Tari Kuda Lumping - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/tari-kuda-lumping Fri, 30 Sep 2022 02:18:19 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Tari Kuda Lumping - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/tari-kuda-lumping 32 32 Tari Ebeg : Sejarah, Makna, dan Gerakannya https://haloedukasi.com/tari-ebeg Fri, 30 Sep 2022 02:18:14 +0000 https://haloedukasi.com/?p=38886 Ensiklopedia seni tari di Indonesia tidak banyak bercerita tentang kapan seni tari telah masuk ke Indonesia. Seni tari sendiri dipercaya telah ada sejak masyarakat Nusantara mengenal kepercayaan aninisme dan dinamisme. Salah satu tari tradisional yang memiliki usia lebih dari 10 abad adalah Tari Ebeg. Tari Ebeng adalah satu satu jenis tari tradisional yang berasal dari […]

The post Tari Ebeg : Sejarah, Makna, dan Gerakannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
tari ebeg

Ensiklopedia seni tari di Indonesia tidak banyak bercerita tentang kapan seni tari telah masuk ke Indonesia. Seni tari sendiri dipercaya telah ada sejak masyarakat Nusantara mengenal kepercayaan aninisme dan dinamisme.

Salah satu tari tradisional yang memiliki usia lebih dari 10 abad adalah Tari Ebeg. Tari Ebeng adalah satu satu jenis tari tradisional yang berasal dari daerah provinsi Jawa Tengah tepatnya adalah Banyumas. Tari Ebeng sendiri lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama Tari Kuda Lumping.

Tarian ini khas dengan properti kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk yang menyerupai rambut. Pada sebagian masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah mneyebut Tari Ebeng dengan nama lain Tari Jathilan atau Jaran Kepang. Secara umum tarian ini mempertunjukkan kegagahan para penari Tari Ebeg.

Sejarah Tari Ebeg

Banyak sumber yang menyebutkan bahwa Tari Ebeng dipercaya telah ada sejak abad ke 9, dimana pada saat itu masyarakat masih memiliki kepercayaan yang kuat akan aninisme dan dinamisme. Salah satu hal yang menguatkan bahwa tarian ini berasal dari abad 9 adalah adanya gerakan dalam bentuk-bentuk in trance (seperti kesurupan) atau wuru.

Bentuk-bentuk gerakan inilah yang menguatkan bahwa Tari Ebeg memang telah memiliki usian ribuan tahun. Selain itu, Tari Ebeg diyakini sepenuhnya memang berasal dari daerah Banyumas mengingat tidak adanya unsur-unsur budaya lain yang masuk dalam gerakan tariannya.

Berbeda dengan kesenian lainnya contohnya wayang dimana masih dimasuki adanya unsur budaya Hindu India didalamnya. Dalam Tari Ebeg tidak ditemukan adanya penceritaan tokoh tertentu maupun agama tertentu. Bahkan dalam musik pengiring Tari Ebeg juga tidak ditemukan adanya unsur perpaduan dengan budaya lainnya.

Musik pengiring tari ini adalah musik yang berunsur bahasa Banyumasan atau yang disebut dengan Ngapak lengkap dengan logat khasnya. Beberapa contoh lagu Banyumasan yang sering dijadikan sebagai musik pengiring Tari Ebeg adalah Sekar Gadung, Eling-Eling, Ricik-Ricik Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong, dan lain-lain.

Banyak sekali masyarakat Banyumas yang mengaitkan bahwa Tari Ebeg ini adalah tarian yang menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah yang dibantu oleh Sunan Kalijaga. Adapula yang mengatakan bahwa Tari Ebeg adalah tarian yang menceritakan pelatihan Perang Prajurit Mataram yang dikoordinasi oleh Sultan Hamengkubuwoni I guna menghadang Belanda.

Bisa jadi memang dahulunya tari ini sempat dikreasikan dengan berbagai aksi heroik dalam mengusir penjajah, mnegingat usianya yang memang sangat tua.

Makna Tari Ebeg

Makna dari Tari Ebeg adalah tarian yang mempertunjukkan kegagahan prajurit perang sedang menunggangi kuda. Kuda yang ditunggangi biasanya berupa properti anyaman bambu atau bahan lainnya yang dibentuk dan dipotong menyerupai kuda.

Agar terlihat cantik dan menarik, kuda ditambahkan hiasan dengan adanya rambut buatan. Rambut buatan sendiri biasanya terbuat dari tali yang dikepang dan diberi warna dengan cat serta kain yang beraneka ragam.

Tarian Ebeg umumnya bukan sekedar mementaskan tentara berkuda, tetapi juga dilengkapi dengan adanya penampilan persembahan atraksi seperti kesurupan, kesaktian, serta kemampuan ajaib lainnya. Apabila diamati lebih dalam tempo dalam Tari Kuda Lumping ini menggambarkan semangat kepahlawanan dan segi kemiliteran pada masa dahulu yaitu pasukan kavaleri (khusus) berkuda.

Gerakan Tari Ebeg

Gerakan pada Tari Ebeg secara keseluruhan adalah gerakan kepiawaian pasukan berkudan dalam menghadapi musuhnya. Adapun gerakan-gerakan yang menjadi ciri khas dalam Tari Ebeg dan menjadikannya sebagai tari dengan daya tersendiri yaitu :

gerakan kesurupan makan beling

Salah satu gerakan khas dari Tari Ebeng adalah adanya adegan kesurupan pada penarinya. Sebelum memulai tarian biasanya akan ada sesajen yang dipersembahkan untuk arwah maupun penguasa makhluk halus disekitar lokasi pagelaran.

Hal ini ditujukan agar arwah tersebut merasuki salah satu tubuh penari Tari Ebeng dan disebut sebagai kesurupan atau dalam bahasa Banyumas penari biasanya dikatakan mendem. Pada kondisi inilah penari akan melakukan gerakan-gerakan yang membahayakan namun tidak melukai dirinya sedikitpun.

Salah satu gerakan tidak lazim yang biasanya dilakukan penari pada kondisi ini adalah memakan beling (pecahan kaca), bunga-bunga sesaji, mengupas kelapa dengan gigi, memakan padi dari tangkainya, memakan dhedek (katul), bara api, kuning telur, dan lain-lain.

Keadaan mendem ini bertujuan untuk meyakinkan penonton bahwa penari adalah sosok Satria yang kuat. Pada akhir pertunjukkan penari yang mengalami kesurupan biasanya akan disembuhkan oleh ketua Tari Ebeg yang mana biasanya adalah tetuah adat setempat atau disebut dengan istilah Penimbul.

Pada pertunjukkan Tari Ebeng biasanya tidak hanya penari saja yang kesurupan, penonton pun bisa saja mengalami kesurupan. Saat penonton mengalami kesurupan biasanya pertunjukkan Tari Ebeg akan memperlihatkan atraksi-atraksi brutal lainnya.

Namun, dengan inilah acara pertunjukkan Tari Ebeg akan semakin meriah. Seiring dengan perkembangan jaman, saat ini tidak semua penari yang membawakan Tari Ebeg benar-benar mengalami kesurupan, adapula penari yang hanya pura-pura mengalami kesurupan.

Busana tari ebeg

Busana yang digunakan oleh para penari Tari Ebeng biasanya adalah baju atau kaos, rompi, celana panji (celana sebatas lutut), stagen, dan timang. Sedangkan, untuk tata rias ada penari yang membawakan dalam tata rias yang natural adapula yang mengenakan tata rias berlebihan terutama untuk tutup kepala.

Pada penari yang mengenakan riasan natural tutup kepala adalah blankon dan dilengkapi dengan kaca mata hitam. Namun, pada penari yang ingin terlihat memukau akan mengenakan tutup kepala berupa mahkota wayang.

Adapula penari yang memakai topeng hitam atau biasa disebut dengan Bejer (Tembem atau Doyok) dan yang memakai topi putih disebut sebagai Panthul atau Bancak. Bejer dan Panthul sendiri memiliki tugas sebagai pelawak, penari, dan penyanyi untuk menghibur pasukan berkuda saat sedang beristirahat.

Pertunjukkan Tari Ebeg sendiri biasanya lebih sering dibawakan pada sore atau malam hari. Hal ini untuk memperkuat kesan yang ingin dibawakan dalam Tari Ebeg sendiri. Musik yang digunakan dalam mengiringi tarian ini tidak lepas dari musik tradisional Banyumas yaitu musik calung Banyumasan atau gamelan Banyumasan.

Nayaga atau pengiring biasanya sudah menyatu dengan penarinya. Pada awal pertunjukkan biasanya Tari Ebeg diiringi dengan alat musik yang disebut Bendhe. Kemudian, peralatan musik tradisional yang mengiringinya seperti kendang, saron, kenong, gong, dan terompet.

Tari Ebeg adalah satu dari beberapa tari yang sekalipun memiliki usia lebih dari 9 abad tetap dapat dinikmati masyarakat hingga kini. Hal ini tentunya tidak lepas dari masyrakat yang terus mengembangkannya dan mengkreasikan tari tradisional satu ini. Dengan demikian, tari ini tidak terkikis oleh waktu dan dapat dinikmati oleh generasi ke generasi.

The post Tari Ebeg : Sejarah, Makna, dan Gerakannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Tari Kuda Lumping: Makna – Sejarah dan Pola lantai https://haloedukasi.com/tari-kuda-lumping Tue, 09 Mar 2021 01:55:11 +0000 https://haloedukasi.com/?p=22435 Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Tari Kuda Lumping, berikut pembahasannya. Apa itu Tari Kuda Lumping? Tari kuda lumping adalah tarian tradisional yang sangat populer dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinamakan kuda lumping karena tarian ini menggunakan properti berbentuk kuda yang ditunggangi oleh penarinya. Tarian kuda lumping memiliki beberapa nama  seperti jaranan […]

The post Tari Kuda Lumping: Makna – Sejarah dan Pola lantai appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Tari Kuda Lumping, berikut pembahasannya.

Apa itu Tari Kuda Lumping?

Tari Kuda Lumping

Tari kuda lumping adalah tarian tradisional yang sangat populer dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinamakan kuda lumping karena tarian ini menggunakan properti berbentuk kuda yang ditunggangi oleh penarinya. Tarian kuda lumping memiliki beberapa nama  seperti jaranan atau jaran kepang.

Keunikan dari tarian kuda lumping adalah pemain akan menarikan sebuah gerakan yang bebas namun tetap berada di bawah pengendalian pawang. Para penari terlihat seolah-olah sedang kesurupan. Rangkaian tarian ini juga semakin unik dengan adanya atraksi kebal tubuh seperti makan beling atau biasa disebut dengan debus.

Sejarah Tari Kuda Lumping

Sejarah kuda lumping hingga kini masih simpang siur. Belum ada penelitian yang mengungkapkan teori pasti bagaimana tarian kuda lumping tercipta. Ada berbagai pendapat mengenai sejarah kuda lumping.

Teori pertama mengatakan bahwa kuda lumping sudah ada sejak zaman primitif dan sering digunakan dalam berbagai acara-acara adat yang mengandung unsur magis. Menurut teori ini perlengkapan dan alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana namun berubah seiring perkembangan zaman.

Teori kedua mengatakan tarian kuda lumping ini berasal dari rakyat jelata untuk pangeran Diponegoro dan pasukannya yang telah berjuang mengusir penjajah. Teori ketiga berpendapat bahwa tarian ini merupakan penggambaran dari pasukan kerajaan Mataram yang sedang berlatih perang.

Teori keempat berpendapat bahwa jaran kepang adalah bentuk dari perjuangan Raden Patah yang berjuang melawan penjajah bersama dengan Sunan Kalijaga. Teori terakhir yaitu teori kelima berpendapat bahwa tarian ini merupakan penggambaran dari seorang raja yang memiliki kesaktian.

Makna Tari Kuda Lumping

Tarian kuda lumping merupakan perpaduan antara dunia nyata dengan dunia tak kasat mata alias magis. Makna tersebut antara lain:

  • Menggambarkan Watak Manusia
    Unsur magis yang terkandung dalam tarian kuda lumping merupakan simbol dari watak manusia yaitu baik dan buruk. Hal tersebut tergambarkan ketika penari menari dengan gerakan yang lembut, anggun serta baik-baik saja. Namun hal tersebut sirna ketika roh telah merasuki tubuh penari. Ia kan berubah menjadi sosok yang tak terkendali bahkan cenderung arogan.
  • Mempercayai Eksistensi Alam Gaib
    Melalui tarian ini memberitahukan kepada semua orang bahwa alam gaib itu benar-benar ada. Hal tersebut tergambarkan dengan penari yang bisa kerasukan serta nekat melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Hal tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya hal mistis dan izin dari Tuhan yang Maha Esa.

Fungsi Tari Kuda Lumping

Sama seperti tari tradisional lainnya, pertunjukan tari kuda lumping mempunyai fungsi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari. Fungsi tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang seperti bidang pendidikan, tarian ini mengandung nilai-nilai norma dimana manusia harus terus berbuat kebaikan.

Dalam bidang hiburan tarian ini menjadi penghibur masyarakat umum di berbagai daerah. Jika dilihat dari fungsi sosial maka tarian ini mengajarkan kita tentang kerja sama karena tarian ini terdiri berbagai orang yang terbentuk dalam satu kelompok.

Properti Tari Kuda Lumping

Dalam pertunjukkan tarian kuda lumping terdapat properti-properti yang harus disiapkan diantaranya adalah:

  • Bambu
    Bambu ini kemudian dianyam hingga membentuk kuda yang akan digunakan penari selama pertunjukannya. Namun di era sekarang, properti kuda tersebut tidak hanya terbuat dari anyaman bambu saja melainkan juga menggunakan plastik.
  • Kostum
    Kostum atau baju yang dikenakan oleh pemain tari kuda lumping adalah kemeja dan kaos yang berwarna cerah. Kostum pemain juga kan dilengkapi dengan rompi.
  • Celana
    Para pemain akan menggunakan celana di yang panjangnya di atas mata kaki sebagai bawahan mereka. Hal tersebut agar gerak para penari menjadi mudah dan gesit.
  • Selendang
    Pemain akan mengenakan selendang dengan motif batik di bagian pinggul mereka
  • Gelang
    Pemain menggunakan gelang yang disebut dengan klinting untuk penghias. Motif gelang yang digunakan berbagai macam namun biasanya berwarna emas.
  • Apok
    Apok adalah lapisan paling luar setelah baju dan rompi yang digunakan pada bagian dada hingga ke bagian belakang pemain. Bentuk dari apok menggambarkan kegagahan para penari pria.  
  • Penutup Kepala
    Properti ini digunakan oleh para penari wanita untuk melindungi kepala mereka. Penutup kepala adalah simbol pelindung kepala ketika pejuang hendak pergi ke medan perang.
  • Sabuk
    Sabuk yang digunakan adalah sabuk hias dan berfungsi untuk mengencangkan seluruh perlengkapan pemain.
  • Kacamata Hitam
    Pemain menggunakan kacamata hitam agar gerak gerik mata mereka tidak diketahui oleh penonton. Gerak-gerik mata penari akan terlihat sangat liar selama pertunjukkan berlangsung.
  • Cambuk
    Cambuk disebut juga dengan cemiti. Setiap pemain akan memegang satu hingga dua cambuk yang apabila dihentakkan ke tanah akan memiliki suara yang keras.
  • Parang Imitasi
    Parang tiruan ini adalah simbol dari senjata yang digunakan rakyat ketika melawan para penjajah.

Instrumen Tari Kuda Lumping

Seperti tarian tradisional pada umumnya pertunjukan  seni tari kuda lumping akan diiringi oleh alunan musik. Musik yang digunakan adalah  musik gamelan berlaras slendro yang terdiri dari gong, saron bonang, dan juga kendang. Dari rangkaian alat musik tersebut yang paling wajib ada ialah kendang.

Pola Lantai Tari Kuda Lumping

Pola lantai adalah teknik penguasaan panggung yang dilakukan oleh penari. Pada tari tradisional kuda lumping pola lantai yang digunakan adalah pola melingkar, horizontal, vertikal, dan diagonal.

Gerakan dan Tahapan Tari Kuda Lumping

  • Gerakan
    Gerakan yang dilakukan oleh penari dalam pertunjukan tarian kuda lumping adalah gerakan yang kuat dengan tempo yang cepat namun halus. Gerakkan penari berfokus pada kekuatan kaki sehingga menjadikan tari tradisional ini  terlihat kuat dan penuh energi.
  • Tahapan
    Pertunjukan seni tari kuda lumping dibagi menjadi empat babak diantaranya adalah:
    • Babak Campur Selamat Datang
      Babak ini merupakan babak pertama dalam pertunjukan yaitu dengan cara mengucapkan selamat datang kepada para penonton. Pada babak ini penari bergerak sesuai dengan karakter yang diperankan. Gerakan diawali dengan sabetan lumaksono dan penari dalam posisi sembahan kepada Tuhan.
    • Babak Jathilan Campur Asli
      Babak ini adalah babak kedua dari rangkai pertunjukkan. Gerakannya hampir sama dengan babak pertama hanya saja berbeda jumlah pemainnya. Pada babak pertama jumlah pemain yaitu 26 orang sedangkan pada babak ini jumlah pemain bertambah menjadi 50 orang. Durasi babak ini juga lebih lama dari babak pertama.
    • Babak Kuda Lumping
      Pada babak ini diisi dengan mempertunjukan kegagahan, kesigapan, dan keterampilan ara prajurit yang sedang berlatih perang dengan menggunakan senjata lengkap dengan kudanya. Sebanyak 12 orang akan berbaris ke belakang dan 2 penari sebagai Manggala Yudha memainkan pedang. Dalam babak ini penari banyak menggerakkan kaki dengan gerakan menyepak seperti kaki kuda.
    • Babak Blinderan
      Ini lah babak puncak dan yang paling ditunggu dari penonton yaitu babak yang menggambarkan tentang hewan buas, raksasa, dan setan. Pada babak ini penari akan melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya.

The post Tari Kuda Lumping: Makna – Sejarah dan Pola lantai appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>