suku - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku Mon, 19 Jun 2023 06:31:38 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico suku - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/suku 32 32 Suku Lingon: Ciri, Mitos, Sejarah dan Kebaradaan https://haloedukasi.com/suku-lingon Mon, 19 Jun 2023 06:31:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43715 Apa Itu Suku Lingon Suku lingon merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah pedalaman Halmahera Timur, Maluku Utara. Halmahera Timur juga menjadi pulau terbesar di Kepulauan Maluku yang mana memiliki luas 17.780 kilometer persegi. Suku Lingon juga merupakan sekumpulan peradaban yang masih memiliki kehidupan yang primitif. Keberadaan suku ini masih menjadi misterius dan tidak banyak […]

The post Suku Lingon: Ciri, Mitos, Sejarah dan Kebaradaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Apa Itu Suku Lingon

Suku lingon merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah pedalaman Halmahera Timur, Maluku Utara. Halmahera Timur juga menjadi pulau terbesar di Kepulauan Maluku yang mana memiliki luas 17.780 kilometer persegi.

Suku Lingon juga merupakan sekumpulan peradaban yang masih memiliki kehidupan yang primitif. Keberadaan suku ini masih menjadi misterius dan tidak banyak diketahui karena tidak hanya berada di pedalaman, wilayah tempat tinggal mereka cenderung sulit dijamah.

Dipercaya bahwa suku ini bukan asli berasal dari Maluku, melainkan etnis yang terbentuk akibat adanya pernikahan campuran antar ras. Hal ini dikarenakan suku lingon memiliki ciri yang unik. Ciri yang paling terlihat adalah suku ini memiliki fisik yang menyerupai orang Eropa.

Sejarah Suku Lingon

Asal muasal suku lingon berawal dari sebuah kapal yang berasal dari Eropa yang diduga karam di sekitar Halmahera. Karena persediaan dalam kapal mulai menipis dan perlu bertahan hidup para penumpang kapal ini menepi dan memasuki hutan Halmahera. 

Dan dikarenakan sulitnya akses pada hutan tersebut mereka memutuskan untuk menetap dan membentuk koloni yang saat ini dikenal dengan Lingon. Karena terus menerus tinggal di dalam hutan yang sulit diakses menjadikan Suku Lingon harus menjalani hidup dengan terisolasi dan primitif. Sehingga hingga kini diyakini bahwa keturunan suku Lingon meneruskan cara hidup seperti itu.

Mitos Suku Lingon

Karena memiliki ciri fisik yang istimewa konon suku lain di sekitar Halmahera sangat penasaran dengan suku ini. Mereka banyak berdatangan dan mencari keberadaan suku ini. Bahkan pernah ada suku yang menculik kaum wanita dari suku Lingon karena paras dan ciri fisiknya untuk dijadikan istri. Hal ini menjadikan kecemasan dan ketakutan tersendiri bagi suku Lingon terutama kaum perempuan.

Tidak hanya itu beberapa suku lain di sekitar Halmahera menganggap suku Lingon berbahaya karena perbedaan fisiknya. Anggapan ini dikarenakan tidak adanya informasi yang pasti mengenai asal usul suku ini. 

Untuk itu tidak sedikit pula suku Lingon menerima tuduhan melakukan praktik ilmu sihir, sehingga memiliki ciri fisik yang berbeda dari suku lain disekitarnya. Selain itu terdapat juga rumor bahwa suku Lingon suka mengkonsumsi daging segar atau tanpa dimasak. Rumor ini perlahan menyebar hingga beberapa generasi yang membuat beberapa orang takut pada suku Lingon.

Ciri Fisik Suku Lingon

Suku Lingon memiliki warna mata yang biru seperti warna mata khas ras Kaukasoid yang mana merupakan warna mata orang Eropa. Warna mata ini menjadi keunikan utama dari suku ini karena pada umumnya orang Indonesia tidak memiliki warna mata biru secara alami.

Selain bermata biru, kulit orang Lingon berwarna putih dan memiliki rambut yang pirang layaknya orang Eropa. Warna rambut ini jarang dimiliki oleh orang Indonesia, mayoritas orang Indonesia memiliki warna rambut gelap seperti coklat atau hitam. Sedangkan penduduk asli Maluku sendiri kebanyakan memiliki kulit coklat cenderung gelap, namun suku Lingon memiliki kulit putih pucat khas Eropa yang mana sangat berbeda dari kebanyakan penduduk Maluku.

Selain itu suku Lingon mempunyai postur tubuh yang tinggi. Bentuk tubuh ini mirip seperti ciri fisik orang Eropa. Meskipun di Asia sendiri banyak yang memiliki postur tubuh tinggi. Namun karena ciri fisik yang lain seperti warna mata, kulit dan rambut menjadikan banyak asumsi bahwa suku ini berasal dari keturunan Eropa.

Membahas mengenai paras yang tentunya relatif menurut pandangan masing – masing orang. Namun suku Lingon sering dikategorikan sebagai orang dengan paras rupawan. Bahkan dahulu para wanita di suku ini seringkali diculik untuk dijadikan istri.

Keberadaan Suku Lingon

Keberadaan suku Lingon hingga saat ini masih menjadi misteri selain karena mereka tinggal di pedalaman dan sulit dijangkau. Hingga ada yang mengatakan bahwa suku ini telah punah. Hal ini dikarenakan sudah tidak ada suku lain di sekitar Halmahera yang bertemu secara langsung dengan suku ini. 

Namun terdapat beberapa pendapat lain yang berasumsi bahwa suku Lingon sengaja menjauhkan diri karena tidak nyaman dengan rasa ketertarikan masyarakat lain yang berlebihan kepada mereka.

Bahasa Suku Lingon

Belum diketahui secara pasti apakah suku Lingon memiliki Bahasa tersendiri, hal ini dikarenakan belum banyak penelitian yang mendalam terkait dengan suku ini. 

Namun berdasarkan beberapa dugaan karena suku Lingon berasal dari orang Eropa yang terdampar, maka kemungkinan besar bahasa yang digunakan adalah berasal dari Eropa.

Mata Pencaharian Suku Lingon

Karena tinggal dipedalaman hutan diperkirakan suku Lingon memiliki mata pencaharian bertani atau berburu. Pendapat ini didasari karakteristik orang Lingon yang menjauhi keramaian dan memilih hidup di pedalaman.

Dan lagi karena informasi mengenai suku ini yang terbatas untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kehidupan suku Lingon yang sebenarnya.

Agama dan Kepercayaan Suku Lingon

Agama dan kepercayaan suku Lingon masih menjadi misteri hingga saat ini. Hal ini dikarenakan banyak penelitian cenderung membahas mengenai ciri fisik yang berbeda dari orang Indonesia pada umumnya.

Selain itu karena kendala akses juga menjadi hambatan besar untuk pengumpulan data terkait suku ini.

The post Suku Lingon: Ciri, Mitos, Sejarah dan Kebaradaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Suku yang Mendiami Hutan Amazon https://haloedukasi.com/suku-yang-mendiami-hutan-amazon Tue, 30 Aug 2022 02:07:19 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38277 Hutan Amazon adalah salah satu hutan yang ada di Bumi dan merupakan yang terbesar. Luas hutan ini mencapai 6,7 juta km persegi dan melintasi 8 negara yakni Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, Suriname dan Venezuela. Hutan ini dikenal sebagai hutan yang berbahaya karena terdapat banyak hewan-hewan buas mematikan hidup di dalam sana.  Ada beberapa […]

The post 10 Suku yang Mendiami Hutan Amazon appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Hutan Amazon adalah salah satu hutan yang ada di Bumi dan merupakan yang terbesar. Luas hutan ini mencapai 6,7 juta km persegi dan melintasi 8 negara yakni Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, Suriname dan Venezuela. Hutan ini dikenal sebagai hutan yang berbahaya karena terdapat banyak hewan-hewan buas mematikan hidup di dalam sana. 

Ada beberapa kelompok manusia yang tinggal di Amazon. Berdasarkan data dari Coordinator of Indigenous Organizations of the Amazon Basin (COICA) ada 350 kelompok etnis penduduk Amazon dan 9% dari mereka merupakan penduduk pribumi.

Sayangnya dari total suku tersebut sebanyak 60% belum dapat diidentifikasi atau terisolasi. Berikut ini adalah suku-suku asli yang menghuni hutan hujan Amazon. 

1. Suku Tupi

Suku Tupi merupakan suku asli yang ada di Brazil yakni di hutan Amazon. Diperkirakan mereka sudah datang dan menghuni hutan sejak 2.900 tahun lalu kemudian bermigrasi menuju ke selatan dan mulai mendirikan pemukiman di pantai Atlantik di Brasil bagian tenggara.

Mereka sudah ada jauh sebelum masa penjajahan dengan populasi pada abad 15 mencapai 1 juta jiwa. Pada masa itu suku Tupi merupakan suku terbesar di Brazil. 

Suku Tupi terbagi menjadi beberapa sub suku dan masing-masing suku biasanya berjumlah 200-300 jiwa. Namun karena berbagai faktor seperti penyakit, kini jumlah penduduk suku Tupi menurun dan hanya tersisa sub suku Tupinambá yang hidup di negara bagian Bahia. 

2. Suku Yanomami 

Suku Yanomami Atau suku Yanomama adalah penduduk asli hutan hujan Amazon di bagian Brazil dan Venezuela. Mereka adalah salah satu suku paling terasing di dunia bahkan keberadaannya baru diketahui pada awal abad 21.

Populasi mereka ada 16,069 di Venezuela dan 19,420 di Brazil bagian utara. Meski baru berhasil diidentifikasi pada awal abad ini namun laporan pertama mengenai suku Yanomami sudah ada sejak abad 17 oleh seorang penjelajah bernama El Salvadorian. 

Jika pada umumnya sebuah suku akan memilih satu orang sebagai ketua namun suku Yanomami tidak memilikinya. Hal itu karena mereka adalah suku yang menganut kesetaraan. Uniknya mereka akan tinggal di dalam rumah berbentuk yang besar dan terbuka di bagian tengahnya. Rumah tersebut mampu menampung anggota kelompok hingga 400 orang. 

3. Suku Kayapo 

Suku lainnya yang juga merupakan penghuni asli hutan hujan Amazon adalah suku Kayapo. Mereka berada di negara Brazil khususnya di sepanjang sungai Xingu dan di sungai Amazon bagian selatan. Pada tahun 2018 jumlah mereka ada sekitar 8,638 jiwa. 

Penampilan dari suku ini sangat unik dan mencolok karena sekujur tubuh mereka dicat hitam kecuali bagian telapak kaki berwarna merah  Menurut kepercayaan suku Kayapo nenek moyang mereka belajar berinteraksi dari serangga sehingga agar lebih memahaminya mereka mengecat tubuh mereka. Selain itu warna hitam membantu mereka ketika berburu. 

4. Suku Awá

Suku Awá merupakan salah satu penghuni asli Amazon yang kini keberadaannya terancam punah. Populasi mereka kini hanya tersisa tidak lebih dari 500 jiwa. Selain itu mereka juga suku paling terasing di dunia. Suku Awa mulai menempati pedalaman Amazon pada abad ke 19 untuk menghindari serangan orang-orang Eropa. 

Karena hidup terisolir maka kehidupannya pun tidak tersentuh oleh modernisasi dan hidup menyatu dengan alam. Bahkan orang-orang suku Awa memiliki kelihatan seperti monyet dan mereka akan menyusuinya hingga dewasa. 

5. Suku Akuntsu

Suku Akuntansi adalah kelompok kecil yang mendiami Amazon di Brazil tepatnya di Rondonia. Mereka adalah korban genosida yang dilakukan oleh seorang peternak sapi pada tahun 1980 di Brazil. Atas kejadian tersebut hanya menyisakan 4 orang saja. Suku ini juga termasuk sebagai suku yang menutup diri dari dunia luar hingga tahun 1970 an. 

6. Suku Ticuna 

Ticuna merupakan suku terbesar di Amazon Brasil dengan jumlah populasi nya yakni 36,377. Mereka juga menyebar ke Amazon Colombia (8,000 jiwa) dan Peru (6,982 jiwa).

Ummumnya manusia akan memilih tinggal di dekat sumber air seperti sungai namun suku ini justru tinggal jauh dari sungai. Hidup mereka juga terisolasi dan baru bersentuhan dengan dunia luar pada masa kolonialisasi Brasil. 

Namun kini mereka sudah hidup lebih modern. Hal itu terlihat dari kepercayaan mereka yang sudah meninggalkan kepercayaan aslinya yaitu Shamanism dan beralih ke Kristen. Mereka juga kini sudah bisa berbicara dalam bahasa nasional sesuai dengan tempat tinggal mereka. 

7. Suku Kaxinawá

Suku Kaxinawá memiliki banyak nama lain seperti Huni Kuin, Cashinahua, Kaschinawa, Kashinawa, Caxinauás. Mereka mendiami hutan hujan Amazon Peru yang meliputi wilayah adat Alto Purs. Selain di Peru suku Huni Kuin juga menyebar hingga ke wilayah Brazil. Total populasi mereka saat ini yakni ada 11.000 jiwa. 

Bahasa yang digunakan oleh suku Huni Kuin adalah bahasa Kaxinawá yang termasuk kelompok bahasa Panoa. Mereka termasuk suku yang tertinggal. Bahkan hanya sekitar 5-10 persen saja yang dapat berbahasa Spanyol dan Peru. Selain itu sebagian besar dari mereka tidak dapat baca tulis dan tidak mengenal huruf. 

8. Suku Nukak 

Suku Bukan disebut juga sebagai Nukak-Maku yakni penduduk asli Kolombia yang terancam punah. Mereka adalah suku pemburu yang menyebar ke hulu lembah barat Amazon.

Mereka adalah suku pedalaman yang tak tersentuh hingga tahun 1981. Sayangnya setengah dari jumlah mereka hilang karena serangan penyakit.  Kini populasi mereka hanya ada sekitar 750 penduduk. 

Mereka bertahan hidup dengan cara bercocok tanam seperti umbi-umbian, cabai, sayur, dan buah. 

9. Suku Asháninka 

Asháninka atau Asháninca adalah suku yang mendiami Amazon Peru dan juga di negara bagian Acre, Brazil. Suku Inca menyebut suku Asháninca sebagai suku Campa. Mereka dikenal sebagai etnis yang pandai berperang untuk melindungi diri dari kebudayaan mereka apabila mendapat ancaman dari dari luar. 

Mereka mempunyai pakaian tradisional yakni jubah panjang dengan lubang hanya untuk kepala dan lengan saja yang disebut sebagai kushma. Tradisi yang khas dari suku ini adalah budaya mewarnai wajah mereka dengan biji buah berwarna merah. Biasanya tradisi melukis wajah dilakukan ketika akan diadakan upacara ritual. 

10. Suku Huaorani 

Huaorani disebut juga suku Waorani, Waodani dan juga suku Waos. Mereka adalah penghuni dari wilayah Amazon Ekuador. Hingga pada tahun 2001 populasi mereka ada 2.500 jiwa.

Sebelumnya, suku Huaorani adalah suku yang terisolir namun sudah sejak 40 tahun terakhir sudah mulai terbuka dengan modernisasi. 

Meski sudah bersentuhan dengan dunia luar namun sebagian dari mereka masih memiliki tinggal di hutan. Bahkan mereka yang masih hidup di hutan tidak mengenakan pakaian sehelai pun. 

The post 10 Suku yang Mendiami Hutan Amazon appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
9 Suku Asli Pulau Jawa dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-asli-pulau-jawa Thu, 25 Aug 2022 09:36:14 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38229 Pulau Jawa adalah salah satu pulau terbesar ke 5 di  Nusantara dan ke 13 di dunia. Luas Pulau Jawa yakni 126.700 kilometer dengan populasi 145 juta jiwa. Pulau Jawa menjadi pulau paling padat di Indonesia yang menampung 60 persen dari total penduduk Indonesia.  Pulau jawa memiliki sejarah yang panjang karena telah dihuni oleh manusia sejak […]

The post 9 Suku Asli Pulau Jawa dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pulau Jawa adalah salah satu pulau terbesar ke 5 di  Nusantara dan ke 13 di dunia. Luas Pulau Jawa yakni 126.700 kilometer dengan populasi 145 juta jiwa. Pulau Jawa menjadi pulau paling padat di Indonesia yang menampung 60 persen dari total penduduk Indonesia. 

Pulau jawa memiliki sejarah yang panjang karena telah dihuni oleh manusia sejak jutaan tahun lalu. Bahkan para ahli meyakini Pulau Jawa berkaitan dengan evolusi homo erectus dan homo sapiens.

Dari sekian banyaknya penduduk Jawa, mereka berasal dari kelompok atau suku yang berbeda. Di bawah ini adalah daftar suku-suku yang mendiami Pulau Jawa. 

1. Suku Jawa 

Suku Jawa adalah suku terbesar yang ada di Pulau Jawa sekaligus di Indonesia. Berdasarkan sebuah data, penduduk suku Jawa mengisi 40,22 persen dari total populasi Indonesia. Wilayah persebaran orang Jawa mencakup hampir seluruh pulau yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Bahkan suku ini juga bermigrasi ke luar pulau. 

Suku Jawa diperkirakan datang ke Indonesia pada 1500 SM–1000 SM. Mereka adalah orang-orang keturunan dari ras Austronesia. Beberapa kebudayaan Jawa yang paling terkenal adalah batik dan seni pertunjukan wayang. 

2. Suku Sunda 

Suku Sunda juga merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Pulau Jawa dan juga di Indonesia. Populasi orang Sunda ada sekitar 36.701.670 jiwa atau 15 persen dari total penduduk Indonesia. 

Orang-orang dari Suku Sunda disebut sebagai Urang Sunda. Para ahli memperkirakan suku ini datang hampir bersamaan dengan Suku Jawa. 

Suku Sunda diyakini lebih dulu datang daripada Suku Jawa. Bahkan orang-orang Sunda adalah yang pertama kali mendirikan kerajaan di Nusantara yakni Kerajaan Salakanagara. Suku Sunda menyebar ke berbagai penjuru pulau yang meliputi Jawa Barat, Banten, Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah di bagian barat. 

Wilayah-wilayah yang dihuni oleh suku Sunda disebut sebagai Pasundan. Beberapa kebudayaan dari Suku Sunda yang paling terkenal adalah senja tari jaipongan, tari topeng serta seni pertunjukan wayang golek. 

3. Suku Bawean 

Suku Bawean adalah sebutan untuk kelompok masyarakat yang mendiami salah satu pulau di Jawa yakni Pulau Bawean. Lokasinya yakni berada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Orang-orang Suku Bawean merupakan hasil perkawinan silang antara Suku Madura, Melayu, Suku Jawa, Suku Banjar, Bugis, dan Makassar yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Ada beberapa teori yang menyatakan tentang asal usul orang Bawean. Teori pertama mengatakan orang Bawean datang dari pada tahun 1819 di Malaka yakni seseorang bernama Tok Anyar. Teori kedua mengatakan Suku Bawean datang pada tahun 1824 pada masa kolonial Inggris.

Selain berada di Pulau Bawean mereka juga menyebar ke Kuala Lumpur, Johor Bahru, Melaka, Seremban dan Ipoh. Kebudayaan Suku Bawean yang terkenal adalah seni bela diri pencak Bawean dan tradisi cukup jambul serta masih banyak lagi. 

4. Suku Betawi 

Suku Betawi adalah adalah salah satu suku di Jawa yang mendiami wilayah DKI Jakarta dan sebagian Jawa Barat. Suku ini diperkirakan mulai terbentuk sejak tahun 1815 hingga 1893. Jumlah total suku Betawi ada 6.807.968 jiwa yang artinya mengisi 2,88 persen penduduk Indonesia.

Menurut penelitian asal-usul Suku Betawi yakni dari perkawinan campur antara berbagai etnis yang datang pada masa kolonial Belanda. Orang-orang Betawi berbicara dalam bahasa Indonesia namun dengan logat betawi yang khas yakni berakhiran dengan huruf “e”. Orang Betawi memiliki kebudayaan yang khas dan terkenal yakni berbalas pantun, seni musik gambang kromong dan alat musik tanjidor. 

5. Suku Samin

Suku Samin merupakan salah satu suku di Pulau Jawa yang keberadaannya jarang diketahui oleh banyak orang. Hal itu karena suku ini termasuk suku yang lebih suka mengisolasi diri dari dunia luar. Pada mulanya orang-orang Samin adalah kelompok yang dibentuk oleh Samin Surosentiko untuk melawan para penjajah. 

Perlawanan yang mereka berikan kepada penjajah tidak dalam bentuk kekerasan melainkan dengan menolak untuk membayar upeti. 

Mereka hidup berkelompok di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur serta di kawasan pegunungan Kendeng. Orang-orang samin berbicara dalam bahasa Jawa ngoko dan tidak memiliki tingkatan bahasa. Populasi suku ini tidak begitu banyak yakni hanya 5 persen dari penduduk Jawa. 

6. Suku Osing 

Suku Osing adalah sebutan yang digunakan untuk orang-orang yang tinggal di Jawa Timur khususnya di Banyuwangi. Mereka kerap disebut juga sebagai lare osing atau Laros dan Wong Blambangan. Orang-orang suku Osing adalah keturunan dari kerajaan Blambangan yang menganut agama Hindu. 

Ketika VOC datang orang-orang ini menilai untuk tunduk dan membentuk komunitas tersendiri hingga menciptakan kebudayaan yang berbeda dengan suku Jawa dan suku lainnya. Bahkan bahasa yang digunakan pun berbeda dimana bahasa Osing merupakan perkembangan dari bahasa Jawa Kuno. Kebudayaan suku Osing yang masih bertahan hingga saat ini adalah tradisi tumpeng sewu dan barong ider bumi. 

7. Suku Tengger 

Suku Tengger adalah kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Jawa Timur khususnya di pegunungan Bromo-Tengger-Semeru. Namun mereka juga menyebar ke wilayah Jatim lainnya seperti Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo.

Menurut sejarah suku Tengger adalah keturunan dari Raden Kusuma yang merupakan anak terakhir dari Roro Anteng dan Joko Seger yang berasal dari Kerajaan Kediri. 

Suku Tengger adalah suku yang terus menjunjung tinggi adat istiadat dan kebudayaannya. Contoh kesenian yang masih terus dipertahankan adalah kesenian jaranan, bentangan, upacara Yadnya Kasodo dan masih banyak lagi. 

8. Suku Madura

Suku Madura juga merupakan salah satu suku besar di Indonesia dengan total populasi 7.179.356 juta penduduk. Suku Madura adalah etnis yang mendiami wilayah Madura, Jawa Timur.

Wilayah persebaran suku Madura cukup luas yakni meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah,  Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Ciri khas mereka ada pada gaya berbicaranya yang terdengar keras dan terkesan kasar. 

Salah satu tradisi dari suku Madura terkenal hingga ke mancanegara yakni tradisi karapan sapi yang diadakan setiap tahun pada bulan Agustus atau September. Selain karapan sapi ada pula tradisi lainnya yaitu tradisi ojung. 

9. Suku Baduy

Suku Baduy adalah salah satu suku yang mendiami Pulau Jawa khususnya di Provinsi Banten. Jumlah mereka diperkirakan ada sekitar 26.000 jiwa dan sebagian besar menutup diri dari dunia luar. Suku Baduy yang memilih untuk hidup secara tradisional disebut sebagai Baduy Dalam sedangkan yang sudah tersentuh dunia luar disebut sebagai Baduy Luar. 

Suku Baduy dipercaya sebagai keturunan dari Kerajaan Pajajaran yang mengasingkan diri ke Pegunungan Kendeng. Sedangkan teori para ahli mengatakan bahwa nenek moyang Suku Baduy sudah ada sejak ribuan tahun lalu mendiami wilayah Kaolotan. Kebiasaan orang Baduy yang paling khas adalah pakaiannya yang serba hitam serta tidak mengenakan alas kaki.

The post 9 Suku Asli Pulau Jawa dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Laut: Sejarah – Karakteristik dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-laut Tue, 23 Aug 2022 08:06:24 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38131 Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tetapi juga sebagai negara paling heterogen di dunia. Malai dari bahasa, agama dan suku bangsa yang ada di negara kita sangat beragam. Salah satu yang paling menonjol dari Indonesia adalah keragaman suku nya.  Berdasarkan sensus BPS pada tahun 2010 Indonesia terdiri dari 300 suku bangsa […]

The post Suku Laut: Sejarah – Karakteristik dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tetapi juga sebagai negara paling heterogen di dunia. Malai dari bahasa, agama dan suku bangsa yang ada di negara kita sangat beragam. Salah satu yang paling menonjol dari Indonesia adalah keragaman suku nya. 

Berdasarkan sensus BPS pada tahun 2010 Indonesia terdiri dari 300 suku bangsa atau lebih tepatnya 1.340 suku. Suku-suku ini menyebar hingga wilayah pelosok negeri. Salah satu suku yang mendiami kepulauan Indonesia adalah suku Laut. Berikut ini pembahasan hal-hal mengenai siapa itu suku Laut dan bagaimana kehidupannya?. 

Siapa itu Suku Laut?

Suku Laut adalah kelompok masyarakat kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Kepulauan Riau dan Selat Malaka. Nama lain mereka adalah Orang Laut dan juga Orang Selat. Mereka merupakan pribumi atau penduduk asli di Pulau Sumatera dan bagian dari ras Proto Melayu. Kehidupan mereka cukup unik dan khas yakni sangat lekat dengan perairan. 

Wilayah persebaran mereka mencakup muara sungai Kepulauan Riau-Lingga, Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, pesisir pantai Sumatera Utara dan sisi selatan dari Semenanjung Malaka.

Penyebutan nama Orang Laut biasanya berdasarkan pada wilayah yang mereka huni misalnya suku Laut yang hidup Pulau Mantang maka disebut Orang Mantang, yang tinggal di Pulau Tambus maka disebut Orang Tambus dan sebagainya. Namun secara umum orang lokal menyebutnya sebagai Orang  Pesukuan atau Orang Sampan karena tempat tinggal mereka berada di atas sampan. 

Suku ini termasuk sebagai salah satu suku yang masih primitif di Indonesia. Artinya mereka hampir tidak tersentuh oleh modernisasi dan minim berinteraksi dengan manusia dari luar. Total jumlah mereka 

Asal-Usul Suku Laut

Jika engulik bagaimana awal mula kemunculan Suku Laut ini akan menemui banyak teori. Berdasarkan BM Syamsudin dalam bukunya (1966) berdasarkan cerita rakyat yang dipercaya mereka adalah bermula dari garam yang dihadiahkan Raja Johor untuk seorang nenek tua yang memiliki kekuatan spiritual. Dengan campur tangan kekuatan Tuhan, garam tersebut kemudian menjelma menjadi manusia. 

Teori lainnya dikemukakan oleh Vivienne Wee pada tahun  berdasarkan data silsilah naskah Sulalatus Salatin Suku Laut adalah anak keturunan dari para raja Melayu. Raja tersebut adalah Raja Chulan yang menikah dengan putri dari penguasa lautan.

Sementara itu para ahli menjelaskan bahwa Suku Laut adalah bangsa Proto Melayu yang melakukan migrasi dan menyebar di sekitar Pulau Sumatera melewati Semenanjung Malaka sekitar 2.500 – 1.500 Sebelum Masehi. Mereka adalah salah satu kelompok masyarakat yang terdesak dalam arus migrasi besar-besaran kalau itu. 

Karena desakan itu akhirnya beberapa orang Proto Melayu ke pedalaman dan akhirnya terjadilah perkawinan silang dengan orang-orang Weddoid dan Australoid.  Dari perkawinan silang ini lah lahir Suku Laut. Terlepas dari bagaimana asal usul kemunculan Suku Laut mereka memiliki sejarah yang cukup panjang. 

Dahulu kalau Suku Laut memegang peranan kunci terhadap Kerajaan Sriwijaya. Berkat bantuan Orang Laut lah Kesultanan Malaka mendapatkan kekuasaan. Dipercaya mereka menjadi tentara, pembuat senjata, mengirim utusan dan melakukan kerjasama dengan kerajaan lainnya, dan memasok bahan pangan. 

Suku Laut dikenal sebagai pengikut kerajaan yang sangat setia meskipun kondisi negeri dalam keadaan terpuruk. Namun ketika kekuasaan raja mereka sudah hilang keberadaannya juga menghilang dan digantikan oleh suku Lainnya. 

Karakteristik Suku Laut 

Suku Laut pada dasarnya merupakan kelompok suku yang masuk ke dalam kategori Melayu. Sehingga ciri fisik yang dimiliki pun tidak jauh berbeda dengan suku lainnya di Indonesia. Di antara ciri-ciri tersebut antara lain berkulit sawo matang atau gelap, tubuh relatif sedang, dan rambut bergelombang.  

Karena kehidupannya yang lekat dengan perairan maka orang Laut adalah orang-orang yang pandai menyusuri sungai dan lautan. Mereka genae mengembara untuk mencari makanan. Selain itu karena cara hidupnya yang masih nomaden maka hubungan antar kelompok masih terjaga dan saling menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan. 

Pakaian Adat Suku Laut 

Belum ada informasi yang menyebutkan tentang pakaian adat Orang Laut. Namun mereka pernah hadir dalam festival kebudayaan Batam Internasional Culture Carnival. Pakaian yang paling menonjol terlihat pada aksesoris kepala yang berbentuk menyerupai sebuah kapal. 

Rumah Adat Suku Laut 

Orang-orang suku Laut tidak memiliki penyebutan khusus untuk menamai rumah-rumah mereka. Mereka identik dengan tempat tinggalnya di atas sampah atau rumah perahu. Meskipun demikian orang-orang Laut tetap memiliki rumah permanen di daratan namun mereka lebih suka hidup berpindah-pindah. 

Rumah Sampan mereka berbentuk kajang pada bagian atap nya dan terbuat dari daun rumbia kering. Sampan Kajang ini merupakan simbol kesatuan dari sebuah keluarga Orang Laut. Di dalam rumah ini mereka menjalankan aktivitas sehari-hari mereka. 

Sebenarnya sudah ada upaya pemerintah mendaratkan orang-orang Suku Laut. Namun mereka hanya mematuhi peraturan tersebut untuk sementara setelah itu kembali seperti kehidupan tradisional. 

Agama Suku Laut 

Sebagai masyarakat yang terasingkan tentu mereka masih lekat dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun beberapa tahun terakhir mereka sudah mulai memeluk ajaran agama seperti Katolik, Kristen dan Islam.

Uniknya ketiga agama ini mendominasi di tiga perkampungan yang berbeda yakni di Kampung Pangling mayoritas Katolik, kampung Suku Laut Kawal Pantai didominasi oleh Islam dan Kampung Pulau Air Mas didominasi oleh agama Kristen Protestan. 

Bahasa Suku Laut 

Dalam kesehariannya mereka berbicara dalam bahasa yang mirip seperti bahasa Melayu. Bahkan beberapa ahli menggolongkan bahasa Orang Laut sebagai bahasa Melayu Lokal. Dari penggunaan bahasa ini lah Suku Laut dianggap sebagai kelompok Melayu Tua. 

Kebudayaan Suku Laut 

Jika kamu berkunjung ke pemukiman Suku Laut maka kamu akan menjumpai beberapa kesenian yang khas dimiliki oleh orang-orang Melayu. Salah satu kesenian tersebut adalah saling berbalas pantun di waktu senggang. Bentuk kebudayaan Suku Laut lainnya adalah senjata tradisional mereka yang disebut serampang. 

Serampang adalah sejenis tombak yang digunakan untuk mencari ikan. Kegiatan mencari ikan Orang Laut disebut bersuluh.

Struktur Sosial Suku Laut 

Masyarakat Suku Laut hidup dalam berkelompok dan membentuk sebuah klan yang relatif kecil. Biasanya satu kelompok kelompok terdiri dari 5 sampai 8 keluarga dan semua anggotanya masih memiliki hubungan kerabat. 

Dari kumpulan keluarga ini akan ditunjuk satu orang sebagai pemimpin klan. Tugas ketua kelompok adalah sebagai penghubung dengan kelompok suku Laut lainnya. Cara memilih ketua kelompok yakni dengan bermusyawarah. Biasanya ketua klan yang dipilih berjenis kelamin laki-laki. 

Mata Pencaharian Suku Laut

Suku Laut sangat menyatu dengan perairan sehingga pekerjaan mereka pun tidak jauh dari laut yakni sebagai nelayan. Mereka biasanya akan bersuluh untuk mencari ikan di malam hari. Bahkan anak-anak Suku Laut sudah dibekali teknik mendayung agar kelak bisa bertahan hidup. Komoditas hasil laut utama mereka adalah ikan teri. 

Selain menjadi nelayan, kini beberapa remaja Suku Laut mulai mencoba pekerjaan baru yakni sebagai buruh arang. Pekerjaan sebagai burung arang dinilai lebih pasti hasilnya dari pada melaut. 

The post Suku Laut: Sejarah – Karakteristik dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
11 Suku Paling Terisolasi di Indonesia https://haloedukasi.com/suku-paling-terisolasi-di-indonesia Sat, 20 Aug 2022 02:20:09 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38096 Indonesia diberikan kekayaan alam dan budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman budaya tersebut muncul karena masyarakat Indonesia yang heterogen yakni terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa. Berdasarkan data yang tercatat Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku yang mendiami kepulauan Nusantara.  Fakta menariknya masih ada beberapa suku yang dipercaya belum sepenuhnya teridentifikasi. Hal itu dikarenakan mereka […]

The post 11 Suku Paling Terisolasi di Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia diberikan kekayaan alam dan budaya yang beraneka ragam. Keanekaragaman budaya tersebut muncul karena masyarakat Indonesia yang heterogen yakni terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa. Berdasarkan data yang tercatat Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku yang mendiami kepulauan Nusantara. 

Fakta menariknya masih ada beberapa suku yang dipercaya belum sepenuhnya teridentifikasi. Hal itu dikarenakan mereka menolak modernisasi dan lebih memilih hidup sesuai dengan tradisi mereka.

Pada umumnya mereka akan tinggal di pedalaman hutan dan jauh dari peradaban. Dari ribuan suku di Indonesia ini lah daftar beberapa suku yang paling terisolasi. 

1. Suku Mante 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku Mante disebut sebagai suku Nanti yakni sekumpulan orang-orang yang diyakini paling awal datang ke Pulau Aceh dan membentuk Aceh modern. Meski diperkirakan sudah berada di Aceh selama 3000 tahun namun informasi mengenai mereka masih sangat minim karena hampir tidak pernah berinteraksi dengan manusia luar. 

Diduga mereka mendiami beberapa pedalaman hutan Aceh seperti hutan Jantho, hutan Tangse, hutan Geumpang, Pidie, dan hutan di Aceh Tengah. Beberapa orang menyebutkan bahwa ciri fisik mereka memiliki perawakan kecil bahkan kerdil namun memiliki kecepatan lari yang kencang. Sebelumnya, suku ini sempat diprediksi punah namun pada tahun 2017 tersebar video yang menampilkan seseorang dengan ciri-ciri persis seperti orang suku Mante. 

2. Suku Kombai 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku Kombai adalah salah satu suku di pedalaman Papua dan keberadaannya masih terisolasi dari dunia luar. Suku ini baru diketahui keberadaannya pada 30 tahun silam.

Mereka tinggal di Citak, Mitak, Kabupaten Mappi atau di perbatasan Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Boven Digoel. Suku ini diyakini sebagai suku terakhir yang bertahan sejak zaman batu. 

Saat ini jumlah mereka ada lebih dari 5000 jiwa dan sudah mulai menerima modernisasi. Sebagian dari mereka telah bersentuhan dengan masyarakat lainnya dan membuat pemukiman baru seperti di Yaniruma.

Mereka juga telah memeluk agama yakni kristen. Kebudayaan unik yang dimiliki mereka adalah rumah-rumah tempat tinggal mereka dibangun di atas pohon yakni pada ketinggian 10 m–30 m. 

3. Suku Korowai

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku Korowai juga merupakan suku yang ada di pedalaman Papua dan baru ditemukan pada 30 tahun lalu. Mereka hidup di pedalaman hutan Papua Selatan di wilayah Anim-ha yakni di Kabupaten Mappi, Boven Digoel, Asmat, dan Kabupaten Merauke.

Sama seperti suku Kombai, suku Korowai juga membangun rumah mereka di atas pohon untuk menghindari serangan hewan buas dan banjir.

Suku Korowai dibedakan menjadi dua kelompok yakni Korowai Batu dan Korowai Besi. Korowai Batu adalah mereka yang masih hidup dengan peradaban mereka sendiri dan menolak modernisasi sedangkan Korowai Besi adalah mereka yang lebih maju dan sudah mengenal perkakas seperti kapak besi, pisau, parang dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan suku Kombai, jumlah suku Korowai lebih sedikit yakni hanya ada 3000 jiwa. 

4. Suku Laut 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku Laut kerap dikenal juga sebagai Orang Laut dan Orang Selat yakni sebutan untuk mereka yang hidup di pulau sekitar muara sungai di Kepulauan Riau-Lingga, Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, pesisir dan pulau-pulau di lepas pantai Sumatra Timur serta Semenanjung Malaya Selatan.

Mereka memiliki kehidupan yang sangat unik yakni dengan berpindah-pindah atau nomaden mengelilingi lautan. Karena berdiri di atas perairan maka rumah yang mereka gunakan mirip seperti sampan yang sederhana. 

Mereka meyakini bahwa tugasnya adalah menjaga lautan dari para bajak laut dan mengarahkan para pedagang menuju ke pelabuhan kerajaan.

Konon dulu mereka menjaga lautan untuk kerajaan Sriwijaya sebelum akhirnya tugas mereka diganti oleh suku Bugis. Meski tinggal di atas lautan namun sesekali mereka akan mendarat untuk mengebumikan sana saudara mereka yang meninggal. 

5. Suku Kubu 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Sebagian dari kita mungkin lebih mengenal Suku Kubu sebagai Suku Anak Dalam. Namun keduanya sama-sama merujuk kepada satu kelompok masyarakat yang merupakan pribumi yang mendiami hutan dataran rendah Jambi, Sumatra Tengah.

Orang-orang suku Anak Dalam biasanya disebut sebagai “orang rimbo” atau artinya orang rimba. Mereka masih hidup selayaknya pada masa sebelum modern yakni berpindah-pindah dan menganut sistem kepercayaan dinamisme dan animisme. 

Cara bertahan hidup mereka yakni dengan berburu hewan seperti kelelawar, ular, rusak dan lainnya. Kondisi mereka kini terancam karena rumah mereka yakni hutan semakin habis untuk dijadikan lahan kebun. Namun beberapa dari mereka juga ada yang mau menerima modernisasi dan mulai berkebun.

6. Suku Polahi 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku Polahi adalah suku yang mendiami pedalaman Gorontalo yang diduga masih hidup primitif hingga saat ini karena menghindari kolonial Belanda pada zaman dulu.

Untuk menghindari pajak yang ditetapkan Belanda mereka akhirnya bersembunyi dan tinggal di lereng Gunung Boliyohuto di Desa Tamaila Utara, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo. Meski kini telah merdeka sebagian besar dari mereka tetap memilih untuk tinggal di dalam hutan 

Cara bertahan hidup mereka yakni dengan bercocok tanam seperti buah dan umbi-umbian. Uniknya mereka hanya akan makan satu kali dalam satu hari yakni ketika menjelang malam sekitar pukul 5 sore. Tradisi unik mereka lainnya adalah ketika ada anggota keluarga yang meninggal maka jenazah akan dikuburkan di dalam rumah itu dan mereka pergi untuk membangun rumah yang baru. 

7. Suku Kajang 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku paling terisolasi lainnya di Indonesia adalah suku Kajang yang berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sama seperti suku Korowai suku ini juga terbagi menjadi dua kelompok yakni suku Kajang Dalam dan Kajang Luar.

Kajang Dalam disebut juga sebagai tau kajang yakni mereka yang enggan bersentuhan dengan dunia luar sementara itu Kajang Luar atau teu lembang adalah suku Kajang yang sudah lebih modern. 

Suku ini memiliki tradisi yang sangat kental dan harus dipatuhi oleh setiap orang yang memasuki kawasan mereka. Salah satu contohnya adalah ketika berkunjung ke wilayah Ammatoa, Kab. Bulukumba pakaian kita harus hitam sebagai bentuk persamaan dengan yang lainnya. 

8. Suku Togutil 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku Togutil adalah suku yang masih menjalani kehidupan primitif nya di wilayah Maluku Utara. Mereka menyebar ke beberapa hutan seperti hutan Totodoku, Tukur-Tukur, Lolobata, Kobekulo dan Buli. Mereka adalah masyarakat yang berbicara dengan menggunakan bahasa Tobelo dan masing sangat mengandalkan hutan Halmahera untuk bertahan hidup. 

Berdasarkan kisah yang dipercaya alasan mereka hidup di hutan mirip seperti suku Polahi yakni menghindari kolonialisme Belanda. Rumah tempat tinggal mereka masih sangat sederhana dengan memanfaatkan daun lontar untuk dinding dan atap rumah. Sementara itu untuk menutupi tubuhnya mereka hanya menggunakan bawahan saja. 

9. Suku Sakai 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Masih ada suku lainnya yang hidup terisolasi di Sumatra tepatnya di Kepulauan Riau yakni suku Sakai. Mereka hidup tersebar di beberapa wilayah yakni di Kandis, Balai Pungut, Kota Kapur, Minas, Duri, tepi Sungai Siak, dan bahulu Sungai Apit. Para pakar mengatakan bahwa suku Sakai berasal dari kerajaan Pagaruyung yang pernah berkuasa di Sumatera Barat.

Namun ada juga teori yang berpendapat bahwa mereka adalah percampuran antara orang Weddoid dari Hindia Selatan dengan orang Minangkabau yang melakukan migrasi pada abad ke 14 namun baru mulai diketahui keberadaannya pada masa kolonialisme Jepang.

Kerna itu lah orang-orang suku Sakai memiliki ciri fisik berkulit gelap dan rambut bergelombang. Kehidupan mereka sangat menyatu dengan alam bahkan terdapat sebuah aturan yakni dilarang menebang pohon. Apabila dilanggar maka akan dikenakan denda senilai emas tertentu. 

10. Suku Bauzi 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Suku Bauzi atau Bauji, Baudi dan Bauri merupakan salah satu suku paling terasing di Indonesia bahkan di dunia. Hal itu disampaikan oleh Summer Institute of Linguistics (SIL).

Diperkirakan mereka berjumlah sebanyak 1.500 jiwa dan tinggal di wilayah hutan Mamberamo, Papua. Mereka berasal dari Waropen utara kemudian hidup menyebar ke lembah dan pegunungan dengan menyusuri sungai. 

Kehidupan mereka masih sangat primitif dimana pakaiannya terbuat dari kulit pohon yang dikeringkan dan hanya menutupi kemaluannya saja. Bahkan keberadaan mereka baru teridentifikasi pada tahun 1991. 

11. Suku Samin 

Suku Paling Terisolasi di Indonesia

Pulau Jawa mungkin dipandang sebagai pulau paling maju di Indonesia namun tahukah kamu masih ada suku yang hidup primitif di sana. Suku tersebut adalah suku Samin yang tinggal di kawasan pedalaman Blora, Jawa Tengah.

Mereka adalah kelompok dari pengikut Samin Surosentiko yang melawan kolonialisme Belanda dan Jepang dengan cara tidak membayar pajak kepada mereka. Mereka hidup mengisolasi diri dan tinggal di dalam hutan dan minim interaksi dengan dunia luar sejak tahun 1890. 

Sejak mendirikan gerakan saminisme ini ia dan pengikutnya menyebar ke Pegunungan Kendeng Utara dan Kenceng Selatan. Karena kehidupannya yang jauh dari dunia luar mereka baru mendengar kabar kemerdekaan RI pada tahun 1970. 

The post 11 Suku Paling Terisolasi di Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
12 Suku Terasing di Dunia  https://haloedukasi.com/suku-terasing-di-dunia Sat, 20 Aug 2022 02:03:00 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38068 Suku adalah sekelompok manusia yang merupakan bagian dari golongan yang lebih besar lagi. Di dunia ini ada banyak sekali suku bahkan hanya di Indonesia saja terdapat 1.340 suku. Suku-suku ini lah yang mendiami berbagai tempat di dunia.  Kehadiran mereka di suatu tempat terkadang sudah lebih dari ribuan atau bahkan ratusan ribu tahun lalu. Kemudian mereka […]

The post 12 Suku Terasing di Dunia  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku adalah sekelompok manusia yang merupakan bagian dari golongan yang lebih besar lagi. Di dunia ini ada banyak sekali suku bahkan hanya di Indonesia saja terdapat 1.340 suku. Suku-suku ini lah yang mendiami berbagai tempat di dunia. 

Kehadiran mereka di suatu tempat terkadang sudah lebih dari ribuan atau bahkan ratusan ribu tahun lalu. Kemudian mereka beradaptasi dengan lingkungan dan alam serta perkembangan zaman. Antar kelompok suku tak segan untuk berinteraksi bahkan saling memperkenalkan dan bertukar budaya. 

Pada faktanya hingga era modern seperti sekarang ini masih banyak suku yang menolak untuk bersentuhan dengan kelompok lainnya.

Hal itu menyebabkan mereka masih hidup primitif dan terisolasi dari dunia luar. Siapa saja suku-suku yang paling terisolasi sehingga menjadi yang terasingkan di dunia? Simak pembahasannya berikut ini. 

1. Suku Senitenelese

Sentinelese adalah kelompok manusia yang hidup di Pulau Sentinel Utara, Kepulauan Andaman, Benggala di perbatasan India dan Bangladesh. Kehidupan mereka sangat tertutup bahkan tidak mau dikunjungi sama sekali oleh manusia lainnya.

Pulau tempat tinggal mereka masuk sebagai pulau paling berbahaya di dunia karena orang-orang Sentinel tidak segan untuk membunuh orang asing yang masuk ke wilayah mereka. 

Karena kondisinya yang terisolasi belum ada yang bisa mengidentifikasi berapa jumlah mereka, apa bahasa yang digunakan dan bagaimana cara mereka bertahan hidup. Pada tahun 2018, seorang misionaris Amerika Serikat mencoba meneliti mereka dengan menggunakan helikopter namun ia justru ditemukan meninggal dunia. 

2. Suku Ayoreo 

Suku Ayoreo disebut juga sebagai Ayoreode tinggal di Gran Chaco di sekitar Sungai Paraguay, Pilcomayo, Parapetí, dan Grande.

Umumnya mereka tinggal di pedalaman hutan dan baru tersentuh dengan manusia lain sekitar tahun 1940 ketika masa kolonial orang-orang Mennonite. Namun terjadi bentrok antar keduanya dan terlibat saling bunuh-membunuh. 

Pada tahun 1970 an American New Tribes Mission mencoba memaksa mereka untuk keluar dari hutan namun satu persatu penduduk Ayoreo meninggal karena suatu penyakit dan sebagian lainnya memilih tetap tinggal di hutan. Mereka hidup dalam kelompok kecil dan bertahan hidup dengan menanam labu, buncis, melon dan sayuran lainnya.  Diperkirakan jumlah total mereka asa lebih dari 5.500 orang. 

3. Suku Awa 

Suku Awa atau suku Guajá merupakan penduduk asli dari hutan Amazon bagian timur. Selain terasingkan mereka juga merupakan suku paling terancam punah karena kini jumlahnya hanya ada sekitar 350 jiwa saja. Sebanyak 100 jiwa memilih untuk tidak berinteraksi dengan manusia dari luar kelompok mereka. 

Sebenarnya dahulu mereka tinggal di pemukiman secara nomaden namun melarikan diri ketika orang-orang Eropa datang pada tahun 1800 an. 

Pada akhir abad ke-20 pemerintah Brazil berhasil memindahkan mereka ke pemukiman proyek pemerintah. Namun tidak semuanya mau menerima program tersebut dan kembali hidup di dalam hutan. Dalam kesehariannya mereka berbicara dalam bahasa Tupi-Guarani. 

4. Suku Jarawa 

Suku Jarawa atau Jarwa adalah suku lainnya di Kepulauan Andaman yang juga terisolasi dari dunia luar. Para ahli meyakini mereka adalah keturunan suku Jangil satu-satunya yang masih bertahan. Meski demikian jumlah mereka juga tidak begitu banyak yakni hanya 300 penduduk saja. 

Para ilmuwan juga meyakini mereka masih saling terkait satu sama lain dengan 2 suku Kepulauan Andaman lainnya yakni suki Sentinel dan Suku Onge. Orang-orang Jarawa mulai melakukan kontak dengan dunia luar pada tahun 1970-an namun hanya beberapa dari mereka sedangkan yang lainnya tetap menjaga jarak. 

5. Suku Cujareño

Suku Cujareño lebih dikenal sebagai Suku  Mashco-Piro. Mereka adalah pribumi dari pedalaman hutan hujan Amazon di Peru. Sejak dahulu mereka menolak untuk melakukan kontak dengan orang luar. Keberadaan mereke kini hanya tersisa sekitar 200 jiwa.

Salah satu penyebab hilangnya mereka adalah pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang bayaran untuk membuka hutan mereka sebagai perkebunan karet pada tahun 1894. 

Beberapa media berhasil mengabadikan mereka seperti pada tahun 2011 dan 2012. Namun tak lama setelah itu seorang pemandu lokal ditemukan tewas tertancan anak panah yang diduga merupakan ulah dari suku Mashco-Piro. 

6. Suku Pintupi Nine 

Suku Pintuoi Nine adalah penduduk asli Australia Barat tepatnya di Gurun Pasir Gibson sampai pada tahun 1984. Namun kini keberadaan mereka tidak dapat diidentifikasi. Karena keberadaannya yang tidak diketahui ini lah mereka kerap disebut sebagai “suku yang hilang”. Meski demikian masih banyak yang menyakini mereka masih eksis. 

7. Suku Korowai 

Suku Korowai adalah satu dari sekian banyaknya suku terpencil di Papua, Indonesia. Keberadaan mereka baru terindentifikasi 3 tahun yang lalu oleh misionaris Belanda Johannes Veldhuizen.

Mereka hidup pedalaman Papua Selatan dengan rumah tradisionalnya yang unik yakni di atas pohon setinggi 50 meter. Jumlah mereka tidak begitu banyak yakni hanya 3000 jiwa. 

Setelah ditemukan suku ini perlahan-lahan mulai menerima kontak dengan orang lain. Bahkan mereka mau menerima bantuan pemerintah dan mulai membangun rumah dan gereja. 

8. Suku Yaifo 

Papua Nugini juga memiliki banyak suku yang terisolasi salah satunya adalah Suku Yaifo. Mereka hidup di provinsi Sepik Timur di wilayah dataran tinggi.

Suku ini berhasil diidentifikasi oleh seorang penulis dari Inggris yang bernama Benedict Allen pada tahun 1988. Kehidupan mereka dijelaskan dalam buku berjudul The Proving Grounds: A Journey through the Interior of New Guinea and Australia. 

Pada tahun 2017 Allen kembali ke suku Yaifo untuk mencari tahu lebih lanjut. Namun ia diketahui menghilang untuk beberapa waktu sebelum akhirnya ditemukan tanpa luka dan cidera. Ia menjelaskan ketika tiba di sana ia disambut dengan tarian unik yang terkesan mistis dengan perlengkapannya yakni busur dan anak panah. 

9. Suku Kawahifa 

Suku Kahwahifa sebelumnya disebut sebagai Indian Rio Pardo yakni mereka yang hidup di dekat kota Colniza, Brazil. Keberadaan mereka baru diketahui pada tahun 1999 karena interaksi mereka dengan dunia luar sangat terbatas. Meski demiian, beberapa ahli berpendapat bahwa mereka sudah ada sejak tahun 1700 an. 

Keberadaan mereka terancam karena genosida akibat defortasi dan pembalakan hutan. Namun sejak tahun 2001 pemerintah telah meresmikan perlindungan terhadap msuku Kawahifa. Keberadaan suku Kawahifa telah dokumentasikan dan disebarluaskan ke dunia luar pada tahun 2011. 

10. Suku Korubo 

Suku Korubo atau Suku Korubu adalah penduduk asli yang mendiami Vale Do Javari di lembah Amazon Barat. Orang-orang Korubo disebut sebagai Dsalala atau caceteiros. Keberadaan mereka baru dapat diketahui pada bulan Oktober 1996 oleh jurnalis Paul Raffaele. Mereka tinggal di dalam rumah tradisional berukuran besar yang disebut sebagai maloca. 

Tidak seperti suku terasing lainnya yang memiliki praktik spiritual tertentu, suku Korubo tidak memilikinya. Cara bertahan hidup mereka yakni dengan bertani dan berburu. Beberapa buku memuat kehidupan tentang mereka seperti  yang berjudul Out of Time (2015) dan After First Contact (2003). 

11. Suku Yanomami 

Suku Yanomami atau Yanomama yakni suku asli yang juga mendiami hutan hujan Amazon. Jumlah mereka diperkirakan ada sekitar 35.000 penduduk dan menyebar di 200 hingga 250 desa di hutan Amazon yakni di Venezuela hingga Brazil. Mereka telah menghuni pedalaman hutan Amazon selama ribuan tahun. 

Sebagian dari mereka tidak melakukan kontak dan interaksi dengan dunia luar. Bahkan kehidupan mereka cenderung individu atau dalan kelompok kecil dan tidak menyadari bahwa mereka adalah satu kelompok. Ancaman yang datang kepada mereka adalah wabah penyakit seperti malaria dan dan campak sehingga populasi mereka semakin berkurang. 

12. Suku Surma

Surma adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tiga kelompok suku yakni Suri Chai, Timaga, dan Suri Baale. Mereka adalah orang yang tinggal di Suri Wearda di Ethiopia Barat Daya. Untuk berkomunikasi mereka menggunakan bahasa yang termasuk dalam kelompok bahasa Sumiric Tenggara yakni bahasa Mursi dan Majang, dan Me’en. 

Budaya yang paling unik dan menonjol dari suku ini adalah bibir yang ditusuk dan dimasuki oleh pelat bibir serta para wanita akan mencabut gigi bawah mereka untuk ditindik. Sayangnya, mereka masih menolak untuk dipindahkan dan interaksi dengan dunia luar. 

The post 12 Suku Terasing di Dunia  appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Amungme: Asal Usul – Karakteristik dan Kebudayaan https://haloedukasi.com/suku-amungme Wed, 03 Aug 2022 08:05:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=37676 Indonesia membentang dari Sabang hingga ke Merauke dengan suku bangsa yang beraneka ragam di dalamnya. Bahkan dalam satu pulau bisa dihuni oleh ratusan suku yang berbeda. Contohnya adalah di Papua yang diperkirakan ada 200–300 suku bangsa. Para ilmuwan meyakini masih ada beberapa suku yang belum teridentifikasi karena hidup di kawasan yang sulit dijangkau manusia dan […]

The post Suku Amungme: Asal Usul – Karakteristik dan Kebudayaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
suku amungme

Indonesia membentang dari Sabang hingga ke Merauke dengan suku bangsa yang beraneka ragam di dalamnya. Bahkan dalam satu pulau bisa dihuni oleh ratusan suku yang berbeda. Contohnya adalah di Papua yang diperkirakan ada 200–300 suku bangsa.

Para ilmuwan meyakini masih ada beberapa suku yang belum teridentifikasi karena hidup di kawasan yang sulit dijangkau manusia dan enggan tersentuh modernisasi. 

Salah satu suku yang ada di tanah Papua adalah suku Amungme. Siapa dan seperti apa kehidupan suku Amungme itu? simak dalam rangkuman di bawah ini. 

Siapa itu Suku Amungme?

Suku Amungme adalah salah satu suku yang mendiami Pulau Papua. Mereka hidup di selatan dari Pegunungan Jayawijaya yakni di sekitar tambang Grasberg yang merupakan tambang biji emas tertinggi di dunia. Jumlah mereka diperkirakan ada sekitar 17.700 penduduk. Selain menyebutnya sebagai Amungme mereka juga memiliki nama lain seperti Amuy, Amung, Amui, Damal dan juga Uhunduni. 

Kata Amungme merupakan gabungan dari dua kata yakni “Amung” yang berarti utama dan “me” yang memiliki arti manusia. Mereka hidup berdampingan dengan suku Papua lainnya seperti Suku Lani dan suku Dani serta orang-orang Ekagi.

Asal Usul Suku Amungme

Mengenai bagaimana suku Amungme ini datang terdapat beberapa teori yang berbeda. Setidaknya ada tiga Teori yang mencoba untuk mengungkapkan nenek moyang mereka. Teori yang pertama mengatakan bahwa orang Amungme datang dari Lembah Baliem yang bernama Pagema di Wamena. 

Mereka datang dari tanah yang ada di dalam gua dan keluar dari kegelapan dengan membawa berbagai perlengkapan untuk bertahan hidup. Perlengkapan tersebut adalah biji dan perkakas. Berdasarkan teori kedua suku Amungme berasal dari gua yang diawasi oleh sosok bernama Menaga Nemungki.

Leluhur Amungme dilarang mengintip ataupun keluar dari dalam gua dan jika melanggar maka akan mendapatkan hukuman dari Menaga Nemungki. Nakun leluhur Amungme berhasil melarikan diri berkat bantuan anjing yang menggali terowongan. Ini juga lah yang menjadi alasan mengapa orang-orang Amungme tidak menyantap dan membunuh anjing. 

Teori ketiga mengatakan bahwa orang Amungme berasal dari dua orang nenek tua yang memberikan tongkat kepada anak perempuan mereka. Anak perempuan yang suci dan bersih itu kemudian diberi tongkat oleh sang nenek. Dengan tongkat tersebut pintu gua pun terbuka dan mengajak yang lainnya untuk keluar dan membangun kehidupan. 

Ciri Fisik Suku Amungme

Terlepas bagaimana leluhur suku Amungme datang ke Papua, mereka masuk ke dalam kelompok ras Melanesoid. Sehingga ciri fisik yang dimiliki pun tidak jauh berbeda dengan suku-suku di Papua lainnya. Diantara ciri fisik yang khas dari suku Amungme adalah berambut ikal hingga keriting, bagian bibir cenderung tebal dan hidung mancung serta melebar. 

Kulit mereka unumya berwarna gelap dan postur tubuh mereka tegap dan kekar. Mereka juga adalah orang yang tinggi yakni sekitar 170 cm. 

Secara sifat mereka dikenal sebagai bangsa yang tegas dan tak kenal kompromi. Mereka lebih sering bertidak preventif terutama kaum laki-laki. Namun dibalik itu semua masyarakat Amungme sangat menjunjung tinggi keadilan. Karakter ini terbentuk karena faktor geografis pemukiman mereka yakni di wilayah pegunungan. 

Pakaian Adat Suku Amungme

Pakaian adat atau disebut juga sebagai pakaian tradisional yakni kain atau sesuatu yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh seseorang. Pakaian asli daei suku Amungme tidak berbeda jauh dengan suku Papua lainnya yang lekat dengan alam. Para wanita Amungme menutupi tubuh bagian pinggul ke bawah dengan rok atau cawat. 

Rok atau cawat tersebut dibuat dari serat kulit kayu yang sudah dikeringkan terlebih dahulu. Sedangkan kaum laki-laki Amungme mengenakan pakaian tradisional yang sudah sangat terkenal yakni koteka. 

Sama dengan rok perempuan Amungme, koteka juga digunakan hanya untuk menutupi bagian bawah saja. Bahkan koteka hanya untuk menutupi penis saja. Bahan yang digunakan untuk membuat koteka pun diambil dari alam yakni kulit labu. Labu yang dipilih adalah labu yang sudah tua karena memiliki tekstur yang lebih keras. Isi labu kemudian dikeluarkan semua daj dikeringkan. 

Agama dan Kepercayaan Suku Amungme 

Kepercayaan yang diyakini oleh suku Amungme dan leluhur mereka adalah animisme. Mereka sangat memuja gunung dan menganggapnya sebagai tempat suci. Mereka memiliki nama sendiri untuk puncak tertinggi di Indonesia yang berada di Papua yakni Jayawijaya sebagai Nemangkawi Ninggok. Nama tersebut adalah nama asli dari puncak yang diselimuti salju ini. 

Suku Amungme tidak mengenal adanya dewa dan lebih meyakini bahwa roh dan alam adalah satu kesatuan. Meski praktek animisme masih sering dilakukan namun kini sebagian besar suku Amungme sudah memeluk agama Nasrani. 

Bahasa Suku Amungme

Masyarakat suku Amungme berbicara dalam bahasa asli mereka yakni bahasa Amung atau bahasa Damal atau bahasa Uhunduni. Bahasa ini terdiri dari beberapa dialek diantaranya adalah dialek Amongme, dialek Amung, dialek Damal dan dialek Enggilpilu. Beberapa leksikal yang terdapat pada bahasa Uhunduni mirip dengan bahasa-bahasa dari kelompok bahasa Trans Nuginim.

Namun beberapa ahli seperti Pawley dan Hammarström menganggap hal itu tidak cukup kuat untuk mengklasifikasikan bahasa Uhunduni sebagai bahasa Trans Nugini. Penutur bahasa ini tersebar ke beberapa wilayah seperti di dataran tinggi tengah, Kabupaten Paniai, Kecamatan Beoga dan Ilaga, Kabupaten Asmat, Deiya, Mimika, dan Puncak, Pegunungan Carstens utara dan selatan, kemungkinan kabupaten Lanny Jaya dan Nduga. 

Rumah Adat Suku Amungme 

Rumah adat masyarakat Amungme didebut sebagai kolokia hinangami devin namun rumah ini sudah tidak dibangun lagi. Hal itu terjadi sejak agama Kristen mulai mempengaruhi suku ini. Sehingga mereka lebih memilih untuk membangun gereja atau tempat ibadah. 

Sebenarnya suku Amungme masih sesekali membangun kolokia hinangami devin namun hanya pada waktu tertentu saja. Biasanya ketika mereka meyakini akan terjadi bencana atau malapetaka. 

Kebudayaan Suku Amungme 

Suku Amungme adalah suku yang masih sangat primitif dan tidak begitu banyak memiliki bentuk kebudayaan. Kebiasaan mereka adalah bersyair atau menghasilkan suara-suara yang khas. Hal itu biasa mereka lakukan di atas bukit sembari menatap puncak Cartenz. Bunyi-bunyi an tersebut adalah cara suku Amungme untuk mengungkapkan emosi mereka baik suka, duka maupun syukur. 

Mata Pencaharian Suku Amungme

Kendati pun tanah mereka dilapisi oleh emas nakun faktanya harta karun tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan asing. Masyarakat suku Amungme masih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian mereka. 

Pertanian yang mereka jalankan adalah pertanian nomaden. Artinya lahan mereka selalu berpindah-pindah. Selain itu suku Amungme juga bergantung pada kegiatan meramu. 

The post Suku Amungme: Asal Usul – Karakteristik dan Kebudayaan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Nias: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-nias Mon, 14 Dec 2020 01:31:48 +0000 https://haloedukasi.com/?p=16380 Suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Nias. Masyarakat Nias menamai diri mereka sendiri yaitu Ono Niha, yang memiliki arti sebagai anak manusia dan menyebut Pulau Nias sebagai Tano Niha yang berarti tanah manusia. Jumlah masyarakat Suku Nias sekitar 480.000 jiwa. Suku ini masih hidup dengan adat dan kebudayaan yang tinggi. Sejarah […]

The post Suku Nias: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Nias. Masyarakat Nias menamai diri mereka sendiri yaitu Ono Niha, yang memiliki arti sebagai anak manusia dan menyebut Pulau Nias sebagai Tano Niha yang berarti tanah manusia.

Jumlah masyarakat Suku Nias sekitar 480.000 jiwa. Suku ini masih hidup dengan adat dan kebudayaan yang tinggi.

Sejarah Perkembangan Suku Nias

Sebenarnya tidak diketahui secara persis kapan orang yang pertama kali datang ke Pulau Nias. Namun, pada sekitar 700 tahun yang lalu ada sekelompok orang atau suku lain yang menghuni Pulau Nias. Hal ini dibuktikan dengan bukti arkeologi.

Pada tahun 1999 ekskavasi pertama Museum Pusaka Nias terdapat gua besar yang jaraknya 4 km dari Gunung sitoli dan sekitar 130 meter di atas permukaan laut. Sisa sisa dan alat-alat juga ditemukan di dalam gua tersebut.

Diperkirakan telah dihuni sekitar lebih dari 12.000 tahun yang lalu. Ekskavasi berikutnya dilakukan oleh Balai Arkeologi Medan menjelaskan bahwa gua tersebut telah berpenghuni oleh manusia sampai dengan 700 tahun yang lalu.

  • Menurut Penelitian Ilmiah

Menurut penelitian yang dilakukan oleh dua peneliti yang berasal dari Belanda menduga bahwa orang Nias mewarisi gen dari orang Taiwan yang bermigrasi ke Indonesia melalui Filipina menuju Kalimantan dan Sulawesi.

Hal tersebut dibuktikan berdasarkan kemiripan sampel DNA masyarakat Suku Nias dengan masyarakat Filipina. Masyarakat berasal dari Taiwan sekitar 4000 sampai dengan 5000 tahun yang lalu.

  • Menurut Mitologi

Menurut Mitologi Nias berasal dari pohon kehidupan yang sering disebut Sigaru Tora’a. Letak pohon tersebut berada di sebuah tempat.

Menurut mitologi mengatakan bahwa kedatangan manusia pertama kalinya ke Pulau Nias dimulai sejak zaman Raja Sirao yang memiliki 9 putra. Dan ke 9 putra itulah yang pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Nias.

Pakaian Adat Suku Nias

Pakaian adat masyarakat Suku Nias dibedakan menjadi dua, yaitu untuk laki-laki dan juga perempuan. Untuk laki-laki pakaian adatnya dinamakan baru ohalu, dan untuk pakaian adat perempuannya diberi naman oroba si’oli.

Pakaian adat masyarakat Suku Nias biasanya memiliki warna emas yang dipadukan dengan warna lainnya, contohnya hitam, putih dan merah. Warna pada pakaian adat masyarakat Suku Nias memiliki filosofi tersendiri, yaitu:

  • Warna kuning yang biasanya dipadukan dengan corak persegi empat dan bunga kapas sering digunakan oleh bangsawan. Hal tersebut menggambarkan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan juga kejayaan.
  • Warna merah yang dipadukan dengan corak segitiga, sering digunakan oleh para prajurit. Hal tersebut menggambarkan keberanian para prajurit.
  • Warna hitam sering digunakan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Hal tersebut menggambarkan kesedihan, kewaspadaan dan ketabahan.
  • Warna putih yang digunakan oleh para pemuka agama. Hal tersebut menggambarkan kemurnian dan kedamaian.

Agama yang Dianut Suku Nias

Kepercayaan yang dianut Suku Nias saat ini adalah injil. Namun, sebelum itu agama asli Suku Nias yaitu fanambo adu yang juga biasa disebut palebegu.

Palebegu memiliki arti yaitu penyembahan roh leluhur atau nenek moyang. Kemudian kata “adu” memiliki arti yaitu gambaran orang tua yang terbuat dari pahatan kayu atau juga bisa terbuat dari batu.

Tujuan dari memahat kayu tersebut yaitu untuk disembah dan dijadikan sebagai Tuhan mereka. Kepercayaan Suku Nias sendiri sangat beragam, contohnya kepercayaan kepada kekautan gaib dan roh halus, kepercayaan kepada arwah nenek moyang dan sebagainya.

Suku Nias membuat kepercayaan ini terwujud dalam suatu hal yang bisa diraba dan dilihat oleh mata manusia misalnya patung, pohon, sungai dan sebagainya. Pada masa sekarang ini kebanyakan masyarakat Suku Nias sudah memeluk agama kristen protestan, katolik, islam, hindu dan budha.

Rumah Adat Suku Nias

Rumah adat masyarakat Suku Nias ada beberapa jenisnya, yaitu Omo Sebua dan Omo Hada.

Omo Sebua

Rumah adat Omo Sebua ini biasanya dibangun untuk kepala desa dan letaknya berada di pusat desa. Rumah ini merupakan rumah tradisional dari masyarakat Suku Nias.

Omo sebua dibangun di atas tumpukan kayu ulin yang besar. Atap dari rumah adat ini menjulang dan curam yang memiliki ketinggian hingga mencapai 16 meter.

Akses masuk ke dalam rumah adat ini yaitu dengan menggunakan tangga sempit yang langsung menuju ke sebuah pintu.

Rumah adat ini diyakini memiliki pertahanan yang sangat kuat, terbukti bahwa rumah adat ini tahan terhadap gempa. Atap dari omo sebua juga memiliki perlindungan yang sangat baik terhadap hujan.

Omo Hada

Omo hada merupakan rumah dari rakyat jelata yang memiliki bentuk persegi. Pada 7000 tahun yang lalu ada imigran yang berasal dari Asia Tenggara dan menghuni bagian tengah dari Pulau Nias.

Namun, mereka tidak dapat bersatu dikarenakan tidak memahami perpetaan. Hingga pada akhirnya mereka terpecah menjadi tiga bagian, yaitu:

  • Rumah Nias Utara

Rumah Nias Utara ini memiliki atap loteng yang lebar dan jendela yang besar, hal ini dapat memberikan penerangan di siang hari dan juga ventilasi yang baik untuk penghuni rumahnya.

Pada lantai utama dibagi menjadi tiga ruangan, yaitu ruang pertemuan, talu salo dan juga kamar tidur. Dapur beserta kamar mandi terletak di bagan belakang rumah. Rumah adat ini didirikan di atas pondasi batu bukan diatas tanah.

Hal tersebut merupakan teknik perlindungan yang berguna untuk menghindari kontak langsung antara tanah dengan kayu, agar dapat bisa bertahan dengan lama.

  • Rumah Nias Tengah

Keistimewaan dari Nias Tengah terdapat pada dekorasi dan juga seni hiasnya. Di bagian depannya terdapat replika binatang yang terbuat untuk perlindungan dari si penghuni rumahnya.

  • Rumah Nias Selatan

Perkampungan dari Nias Selatan ini letaknya berada di atas perbukitan. Setiap pemukimannya terdapat halaman yang lumayan luas dan di bagian jalan ke arah kampung terdapat tempat guna meletakkan batu-batu megalit.

Bentuk dari Nias Selatan yaitu persegi panjang dan juga atapnya yang mengarah ke jalan. Rumah Nias Selatan ini tidak bertumpu pada tanah, melainkan sama yang lainnya yang menumpu di atas batu. Hal tersebut berguna untuk mencegah pelapukan pada bangunan rumah.

Bahasa dan Kebudayaan Suku Nias

Bahasa dari masyarakat Suku Nias adalah li niha yang merupakan salah satu bahasa dunia yang unik. Mengapa bahasa Nias unik? Hal tersebut dikarenakan pada bahasa li niha selalu berakhiran dengan huruf vokal.

Sedangkan kebudayaan suku Nias, diantaranya:

  • Lompat Batu

Lompat batu atau yang dikenal dengan naman fohombo berasal dari bahasa Indonesia yaitu kata “hombo” yang berarti batu. lompat batu sendiri merupakan olahraga tradisi dari Suku Nias.

Biasanya susunan bangunan batu memiliki tinggi 2 meter dengan ketebalannya 40 cm, dan kemudian masyarakat Nias harus melompati susunan bangunan tersebut.

Tradisi lompat batu ini digunakan untuk menentukan kedewasaan seorang pemuda apabila berhasil melompati bangunan batu tersebut.

  • Sapaan Ya’ahowu

Ya’ahowu merupakan sapaan salam yang berasal dari bahasa Nias. Apabila kita hendak bertamu ke masyarakat Suku Nias maka harus memberi salam ya’ahowu.

Ya’ahowu berasal dari dua kata yang digabungkan menjadi satu. Yaitu ya’a yang berarti terimalah dan howu yang berarti berkat.

Sapaan ya’ahowu ini telah membudaya dan juga turun temurun yang digunakan sebagai sapaan salam kepada masyarakat Suku Nias.

  • Pernikahan

Pernikahan atau dalam masyarakat Suku Nias sering disebut dengan fame ono nihalo adalah suatu kebudayaan yang menarik. Yang menjadi unik dari kebudayaan pernikahan ini yaitu mahar dan jujur pernikahannya yang sangat tinggi.

Perbedaan dari pernikahan ini terdapat pada gadis yang perawan atau bukan yaitu dengan cara adatnya.

Jika gadis perawan maka adatnya akan luar biasa dan dijadikan sebagai ratu. Sedangkan yang bukan perawan, adatnya biasa saja, cukup dengan doa dan nyanyian saja.

  • Pemberian Nama bagi Perempuan yang Sudah Menikah

Setelah dilakukan adat pernikahan, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu acara pemberian nama bagi perempuan yang sudah sah menjadi istri tersebut.

Pemberian nama tersebut dilakukan di rumah pria. Hal ini dilakukan untuk meresmikan bahwa perempuan sudah menjadi hak miliki sepenuhnya dari pria tersebut.

Biasanya nama pengantin perempuan yang baru menikah selalu berakhiran dengan kata Jauso. Dalam melaksanakan adat pemberian nama ini, pihak pria bisa mengeluarkan uang puluhan juta bahkan lebih, hanya untuk adat pemberian nama saja.

Kesenian Suku Nias

Kesenian dari masyarakat Suku Nias yaitu menyaksikan pertunjukan tarian perang yang sakral dan membuat tegang para penontonnya.

Tari tersebut ditarikan oleh puluhan pria, baik yang tua maupun yang muda. Berlarian mengelilingi lapangan dengan menggunakan pakaian adat berwarna hitam dan kuning.

Tari ini disebut sebagai tari Fataele yang merupakan tarian perang khas masyarakat Suku Nias. Pada zaman dahulu, konon katanya masyarakat antar desa di Nias sering terlibat dalam perang antar desa.

Tarian ini berisi teriakan dan nyanyian dengan hentakan yang mengiringi langkah kaki para penari tersebut.

The post Suku Nias: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Cirebon: Sejarah, Ciri Khas dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-cirebon Sat, 12 Dec 2020 18:55:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=16706 Suku Cirebon merupakan suku yang mendiami dan tersebar di sekitaran kota Cirebon dan sekitarnya. Tidak hanya di wilayahnya saja, namun suku ini juga tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah dari suku Cirebon ini mencapai 1 juta lebih jiwa dan wilayah yang paling banyak terdapat suku Cirebon yaitu Provinsi Jawa Barat. Sejarah Perkembangan […]

The post Suku Cirebon: Sejarah, Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Cirebon merupakan suku yang mendiami dan tersebar di sekitaran kota Cirebon dan sekitarnya. Tidak hanya di wilayahnya saja, namun suku ini juga tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Pada tahun 2010 jumlah dari suku Cirebon ini mencapai 1 juta lebih jiwa dan wilayah yang paling banyak terdapat suku Cirebon yaitu Provinsi Jawa Barat.

Sejarah Perkembangan Suku Cirebon

Cirebon berasal dari kata sarumban dan cirebon sendiri merupakan sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa.

Lambat laun, suku Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban. Caruban dalam bahasa Cirebon memiliki arti yaitu bersatu padu.

Mengapa diberi nama demikian? Karena di desa Caruban/Cirebon tersebut banyak para pendatang yang berasal dari suku-suku yang berbeda seperti Jawa, Sunda dan lainnya. Kota Cirebon letaknya sangat strategis dan menjadi alat pergerakan antara Jawa Barat dan juga Jawa Tengah.

Sejarah asal mulanya suku Cirebon ini selalu dikaitkan dengan Suku Sunda dan Suku Jawa. Namun, masyarakat Suku Cirebon sendiri tidak menyebut dirinya sebagai bagian dari suku Sunda atau Suku Jawa.

Dilihat dari bahasa Suku Cirebon sendiri juga tidak sama seperti suku Jawa dan suku Sunda. Selain bahasa, nama dari orang-orang suku Cirebon pun juga berbeda dengan suku Jawa dan Sunda.

Cirebon dikenal sebagai Kota udang dan juga Kota Wali. Namun, pada saat ini eksistensi dari kota Cirebon lebih identik dengan kesultanan Cirebon.

Pakaian Adat Suku Cirebon

Untuk pria menggunakan baju oblong berwarna krem serta celana panjang beludru warna hijau. Selain, itu menggunakan kain dodot batik asli cirebonan.

Aksesoris yang digunakan yaitu berupa ikat pinggang, keris, kilat bahu dan juga gelang kono. Alas kakinya pun juga menggunakan warna hijau.

Sementara untuk mempelai wanita, menggunakan kemben beludru yang memiliki warna hijau yang dilengkapi dengan batik cirebonan dan juga pending.

Untuk aksesorisnya menggunakan siger mahkota suri, kalung tiga susun, kilat bahu, untaian melati serta gelang kono.

Agama Suku Cirebon

Mayoritas masyarakat suku Cirebon memeluk agama Islam. Namun, praktik ritual juga tidak ditinggalkan oleh suku ini, karena merupakan warisan turun temurun dari para leluhur.

Beberapa ritual tersebut diantaranya:

  • Suroan, yaitu adat yang dilakukan saat bulan asyura. Kata suro berasal dari kata suro dalam bahasa jawa yang memiliki arti raksasa. Suroan ini diperingati sebagai bentuk wujud syukur kepada Tuhan.
  • Saparan, yaitu adat yang dilakukan untuk memperingati bulan shafar, bulan kedua dalam kalender Islam dan Jawa. Di bulan shafar ini masyarakat Cirebon mempercayai bahwa Tuhan memberikan banyak ujian berupa kematian, kecelakaan dan sebagainya.
  • Ngirap, yaitu proses penyucian diri dari segala macam kesalahan dan dosa yaitu dengan bertaubat agar terhindar dari marabahaya.
  • Mauludan, yaitu dilakukan pada saat hari kelahiran nabi Muhammad. Tujuan dari maulidan ini yaitu menjaga alat-alat pusaka yang ada pada keraton.
  • Rajaban, yaitu adat yang juga dilakukan oleh masyarakat cirebon. Mereka memperingati dengan cara bekumpul bersama di masjid atau mushala. Tradisi ini diperingati bertepatan dengan bulan rajab.

Adat-adat ini oleh masyarakat Cirebon dinilai sebagai ritual tambahan yang berada di luar rukun Islam.

Berbagai upacara adat di atas merupakan hasil kreasi kebudayaan yang diciptakan oleh kaum muslim sendiri dan mengandung unsur islami.

Rumah Adat Suku Cirebon

Rumah adat masyarakat suku Cirebon dikenal dengan nama keraton kesepuhan. Rumah adat ini dirawat dengan sangat teliti dan merupakan rumah yang paling bersih di Cirebon.

Pada saat mendesain rumah adat ini harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan perhitungan.

Pada keraton kesepuhan terdapat pendopo yang dikelilingi oleh tembok bata merah. Pada bagian barat terdapat masjid yang begitu megah, masjid itu merupakan karya dari para wali pada zaman itu.

Terdapat dua pintu gerbang tempat keluar masuknya orang, yaitu pintu gerbang utama yang letaknya berada di sebelah utara dan pintu gerbang yang kedua letaknya berada di selatan.

Rumah adat Cirebon ini memiliki tiga bagian area halaman, yaitu:

  1. Pada area halaman yang pertama merupakan komples Siti Inggil. Di kompleks ini ada lima macam bangunan, yaitu:
    • Bangunan pertama disebut dengan Mande Pandawa Lima yang merupakan tempat duduk bagi pengawal raja.
    • Bangunan kedua disebut Mande Malang Semirang yaitu tempat duduk raja guna menyaksikan acara di alun-alun.
    • Bangunan ketiga disebut Mande Semar Timandu yaitu tempat penghulu raja.
    • Bangunan keempat disebut Mande Kresmen yaitu tempat menampilkan kesenian bagi sang raja.
    • Bangunan kelima disebut Mande Pengirig yaitu bangunan untuk pengiring sang raja.
  2. Pada halaman kedua yaitu Pangada. Pangada merupakan halaman yang digunakan untuk memakirkan kendaraan.
  3. Pada halaman ketiga atau yang terakhir ada beberapa macam bangunan, seperti Taman Bunderan Dewandaru, Museum Kereta, Tunggu Mangunggak, Lunjuk, Bangunan Induk Keraton, Gajah Nguling, Bangsal Pringgandani dan lain sebagainya.

Bahasa dan Aksara Suku Cirebon

Bahasa masyarakat Suku Cirebon dahulunya juga dipengaruhi oleh budaya Sunda karena wilayah Cirebon sendiri dekat dengan Sunda. Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk bahasa kuno bahasa Jawa.

Masyarakat Cirebon berkomunikasi sehari-hari menggunakan berbagai aksara, ada 3 aksara Cirebon, diantaranya:

1. Aksara Rikasara Cirebon

Menurut para ahli, aksara Rikasara Cirebon ini memiliki keterkaitan dengan aksara Palawa, dan juga memiliki tiga cara penulisan dan beberapa gaya penulisan, yaitu:

  • Sasandisara atau dalam bahasa latinnya yaitu cara menulis rahasia. Tujuan dari penulisan ini yaitu agar penulisannya tidak diketahui oleh kalangan luas.
  • Angarasara atau juga dapat disebut dengan cara menulis umum. Tujuan dari penulisan jenis ini yaiut agar bisa dibaca oleh siapa saja.
  • Layus dan Halif Bandasara atau cara menulis rahasia namun membalutnya dengan doa. Tujuan dari penulisan jenis ini yaitu untuk hal hal yang bersifat rahasia, hanya saja dibalut dengan doa jadi pembawanya tidak sadar kalau ia sedang membawa surat penting.

2. Cacarakan Cirebon

Cacarakan Cirebon ini berasal dari Palawa yang kemudian menyebar ke nusantara. Para aristokrat menggunakan Palawa sebagai aksara dan mengembangkan pola aksara di wilayah yang diperintahnya.

Cacarakan Cirebon ini oleh TD Sudjana dikiaskan sebagai suatu hal yang memiliki makna budi luhur untuk kepribadian bangsanya.

Kebudayaan dan Kesenian Suku Cirebon

Masyarakat Cirebon memiliki mata pencaharian yang bermacam-macam, misalnya ada yang memiliki usaha rosok, penambang, nelayan, usaha konfeksi dan lainnya.

Rata-rata masyarakat Suku Cirebon memiliki mata pencaharian sebagai petani.

Sedangkan jenis kesenian suku Cirebon, diantaranya:

  • Sintren

Sintren merupakan jenis tari asli Cirebon dan tari ini memiliki unsur magis.

Pada awalnya sang penari akan diikat mulai dari leher hingga ujung kakinya, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kurungan yang ditutup menggunakan kain. Dan setelah itu ternyata sang penari dapat membebaskan dirinya.

  • Kesenian Gembyung

Kesenian ini merupakan salah satu dari peninggalan para wali yang digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Cirebon.

Kesenian ini sering ditampilkan pada acara keagamaan seperti maulid, syuro dan juga rajaban.

  • Genjring Rudat

Genjring Rujat ini merupakan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Cirebon. Kesenian ini berkembang di lingkungan pesantren.

Dalam pementasannya menggunakan alat musik seperti, genjring, bedug dan juga terbang yang juga diiringi dengan pujian-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya.

  • Angklung Buko

Angklung Buko ini seringkali dipentaskan dalam acara adat seperti, nyadran ngunjung buyut dan lainnya.

The post Suku Cirebon: Sejarah, Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Batak: Sejarah, Ciri-Ciri dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-batak Sat, 12 Dec 2020 17:42:52 +0000 https://haloedukasi.com/?p=16268 Indonesia merupakan negara paling banyak terdapat perbedaan, mulai dari suku, bahasa dan budayanya. Suku Batak merupakan salah satu suku yang ada di negara Indonesia. Suku Batak merupakan salah satu suku terbesar setelah Suku Jawa di Indonesia. Suku Batak juga merupakan suku etnis tua di Indonesia. Suku Batak bertempat tinggal di Pantai Barat dan Pantai Timur […]

The post Suku Batak: Sejarah, Ciri-Ciri dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia merupakan negara paling banyak terdapat perbedaan, mulai dari suku, bahasa dan budayanya. Suku Batak merupakan salah satu suku yang ada di negara Indonesia.

Suku Batak merupakan salah satu suku terbesar setelah Suku Jawa di Indonesia. Suku Batak juga merupakan suku etnis tua di Indonesia. Suku Batak bertempat tinggal di Pantai Barat dan Pantai Timur provinsi Sumatera Utara.

Sejarah Perkembangan Suku Batak

Keterbatasan catatan dan literatur membuat sejarah perkembangan Suku Batak sulit untuk ditemukan dan ditelusuri. Belum tahu secara pasti kapan pertama kali nenek moyang orang Batak mendiami wilayah Sumatera Timur yaitu Tapanuli.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ada orang Taiwan pindah ke negara Filipina dan Indonesia, tepatnya di zaman Neolitikum. Tetapi, tidak ada bukti yang ditemukan jika Suku Batak sudah ada sejak zaman itu.

Lalu akhirnya disimpulkan bahwa nenek moyang Suku Batak pindah ke Tapanuli yaitu pada masa logam.

Sebenarnya banyak versi pendapat yang menyebutkan asal-usul dari Suku Batak. Ada yang menjelaskan bahwa Suku Batak berasal dari negara Thailand dan keturunan dari bangsa Proto Malayan. Bangsa Batak juga tinggal dengan keturunan Proto Malayan lainnya.

Masyarakat Proto Malayan pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Kemudian masyarakat nya berpencar ke berbagai wilayah. Suku Batak sendiri mendarat di Pantai Barat pulau Sumatera.

Ada lagi yang mengatakan bahwa Suku Batak berasal dari India melalui Barus. Barus sendiri termasuk wilayah yang ada di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Nama Barus sendiri berasal dari kapur barus yang bermutu tinggi berasal dari tanah batak.

Ciri Khas Suku Batak

Ciri khas yang paling terkenal dari Suku Batak yaitu marga. Saat kita mendengar atau mengetahui tentang Suku Batak pasti kita akan teringat tentang marga. Marga bagi Suku Batak sudah menjadi tanda pengenal dari mana mereka berasal.

Marga ini juga mempersatukan mereka-mereka yang anggota sukunya tersebar di seluruh Indonesia. Ada sekitar 400 marga Suku Batak, namun hanya beberapa marga yang dikenal oleh sebagian orang saja.

Selain marga, ciri khas dari orang batak sebenarnya ada beberapa, diantaranya:

  • Masyarakat Batak identik dengan pesta, namun bukan pesta hanya untuk membuang-buang uang atau foya-foya, melainkan sebagai bentuk penghormatan perjalanan hidup manusia dari mulai lahir, berkeluarga hingga meninggal nanti.
  • Orang Batak dikenal memiliki watak atau sifat yang keras, yaitu sekeras baja. Apabila sudah percaya pada apa yang ia percayai, maka ia tidak akan mudah goyah.
  • Orang Batak juga memiliki semangat untuk bekerja keras. Mereka tidak mempedulikan apa kata orang lain, apabila pekerjaan halal apapun itu ya dikerjakan saja.
  • Meskipun orang Batak dikenal kasar karena logatnya yang memang keras, namun sebenarnya masyarakat Batak terkenal dengan sikap sopan santunnya, apalagi dengan orang yang lebih tua.

Pakaian Adat Suku Batak

Jika kita mengetahui Suku Batak, pasti kita juga mengetahui atau pernah mendengar kain ulos. Kain ulos merupakan kain yang sangat terkenal.

Kain ini memiliki simbol sebagai kasih sayang, harapan dan kebaikan yang lainnya. Kain ulos biasanya digunakan saat acara adat. Pakaian Suku Batak pun bermacam-macam, diantaranya:

1. Baju adat Batak Simalungun

Simalungun ini merupakan suku yang berasal dari Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Simalungun juga memiliki baju adat, diantaranya penutup kepala yang memiliki dua ujung yang meruncing ke samping.

Untuk pria penutup kepala ini diberi nama Gotong. Sedangkan untuk wanita diberi nama Bulang. Ada juga kain samping yang memiliki motif songket yang sangat khas.

2. Baju adat Batak Karo

Suku Batak Karo merupakan salah satu suku terbesar di Pulau Sumatera Utara. Karo sendiri merupakan suku yang berasal dari wilayah Sumatera Utara.

Pakaian adat Suku Batak Karo memiliki nama yang sama dengan sukunya yaitu pakaian adat Karo. Untuk pakaian adat Karo memiliki warna merah dan juga hitam disertai perhiasan emas yang menempel pada baju adatnya.

Jenis kain dari pakaian adat Karo ini terbuat dari pintalan kapas yang diberi nama Uis Gara. Uis Gara sendiri memiliki arti yaitu kain merah.

Kain Uis Gara ini terbuat dari tenunan benang merah yang kemudian dipadukan dengan warna putih atau hitam.

3. Baju adat Batak Toba

Suku Batak ini tinggal di sekitar danau Toba. Pakaian adatnya sendiri disebut sebagai baju adat Batak Toba. Baju adat ini biasanya terbuat dari kain ulos yang merupakan kain tenun khas berasal dari Batak.

Kain ulos ditenun secara manual dan kemudian disematkan motif-motif berupa benang yang berwarna emas ataupun perak.

Sehingga motif yang berada pada kain ulos ini dapat menimbulkan kilauan yang dapat menarik perhatian bagi siapapun yang memakai dan melihatnya.

4. Baju adat Batak Samosir

Pakaian khas Samosir hampir sama persis dengan pakaian khas penduduk Toba. Bahan untuk membuat pakaian adatnya pun sama, model juga sama. Perbedaannya hanya terdapat pada warnanya, warna baju adat Batak Samosir lebih gelap.

5. Baju adat Batak Mandailing

Mandailing sendiri merupakan suku batak yang bertempat tinggal di sekitar Kabupaten Tapanuli Selatan, Mandaling Natal dan lainnya. Pakaian adat Mandailing tidak jauh berbeda dengan model baju adat Batak Toba.

Baju adat Batak Mandaling juga terbuat dari kain ulos yang dilengkapi dengan bermacam-macam aksesoris. Yang menjadikan berbeda baju adat Batak Mandailing dengan yang lainnya yaitu Mandailing sering menggunakan warna merah yang memiliki aksen emas.

6. Baju adat Batak Angkola

Pakaian adat Angkola kurang lebih sama dengan pakaian Batak Mandailing. Yang membedakan yaitu baju adat Angkola lebih didominasi dengan warna hitam dan aksesorisnya berwarna keemasan.

Agama yang Dianut Suku Batak

Pada umumnya agama mayoritas Suku Batak yaitu Kristen Protestan. Namun sebelum mereka mengenal agama seperti saat ini, dahulu mereka menganut sistem kepercayaan tradisional yaitu menganggap sosok Mulajadi na Bolon sebagai dewa tertinggi.

Di dalam kepercayaan tradisional itu terdapat tiga konsep, yaitu:

  • Sahala: Merupakan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang, namun tidak semua orang memiliki kekuatan sahala ini. Biasanya sahala ini dimiliki oleh raja.
  • Tendi: Merupakan roh yang memiliki kekuatan. Tendi memberikan kekuatan pada manusia sejak dalam kandungan. Jika tendi meninggalkan tubuh seseorang, maka orang tersebut yang memiliki tendi akan meninggal. Dan saat itu juga harus dilakukan upacara guna penjemputan jiwa.
  • Begu: Begu merupakan jiwa dari seseorang yang sudah meninggal. Masyarakat batak meyakini dan percaya bahwa begu sering muncul di malam hari, dan memiliki tingkah laku dan kebiasaan seperti manusia lainnya.

Rumah Adat dan Bahasa Suku Batak

Rumah adat Suku Batak sering disebut dengan Rumah Bolon. Rumah ini cukup besar sehingga dapat ditinggali oleh lima hingga enam keluarga. Banyak ukiran yang terdapat di rumah adat Suku Batak ini, ukiran tersebut sering dikenal sebagai gorga.

Sebenarnya Suku Batak ini dibagi lagi menjadi beberapa sub suku. Oleh karena itu, rumah Suku Batak juga memiliki desain yang beragam, sesuai dengan adat dan kepercayaan masing-masing.

Bagian depan rumah Bolon memiliki bentuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian belakangnya. Dan atapnya setiap rumah sama bentuknya.

Bahasa yang digunakan oleh orang Batak yaitu bahasa Batak dan ada juga yang menggunakan bahasa Melayu. Namun setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda. Orang Karo menggunakan logat Karo, batak Pakpak menggunakan logat Pakpak dan lainnya.

Kebudayaan Suku Batak

Suku Batak memiliki banyak sekali kebudayaan, diantaranya:

  • Kekerabatan. Nilai kekerabatan dari masyarakat Suku Batak dapat dilihat dari pelaksanaan adat Dalian Na Talu yaitu seseorang harus mencari jodoh di luar dari kelompoknya.
  • Hagabeon. Nilai dari budaya yang memberikan harapan agar panjang umur, sehat dan beranak banyak.
  • Hamoraan. Kehormatan Suku Batak yang terletak pada nilai spiritual dan materialnya.
  • Uhum dan ugari. Uhum yang bercirikan menegakkan keadilan sedangkan ugari yang memiliki arti kesetiaan pada sebuah janji.
  • Pengayoman. Pengayoman ini wajib diberikan kepada seluruh masyarakat Suku Batak.
  • Marsisarian. Merupakan suatu nilai yang berarti saling memahami, mengerti dan membantu.

Kesenian khas Suku Batak

Seni Tari

Ada banyak seni tari yang terdapat pada Suku Batak, diantaranya ada tari Tor-Tor. Tari Tor-tor berasal dari Sumatera Utara dan merupakan tari khas dari Suku Batak. Tari ini memiliki sifat magis.

Tari ini merupakan tari seremonila yang ditarikan dengan iringan musik gondang. Tari Tor-Tor dan musik gondang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan.

Kain Ulos

Ada juga kain yang khas sekali yaitu kain ulos. Kain ulos merupakan kain turun temurun yang dibuat sendiri oleh masyarakat Suku Batak.

Kain ulos dibuat dengan cara ditenun dan digunakan sebagai busana khas Suku Batak. Kain ulos sering digunakan dalam upacara perkawinan, kematian dan menyambut tamu.

The post Suku Batak: Sejarah, Ciri-Ciri dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>