungme adalah bangsa yang mengisi wilayah Papua bagian dataran tinggi Pegunungan Jayawijaya yakni di lembah Tsinga, lembah Hoeya, dan lembah Noema, lembah Bella, Alama, Aroanop, dan Wa dan di Kabupaten Mimika.

Mereka memiliki nama lain yakni Amui, Amuy, Hamung, dan Damal. Diperkirakan jumlah mereka ada sekitar 17.700 jiwa dan berbicara dalam bahasa Amung dan bahasa Damal. 

Suku ini dikenal sebagai bangsa yang memiliki hubungan erat dengan gunung dan menganggapnya sebagai sesuatu yang suci dan sakral serta harus dijaga. Mata pencaharian mereka adalah bertani secara nomaden serta meramu. Tradisi dan ritual yang khas dari kelompok masyarakat ini adalah ritual bakar batu serta alat musik tifa juga berasal dari suku Amungme. 

4. Suku Lani 

Suku Lani disebut juga sebagai suku Loma yakni kelompok bangsa yang mendiami Papua tepatnya daerah lembah Baliem bagian barat. Para misionaris pada zaman dahulu menyebut mereka sebagai Dani Barat agar tidak tertular dengan suku Dani yang sama sama ada di Lembah Baliem. 

Mereka menempati wilayah Kabupaten Tolikara dan berbicara bahasa Lani dan bahasa Moni namun ada juga yang berbahasa Amung. Tradisi unik yang ada di suku Lani adalah ritual kematiannya yang dilakukan dengan cara kremasi dalam kondisi posisi jenazah duduk. Kayu yang digunakan untuk upacara kematian ini harus kayu kasuari. Sebelum ritual ini berlangsung diadakan upacara bakar batu terlebih dahulu. 

5. Suku Muyu 

Suku Muyu adalah bangsa asli Papua yang hidup di tepi sungai Muyu yang terletak di Kabupaten Boven Digoel. Masyarakat suku Muyu menyebut dirinya “kati” yang artinya “manusia seutuhnya”. Mereka terkenal dengan kecerdasannya bahkan dianggap suku yang paling pintar di antara suku lain yang ada di Papua. 

Suku Muyu adalah masyarakat yang sangat mementingkan pendidikan dan pekerja keras. Kebudayaan unik yang dimiliki oleh mereka adalah bentuk rumah panggungnya yang menjulang tinggi hingga 6 meter. Selain itu tradisi barter juga masih diterapkan hingga saat ini. Namun tradisi tukar menukar ini yang menjadikan hubungan antar suku Muyu terjalin sangat kuat. 

6. Suku Biak 

Suku Biak adalah suku asli Papua yang hidup di Kabupaten Biak Numfor dan merupakan salah satu suku besar di sana. Mereka dikenal sebagai suku penjelajah lautan. Suku ini juga merupakan suku yang paling berpengaruh di Papua. Hal itu dapat terlihat pada penamaan kota di Papua sebagian besar diambil dari bahasa Biak. 

Tak heran karena selain pandai berlayar suku Biak juga pandai dalam hal perdagangan dan politik. Suku Biak memiliki tradisi unik yang disebut Ararem. Tradisi ini adalah budaya mengantarkan mas kawin dari pihak laki-laki untuk perempuan dengan iringan tarian dan nyanyian adat secara arak-arakan. 

7. Suku Kamoro 

Suku Kamoro adalah suku yang hidup di Papua yakni di Kabupaten Mimika,  Papua Tengah. Berdasarkan data jumlah mereka yakni sekitar 8.000 jiwa dan menggunakan bahasa Kamoro dalam kesehariannya. Pada umumnya suku di Papua adalah orang-orang yang tertutup namun suku Kamoro merupakan bangsa yang cukup terbuka. 

Sama seperti orang-orang suku Asmat, suku Kamoro juga pandai adalah hal kerajinan ukiran kayu. Namun hasil kerajinan mereka berbeda dimana ukiran suku Kamoro lebih abstrak dari ukiran Asmat. Selain membuat ukiran suku Kamoro juga pandai membuat perahu. Bahkan setiap keluarga ini memiliki satu perahu kecil yang disebut sebagai kale-kale. 

8. Suku Mee

Suku Mee adalah orang-orang yang mendiami Papua Tengah yakni di Kabupaten Dogiyai. Suku ini kerap disebut dengan nama lain yaitu Bunani Mee dan juga Ekari. Mereka hidup dengan cara bercocok tanam dengan tanaman utama mereka adalah umbi-umbian, sayuran dan pisang. 

Mereka tinggal dalam sebuah rumah tradisional yang disebut sebagai Owaa. Rumah adat Owaa terbagi menjadi dua jenis yakni Yamee Owaa untuk laki-laki dan Yogamo Owaa untuk perempuan. Pada zaman dahulu jenazah suku Mee tidak dikuburkan melainkan hanya diletakkan di gubuk yang dibangun di atas pohon. Namun setelah agama Kristen masuk ke Papua tradisi ini mulai ditinggalkan dan digantikan dengan pemakaman yang lebih modern. 

9. Suku Bauzi 

Suku Bauzi adalah suku yang tinggal di tepi sungai Mamberamo Raya. Mereka memiliki nama lain yakni Baudi, Bauji dan juga Bauri. Berdasarkan data SIL ( Summer Institute of Linguistics) suku ini adalah salah satu bangsa paling terisolir di dunia. Data tersebut sejalan dengan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistika. 

Suku ini hampir tidak tersentuh oleh kehidupan modern sama sekali Sehingga tak heran kehidupan mereka masih sangat tradisional. Namun kini keberadaannya telah berhasil teridentifikasi. Kehidupan mereka masih sangat tradisional seperti berburu hewan liar termasuk buaya. Bahkan suku Bauzi belum mengenal bercocok tanam. 

10. Suku Korowai 

Suku Korowai adalah suku di Papua yang mendiami dataran rendah Pegunungan Jayawijaya di sebelah selatan. Mereka biasanya membangun pemukiman di sekitar lahan basah seperti di rawa-rawa dan hutan Mangrove. Uniknya rumah mereka tidak berdiri di atas tanah melainkan di atas pohon bahkan ketinggiannya bisa mencapai 50 meter. 

Ini juga merupakan salah satu suku yang terisolir yang baru mengetahui adanya suku lain selain mereka pada tahun 1970 an. Suku ini memiliki kebudayaan yang cukup ekstrim yakni kanibalisme. Namun jangan khawatir setelah diteliti lebih dalam lagi ritual ini hanya dilakukan untuk orang-orang yang melanggar aturan seperti dukun atau tukang sihir. 

The post 10 Suku Asli Papua Beserta Kebudayaan Khasnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Amungme: Asal Usul – Karakteristik dan Kebudayaan https://haloedukasi.com/suku-amungme Wed, 03 Aug 2022 08:05:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=37676 Indonesia membentang dari Sabang hingga ke Merauke dengan suku bangsa yang beraneka ragam di dalamnya. Bahkan dalam satu pulau bisa dihuni oleh ratusan suku yang berbeda. Contohnya adalah di Papua yang diperkirakan ada 200–300 suku bangsa. Para ilmuwan meyakini masih ada beberapa suku yang belum teridentifikasi karena hidup di kawasan yang sulit dijangkau manusia dan […]

The post Suku Amungme: Asal Usul – Karakteristik dan Kebudayaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
suku amungme

Indonesia membentang dari Sabang hingga ke Merauke dengan suku bangsa yang beraneka ragam di dalamnya. Bahkan dalam satu pulau bisa dihuni oleh ratusan suku yang berbeda. Contohnya adalah di Papua yang diperkirakan ada 200–300 suku bangsa.

Para ilmuwan meyakini masih ada beberapa suku yang belum teridentifikasi karena hidup di kawasan yang sulit dijangkau manusia dan enggan tersentuh modernisasi. 

Salah satu suku yang ada di tanah Papua adalah suku Amungme. Siapa dan seperti apa kehidupan suku Amungme itu? simak dalam rangkuman di bawah ini. 

Siapa itu Suku Amungme?

Suku Amungme adalah salah satu suku yang mendiami Pulau Papua. Mereka hidup di selatan dari Pegunungan Jayawijaya yakni di sekitar tambang Grasberg yang merupakan tambang biji emas tertinggi di dunia. Jumlah mereka diperkirakan ada sekitar 17.700 penduduk. Selain menyebutnya sebagai Amungme mereka juga memiliki nama lain seperti Amuy, Amung, Amui, Damal dan juga Uhunduni. 

Kata Amungme merupakan gabungan dari dua kata yakni “Amung” yang berarti utama dan “me” yang memiliki arti manusia. Mereka hidup berdampingan dengan suku Papua lainnya seperti Suku Lani dan suku Dani serta orang-orang Ekagi.

Asal Usul Suku Amungme

Mengenai bagaimana suku Amungme ini datang terdapat beberapa teori yang berbeda. Setidaknya ada tiga Teori yang mencoba untuk mengungkapkan nenek moyang mereka. Teori yang pertama mengatakan bahwa orang Amungme datang dari Lembah Baliem yang bernama Pagema di Wamena. 

Mereka datang dari tanah yang ada di dalam gua dan keluar dari kegelapan dengan membawa berbagai perlengkapan untuk bertahan hidup. Perlengkapan tersebut adalah biji dan perkakas. Berdasarkan teori kedua suku Amungme berasal dari gua yang diawasi oleh sosok bernama Menaga Nemungki.

Leluhur Amungme dilarang mengintip ataupun keluar dari dalam gua dan jika melanggar maka akan mendapatkan hukuman dari Menaga Nemungki. Nakun leluhur Amungme berhasil melarikan diri berkat bantuan anjing yang menggali terowongan. Ini juga lah yang menjadi alasan mengapa orang-orang Amungme tidak menyantap dan membunuh anjing. 

Teori ketiga mengatakan bahwa orang Amungme berasal dari dua orang nenek tua yang memberikan tongkat kepada anak perempuan mereka. Anak perempuan yang suci dan bersih itu kemudian diberi tongkat oleh sang nenek. Dengan tongkat tersebut pintu gua pun terbuka dan mengajak yang lainnya untuk keluar dan membangun kehidupan. 

Ciri Fisik Suku Amungme

Terlepas bagaimana leluhur suku Amungme datang ke Papua, mereka masuk ke dalam kelompok ras Melanesoid. Sehingga ciri fisik yang dimiliki pun tidak jauh berbeda dengan suku-suku di Papua lainnya. Diantara ciri fisik yang khas dari suku Amungme adalah berambut ikal hingga keriting, bagian bibir cenderung tebal dan hidung mancung serta melebar. 

Kulit mereka unumya berwarna gelap dan postur tubuh mereka tegap dan kekar. Mereka juga adalah orang yang tinggi yakni sekitar 170 cm. 

Secara sifat mereka dikenal sebagai bangsa yang tegas dan tak kenal kompromi. Mereka lebih sering bertidak preventif terutama kaum laki-laki. Namun dibalik itu semua masyarakat Amungme sangat menjunjung tinggi keadilan. Karakter ini terbentuk karena faktor geografis pemukiman mereka yakni di wilayah pegunungan. 

Pakaian Adat Suku Amungme

Pakaian adat atau disebut juga sebagai pakaian tradisional yakni kain atau sesuatu yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh seseorang. Pakaian asli daei suku Amungme tidak berbeda jauh dengan suku Papua lainnya yang lekat dengan alam. Para wanita Amungme menutupi tubuh bagian pinggul ke bawah dengan rok atau cawat. 

Rok atau cawat tersebut dibuat dari serat kulit kayu yang sudah dikeringkan terlebih dahulu. Sedangkan kaum laki-laki Amungme mengenakan pakaian tradisional yang sudah sangat terkenal yakni koteka. 

Sama dengan rok perempuan Amungme, koteka juga digunakan hanya untuk menutupi bagian bawah saja. Bahkan koteka hanya untuk menutupi penis saja. Bahan yang digunakan untuk membuat koteka pun diambil dari alam yakni kulit labu. Labu yang dipilih adalah labu yang sudah tua karena memiliki tekstur yang lebih keras. Isi labu kemudian dikeluarkan semua daj dikeringkan. 

Agama dan Kepercayaan Suku Amungme 

Kepercayaan yang diyakini oleh suku Amungme dan leluhur mereka adalah animisme. Mereka sangat memuja gunung dan menganggapnya sebagai tempat suci. Mereka memiliki nama sendiri untuk puncak tertinggi di Indonesia yang berada di Papua yakni Jayawijaya sebagai Nemangkawi Ninggok. Nama tersebut adalah nama asli dari puncak yang diselimuti salju ini. 

Suku Amungme tidak mengenal adanya dewa dan lebih meyakini bahwa roh dan alam adalah satu kesatuan. Meski praktek animisme masih sering dilakukan namun kini sebagian besar suku Amungme sudah memeluk agama Nasrani. 

Bahasa Suku Amungme

Masyarakat suku Amungme berbicara dalam bahasa asli mereka yakni bahasa Amung atau bahasa Damal atau bahasa Uhunduni. Bahasa ini terdiri dari beberapa dialek diantaranya adalah dialek Amongme, dialek Amung, dialek Damal dan dialek Enggilpilu. Beberapa leksikal yang terdapat pada bahasa Uhunduni mirip dengan bahasa-bahasa dari kelompok bahasa Trans Nuginim.

Namun beberapa ahli seperti Pawley dan Hammarström menganggap hal itu tidak cukup kuat untuk mengklasifikasikan bahasa Uhunduni sebagai bahasa Trans Nugini. Penutur bahasa ini tersebar ke beberapa wilayah seperti di dataran tinggi tengah, Kabupaten Paniai, Kecamatan Beoga dan Ilaga, Kabupaten Asmat, Deiya, Mimika, dan Puncak, Pegunungan Carstens utara dan selatan, kemungkinan kabupaten Lanny Jaya dan Nduga. 

Rumah Adat Suku Amungme 

Rumah adat masyarakat Amungme didebut sebagai kolokia hinangami devin namun rumah ini sudah tidak dibangun lagi. Hal itu terjadi sejak agama Kristen mulai mempengaruhi suku ini. Sehingga mereka lebih memilih untuk membangun gereja atau tempat ibadah. 

Sebenarnya suku Amungme masih sesekali membangun kolokia hinangami devin namun hanya pada waktu tertentu saja. Biasanya ketika mereka meyakini akan terjadi bencana atau malapetaka. 

Kebudayaan Suku Amungme 

Suku Amungme adalah suku yang masih sangat primitif dan tidak begitu banyak memiliki bentuk kebudayaan. Kebiasaan mereka adalah bersyair atau menghasilkan suara-suara yang khas. Hal itu biasa mereka lakukan di atas bukit sembari menatap puncak Cartenz. Bunyi-bunyi an tersebut adalah cara suku Amungme untuk mengungkapkan emosi mereka baik suka, duka maupun syukur. 

Mata Pencaharian Suku Amungme

Kendati pun tanah mereka dilapisi oleh emas nakun faktanya harta karun tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan asing. Masyarakat suku Amungme masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian mereka. 

Pertanian yang mereka jalankan adalah pertanian nomaden. Artinya lahan mereka selalu berpindah-pindah. Selain itu suku Amungme juga bergantung pada kegiatan meramu. 

The post Suku Amungme: Asal Usul – Karakteristik dan Kebudayaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>