Sulawesi Tenggara - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sulawesi-tenggara Thu, 05 May 2022 02:13:35 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Sulawesi Tenggara - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sulawesi-tenggara 32 32 Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai https://haloedukasi.com/taman-nasional-rawa-aopa-watumohai Mon, 02 May 2022 07:00:40 +0000 https://haloedukasi.com/?p=34322 Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan sebuah wilayah pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati yang berlokasi di Pulau Sulawesi. Kawasan ini memiliki cakupan wilayah seluas 105.194 hektar dan terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara. Bentangan alam yang tersedia juga cukup bervariasi, walaupun sebagian besar didominasi oleh lahan basah. Jika dibandingkan dengan taman nasional lainnya yang berada di […]

The post Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan sebuah wilayah pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati yang berlokasi di Pulau Sulawesi. Kawasan ini memiliki cakupan wilayah seluas 105.194 hektar dan terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara. Bentangan alam yang tersedia juga cukup bervariasi, walaupun sebagian besar didominasi oleh lahan basah.

Jika dibandingkan dengan taman nasional lainnya yang berada di sulawesi, TNRAW memang dapat dikatakan paling tidak terkenal. Walaupun demikian, keindahan alam dan kelestarian hayati di taman nasional ini tetap terjaga dengan baik.

Sejarah TNRAW

Dahulu, kawasan TNRAW hanyalah kawasan hutan dengan fungsi taman buru menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No.648/Kpts/Um/10/1976. Wilayah tersebut seluas 50.000 ha dan meliputi Gunung Watumohai, Sungai Roraya dan Sungai Langkowala. Bahkan, kawasan Rawa Aopa dulu bukanlah hutan suaka alam atau wisata menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1967.

Pada tahun 1990, wilayah yang tergolong dalam TNRAW hanya seluaas 105.194 hektar. Wilayah ini mencakup areal hutan bakau, padang sabana, hutan rawa, dan hutan tropis dengan ketinggian tertinggi di 981 meter di atas permukaan laut.

Kawasan Rawa Aopa Watumohai baru dinyatakan bergabung dengan TNRAW pada 6 Maret 2011 sebagai situs Ramsar. Kawasan tersebut meliputi wilayah lahan basah guna tujuan konservasi.

Kondisi Alam TNRAW

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai berada di Provinsi Sulawesi Selatan, terbagi dalam 4 kabupaten berbeda, dengan luas wilayah :

  • Kabupaten Konawe seluas 6.238 Ha
  • Kabupaten Konawe Selatan seluas 40.527 Ha
  • Kabupaten Kolaka seluas 12.824 Ha
  • Kabupaten Bombana seluas 45.605 Ha

Terdapat pula 4 macam ekosistem dalam taman nasional ini, termasuk sabana, hutan bakau, rawa, dan hutan hujan tropika. Terdapat pula ekosistem hutan pantai yang berfungsi penting dalam hidrologis wilayah setempat. Beragam jenis tumbuhan dan hewan hidup secara bersamaan dengan harmonis.

Ekosistem rawa gambut merupakan wilayah terluas yang dapat anda temukan pada TNRAW. Ada sekitar 90% tutupan air di lingkungan rawa ini dengan material dasar di area rawa adalah gambut.

Topografi wilayah di TNRAW cukup bervariasi, termasuk perbukitan, gelombang, dan datar. Perbedaan topografi ini cukup menjadi daya tarik tersendiri untuk setiap pengunjung TNRAW. Namun, untuk dapat memasuki wilayah TNRAW, anda harus meminta izin ke Balai Taman Nasional di Kabupaten Konawe Selatan terlebih dahulu.

Flora dan Fauna TNRAW

Ada sekitar 323 spesies tumbuhan yang dapat anda temukan di TNRAW. Tumbuhan tersebut memiliki keragaman jenis yang luas, termasuk :

  • Agel
  • Lontar
  • Bambu berduri
  • Pandan
  • Semak belukar
  • Bunga bakung
  • Talas
  • Rumput bulat
  • Pandan berduri
  • Pundak hijau
  • dan beragam jenis teratai, termasuk :
    • Teratai merah
    • Teratai ungi
    • Teratai putih
    • Teratai padu warna

Di kawasan TNRAW juga terdapat kurang lebih 155 spesies burung, dimana 37 spesies diantaranya tergolong dalam satwa endemik.

Burung Kacamata Sulawesi merupakan salah satu burung khas yang dapat anda temukan di TNRAW. Walaupun sempat dikatakan sudah punah, burung ini ditemukan kembali di TNRAW dan sangat dilindungi.

Selain Burung Kacamata Sulawesi, ada pula Burung Aroweli. Burung ini tergolong sebagai burung bagau susu putih yang berkeliaran di kawasan bunga teratai dan ilalang.

Anda juga dapat menemukan kurang lebih 23 spesies burung migran yang seling melintas di kawasan TNRAW. Beberapa jenis burung air juga sering ditemukan karena TNRAW memiliki kondisi alam yang mendukung habitatnya.

Satwa lainnya yang dapat anda temukan di wilayah TNRAW adalah :

  • Sapi
  • Rusa
  • Anoa
  • Babirusa
  • Udang
  • Kepiting
  • Berbagai spesies ikan

Kegiatan dan Destinasi Wisata TNRAW

Ada beberapa aktivitas dan destinasi wisata yang dapat anda nikmati di kawasan TNRAW, diantaranya adalah :

  • Padang Sabana

Padang sabana adalah sebuah pesona terindah yang dapat anda nikmati di TNRAW dengan luas yang mencapai 23 ribu hektar.

Anda dapat menyaksikan hamparan padang rumput yang luas dengan berbagai jenis flora, termasuk bambu, semak belukar, dan lontar. Ada pula beberapa jenis hewan yang sering melintasi kawasan ini, termasuk sapi dan rusa.

Untuk memasuki wilayah padang sabana ini, anda harus melewati sungai dan menyusuri hutan. Di sepanjang perjalanan, anda dapat melihat tempat bertelurnya Burung Maelo dan Burung Kakatua Jambul. Perjalanan yang ditempuh sekitar 2 jam.

  • Hutan Rawa dan Hutan Mangrove

Hutan Rawa dan Hutan Mangrove juga sangat cantik untuk anda kunjungi. Wilayah ini baru mulai dikembangkan pada tahun 2018 bersamaan dengan beberapa sektor lainnya, termasuk pertanian, perikanan, dan pariwisata. Terdapat pula tempat penginapan pada wilayah ini.

  • Wisata Budaya

Selain keindahan alam, anda tidak bolehb melewatkan wisaya budaya di daerah TNRAW. Anda dapat bercengkrama dengan warga sekitar yang kebanyakan memiliki mata pencaharian dari hasil kekayaan alam, termasuk nelayan dan pengrangin.

Teknik memancing yang digunakan warga setempat cukuplah unik. Dua teknik yang sering digunakan adalah molonduri (menangkap ikan dengan tangan kosong) dan mekaroro (menangkap ikan dengan membubu, jala, atau memukat). Anda dapat melihat dan mempelajari teknik ini secara langsung di dekat sungai dalam kawasan TNRAW.

Jika anda cukup beruntung, anda dapat bertemu dengan penduduk setempat yang membuat kerajinan tikar pandan, atau yang disebut dengan totole. Tikar ini juga dapat anda beli dan jadikan oleh-oleh untuk keluarga dirumah.

The post Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
4 Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara yang Perlu diketahui https://haloedukasi.com/sumber-daya-alam-sulawesi-tenggara Fri, 11 Jun 2021 05:35:59 +0000 https://haloedukasi.com/?p=25250 Masih banyak yang tidak tahu bahwa Daerah penghasil ekspor terbesar salah satunya adalah provinsi Sulawesi Tenggara . Provinsi ini terletak di bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari. Berdasarkan riset Regional Potential Research Sulawesi Island, diketahui bahwa daerah Sulawesi Tenggara terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan yang cukup luas mengandung berbagai produk ekspor yang […]

The post 4 Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara yang Perlu diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Masih banyak yang tidak tahu bahwa Daerah penghasil ekspor terbesar salah satunya adalah provinsi Sulawesi Tenggara . Provinsi ini terletak di bagian tenggara pulau Sulawesi dengan ibu kota Kendari.

Berdasarkan riset Regional Potential Research Sulawesi Island, diketahui bahwa daerah Sulawesi Tenggara terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan yang cukup luas mengandung berbagai produk ekspor yang dihasilkan di Sulawesi Tenggara. Demikian pula potensi lahan pertanian cukup potensial untuk dikembangakan.

Selain hal tersebut, juga ada berbagai hasil hutan yang berdomisili di daerah tersebut. Produk tersebut diekspor melalui pelabuhan-pelabuhan yang terdapat di Sulawesi Tenggara.

Lalu apa saja Sumber Daya Alam yang ada di Sulawesi Tenggara yang menjadi komoditi ekspor? Berikut ini sumber daya alam unggulan Sulawesi Tenggara.

1. Sektor Industri

Komoditi eskpor yang berasal dari sektor ini adalah Industri Kayu dan Gabus yang dijadikan kerajinan tangan dan anyaman yang terbuat dari bambu, rotan dan sejenisnya. Peningkatan pertumbuhan produksi ini meningkat signifikan sejak tahun 2017.

2. Sektor Perkebunan

Sejak jaman penjajahan, rempah merupakan sebuah komoditi yang melimpah yang berasal dari Indonesia. Rempah-rempahan yang ada adalah salah satunya berasal dari hasil perkebunan.

Hal inilah yang menjadi andalan Sulawesi Tenggara untuk komoditi ekspor, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran atau bumbu-bumbu dalam masakan. Hasil dari perkebunan merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia.

Produksi perkebunan yang telah berkembang meliputi kakao, Mete, Cengkeh, Kelapa, Kopi, Lada, Enau, Pinang, Kapuk dan Sagu. Sebanyak 80 ton kakao diekspor pada tahun 2017 lalu ke Belanda melalui melalui Pelabuhan New Port Bungkutoko Kendari.

3. Sektor Kelautan

Sulawesi Tenggara merupakan sebuah wilayah yang dikelilingi oleh laut. Hal ini menjadi pemicu dalam hal ekspor hasil laut. Hasil laut yang diekspor antara lain adalah : ikan, gurita, cumi-cumi dan hewan laut lainnya.

Sehingga tidak heran jika Sul-Tra menjadi pemeran penting dalam gerakan ekspor di Indonesia. Komoditas Ekspor perikanan Sulawesi Tenggara didominasi oleh komoditi udang, vaname, gurita, kerapu, dan kepiting. Sementara itu, negara tujuan ekspor utaman Sultra adalah Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura.

4. Sektor Pertambangan

Hasil kekayaan sumber daya terbesar Indonesia adalah produksi mineral berupa tambang. Sulawesi Tenggara merupakan penghasil dan pengekspor barang tambang terbesar yaitu nikel.

Nilai ekspor yang berhasil diraih oleh provinsi ini adalah sebesar 40% dari total ekspor.Menurut data ekspor dinas perindustrian perdagangan Sultra menunjukkan bahwa dari volume ekspor seluruhnya sekitar 9,171 juta ton, sekitar 40% lebih merupakan ekspor nikel.

The post 4 Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara yang Perlu diketahui appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Buton: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-buton Wed, 31 Mar 2021 02:12:48 +0000 https://haloedukasi.com/?p=23449 Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai suku buton, berikut pembahasannya. Siapa Suku Buton? Suku Buton adalah salah satu suku asli di Indonesia khususnya wilayah Sulawesi Tenggara. Suku Buton merupakan suku asli yang mendiami kepulauan Buton namun karena adanya migrasi masyarakat Buton tahun 1920 an, mereka dapat kita jumpai di Kalimantan Timur, Maluku Utara, […]

The post Suku Buton: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai suku buton, berikut pembahasannya.

Siapa Suku Buton?

Suku Buton adalah salah satu suku asli di Indonesia khususnya wilayah Sulawesi Tenggara. Suku Buton merupakan suku asli yang mendiami kepulauan Buton namun karena adanya migrasi masyarakat Buton tahun 1920 an, mereka dapat kita jumpai di Kalimantan Timur, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Maluku dan Papua.

Sejarah Suku Buton

Suku Buton merupakan salah satu suku yang menghuni wilayah kesultanan Buton yang berkuasa di wilayah Kepulauan Bau-Bau provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan dari buku silsilah Raja-Raja yang pernah memimpin di kesultanan Buton atau Walio, nenek moyang suku Buton adalah berasal dari Johor. Pada abad ke 15 diketahui seseorang berasal dari Johor bernama Sipunjanga bersama dengan temannya yaitu Sijawangkati, Simalui, dan Sitamanajo. Mereka masuk ke wilayah Nusantara dan mendirikan kesultanan bercorak Islam khususnya di kepulauan Bau-Bau.

Sultan terakhir yang memimpin kesultanan Buton meninggal pada tahun 1960 yang menyebabkan hilangnya kerajaan. Sejak saat itu tradisi kepulauan Buton menjadi tidak diperhatikan lagi bahkan tercerai berai.

Ciri Khas Suku Buton

Suku Buton memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat dari suku lainnya di Indonesia. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari ciri fisik orang Buton yaitu memiliki mata berwarna biru. Umumnya masyarakat Indonesia memiliki bola mata berwarna kecoklatan atau pun kehitaman. Namun orang-orang memiliki mata biru khas Eropa namun dengan kulit coklat layaknya orang Indonesia.

Mata biru mereka didapat dari sindrom yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka. Sindrom tersebut bernama sindrom Waardenburg yaitu kelainan genetik yang sangat langka. Diketahui sindrom tersebut hanya terjadi pada 1:42.000 orang di dunia ini. Kelainan gen tersebut menyebabkan seseorang memiliki mata berwarna biru atau kemerahan. Uniknya lagi sindrome ini bisa menyebabkan warna mata kanan dan kiri berbeda. Jadi tak heran jika orang Buton memiliki warna mata biru pada satu sisi dan coklat atau hitam pada sisi lainnya.

Sistem Kasta

Suku Buton mengenal adanya kasta namun hanya berlaku pada sistem pemerintahan serta ritual keagamaan saja. Sistem kasta tersebut antara lain:

  • Kasta Kaomu atau Kaumu yaitu kasta kaum ningrat atau bangsawan. Kasta ini terdiri dari  keturunan dari raja Wa Kakaa. Raja atau sultan yang akan memimpin kerajaan dipilih dari kasta ini.
  • Kasta Walaka yaitu para kaum elit penguasa. Kasta ini terdiri keturunan menurut garis bapak dari pendiri Kerajaan  buton (mia patamiana). Mereka adalah pemegang jabatan penting di Kerajaan seperti menteri serta dewan. Mereka juga yang menentukan siapa yang akan menjadi Raja berikutnya.
  • Kasta Papara atau disebut juga masyarakat biasa yang tinggal di wilayah desa dan masih merdeka. Mereka dapat diperhitungkan untuk memegang jabatan tertentu di wilayah desa, tetapi sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk memegang kekuasaan di pusat.
  • Kasta Babatua atau kasta budak yaitu orang yang hidupnya bergantung terhadap orang lain atau memiliki utang. Orang-orang dari kasta ini dapat diperjualbelikan atau dijadikan hadiah.
  • Kasta Analalaki dan Limbo adalah golongan kaomu dan walaka yang diturunkan darajatnya kerana telah melakukan kesalahan sosial dan bertindak tidak pantas sesuai dengan status sosialnya.

Kehidupan Suku Buton

Masyarakat suku Buton mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dengan tanaman pokok mereka adalah jagung, ubi, padi. Tak jarang juga mereka menanam tanaman perdagangan seperti jeruk, kapuk, dan kelapa. Selain itu mereka juga bermata pencaharian sebagai pengrajin kuningan, anyaman, dan lainnya.

Kepercayaan Suku Buton

Sebagian besar masyarakat Buton adalah pemeluk agama Islam sehingga nilai-nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan hukum Islam. Namun sebelum adanya Islam, suku Buton yaitu pada abad 13 adalah pemeluk agama Hindu akibat dari pengaruh kerajaan Majapahit. Kemudian mendapat pengaruh agama Islam yang dibawakan oleh Ulama dari Patani ke Kesultanan Buton pada abad 15.

Bahasa Suku Buton

Suku Buton memiliki bahasa yang sangat beragam. Diketahui ada sekitar tiga puluh bahasa dengan dialek yang bervariasi. Para ahli etnolinguistik klasik, Esser mengelompokkan bahasa suku Buton ke dalam kelompok Muna-Butung. Bahasa Buton kemudian terbagi lagi menjadi beberapa dialek seperti dialek Butung, Wolio, Wapacana, Cia-Cia, dan Wakatobi.

Pada tahun 2009, suku Buton menarik perhatian dunia karena salah satu bahasa Buton yaitu bahasa Cia-cia yang dahulunya menggunakan sejenis arab yang disebut gundul menerima tulisan Korea yaitu Hangeul sebagai tulisan cia-cia.

Pakaian Adat Suku Buton

Pakaian Adat Suku Buton

Masyarakat Buton laki-laki memiliki pakaian kebesaran bernama balahadada. Pakaian tersebut dapat dikenakan baik oleh kaum bangsawan maupun bukan bangsawan. Pakaian adat balahadada memiliki dasar warna hitam yang menjadi simbol keterbukaan para pejabat terhadap masyarakatnya. Pakaian adat balahadada dilengkapi dengan aksesoris lainnya seperti destar, baju, celana, sarung, ikat pinggang, keris, dan bio ogena atau sarung besar yang dihiasi dengan pasamani diseluruh tepiannya.

Sedangkan untuk kaum Buton wanita mengenakan pakaian adat Kambowa yaitu kain dengan bahan dasar satin dengan warna putih serta hiasan berupa pernak-pernik terbuat dari emas atau perak. Pakaian adat tersebut digunakan pada saat menghadiri upacara adat maupun acara-acara sakral.

Rumah Adat Suku Buton

Rumah Adat Suku Buton

Seperti suku di Indonesia lainnya, suku Buton juga mempunyai rumah adat yaitu rumah malige. Rumah malige merupakan rumah panggung yang terdiri dari empat lantai dan terbuat dari kayu jati atau kayu wola. Rumah Malige didirikan sebagai tempat tinggal raja atau sultan Kerajaan Buton dengan keluarganya. Keunikan dari rumah malige adalah konstruksinya yang menggunakan pasak kayu dan tidak menggunakan paku.

Tarian Suku Buton

Tarian Suku Buton

Tarian khas dari suku Buton ada berbagai macam salah satunya adalah Badenda. Tarian ini merupakan gambaran dari rasa kegembiraan masyarakat Buton. Tarian dengan gerakan lincah mengikuti alunan gendang ini merupakan tanda syukur kepada Tuhan atas rezeki yang telah diberikan. Tarian ini biasanya diadakan oleh pemuda Buton pada acara tertentu seperti nikahan atau idul fitri. Tarian ini sekaligus menjadi sarana berkumpulnya keluarga.

Senjata Khas Suku Buton

Senjata Khas Suku Buton

Senjata tradisional masyarakat Buton adalah tombak dan keris Tiworo Liya. Senjata ini sudah ada sejak zaman dahulu bahkan menjadi senjata pusaka kerajaan Buton. Keris Tiworo Liya adalah senjata yang digunakan untuk melumpuhkan musuh dari jarak dekat.

Sedangkan tombak tiworo liya adalah senjata yang digunakan untuk melawan musuh jarak jauh. Keris Tiworo Liya memiliki bentuk yang tidak memiliki seperti keris pada umumnya, keris ini memiliki panjang kurang lebih 30 cm yang terbuat dari besi dan logam mulia. Sementara itu tombak tiworo liya memiliki mata tombak yang tersusun dari material besi, berukuran seperti segitiga dengan ujung yang runcing serta tajam. Pada bagian tangkai tombak terbuat dari kayu yang sangat kuat.

Kebudayaan Suku Buton

Kebudayaan Suku Buton

Sejumlah kearifan lokal suku Buton masih terjaga dan terus dilestarikan hingga saat ini, salah satunya adalah festival pekande-kandea. Pekande-kandea adalah festival yang dilakukan masyarakat Buton setiap tahun setelah perayaan hari raya Idul Fitri. Pada festival ini terdapat puluhan talang yaitu sebutan untuk nampan yang berisi penuh dengan makanan. Talang tersebut akan dijaga oleh para gadis Buton yang mengenakan pakaian adat Buton. Selain itu festival ini juga biasanya digelar untuk menyambut tamu kehormatan suku Buton.

Makanan Khas Suku Buton

Makanan Khas Suku Buton

Salah satu kuliner khas yang dimiliki suku Buton adalah lapa-lapa. Lapa-lapa yaitu makanan berbahan dasar beras yang memiliki cita rasa gurih. Biasanya makanan ini banyak dijumpai ketika bulan Ramadhan. Lapa-lapa digunakan sebagai pengganti nasi saat berbuka.

The post Suku Buton: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>