teori pembelajaran - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/teori-pembelajaran Thu, 24 Feb 2022 02:49:49 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico teori pembelajaran - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/teori-pembelajaran 32 32 8 Teori Media Pembelajaran dari Para Ahli https://haloedukasi.com/teori-media-pembelajaran Thu, 24 Feb 2022 02:49:46 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31565 Banyak hal yang penting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran. Pentingnya media pembelajaran bisa dikatakan berbanding lurus dengan metode pembelajaran. Penyampaian metode pembelajaran dalam sebuah kegiatan belajar mengajar mungkin akan terkendala tanpa adanya media pembelajaran. Media pembelajaran dapat lebih memudahkan seseorang atau pelajar dalam memahami suatu hal yang sedang dipelajari. Apabila yang digunakan […]

The post 8 Teori Media Pembelajaran dari Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Banyak hal yang penting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran. Pentingnya media pembelajaran bisa dikatakan berbanding lurus dengan metode pembelajaran. Penyampaian metode pembelajaran dalam sebuah kegiatan belajar mengajar mungkin akan terkendala tanpa adanya media pembelajaran. Media pembelajaran dapat lebih memudahkan seseorang atau pelajar dalam memahami suatu hal yang sedang dipelajari.

Apabila yang digunakan media pembelajaran dengan karakteristik yang baik, maka akan dapat memotivasi para pelajarnya, serta juga menghindarkan dari kejenuhan saat mempelajari sesuatu. Proses belajar mengajar pun akan lebih sistematis. Karakteristik media pembelajaran yang baik akan memberikan pengaruh atau dampak baik pula pada proses belajar mengajar yang dilakukan.

Pengaruh dari media pembelajaran telah dikaji oleh para ahli sejak awal abad 20. Hal yang menandakannya adalah adanya usulan penggunaan gambar sebagai alat peraga atau alat instruksi. Usulan ini diberikan oleh Edward L. Thorndike yang merupakan penggagas dari teori connectionism. Hasil dari kajian-kajian terhadap media pembelajaran tersebut kemudian dituangkan ke dalam teori media pembelajaran. 

Teori media pembelajaran terbagi menjadi beberapa teori. Berikut adalah 8 teori media pembelajaran menurut para ahli beserta penjelasannya:

1. Teori Symbol Systems

G. Salomon pada tahun 1977 pertama kali memperkenalkan sebuah gagasan yang disebut teori sistem simbol. Teori ini merupakan sebuah teori yang difungsikan untuk mengetahui pengaruh dari media pembelajaran yang digunakan terhadap proses pembelajaran. 

Menurut Salomon setiap media mampu menyampaikan isi melalui sistem simbol tertentu. Salomon juga menyatakan bahwa efektivitas sebuah media ini berdasarkan pada kesesuaian peserta didik atau pelajar, isi pembelajaran, serta tugas-tugasnya.

2. Teori Cognitive Flexibility

Teori fleksibilitas kognitif dikembangkan oleh R. Spiro, P. Feltovitch, dan R. Coulson pada tahun 1990. Teori ini menitikberatkan pada sifat pembelajaran dalam lingkup yang luas atau kompleks, serta tidak terstruktur.

Penegasan dari teori ini menyatakan bahwa sebuah pembelajaran yang efektif bergantung pada konteks, serta menekankan bahwa pengetahuan yang dibangun itu sangat penting. Oleh karenanya peserta didik perlu mengembangkan representasi informasi mereka sendiri agar dapat belajar dengan baik.

Teori ini berkaitan dengan teori sistem simbol dalam hal media serta interaksi pembelajaran. Juga berakar pada teori konstruktivisme.

3. Teori Conditions of Learning

R. Gagne adalah yang mengemukakan teori kondisi pembelajaran. Ia berpendapat bahwa terdapat berbagai jenis atau tingkatan yang berbeda pada pembelajaran. Dimana setiap tingkatan pembelajaran membutuhkan instruksi yang berbeda dari tingkatan lainnya.

Terdapat 5 jenis tingkatan pembelajaran yang diidentifikasikan oleh R. Gagne, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Perbedaan dari kondisi eksternal dengan internal merupakan hal yang terpenting untuk setiap jenis pembelajaran. 

Penerapan dari teori kondisi pembelajaran ini telah diterapkan dalam pelatihan militer. Teori ini juga ditujukan sebagai penggambaran peran teknologi instruksional dalam pembelajaran.

4. Teori E-Learning

Teori E-Learning memberikan penggambaran bahwa prinsip-prinsip ilmu kognitif pembelajaran multimedia yang efektif menggunakan teknologi pendidikan elektronik. Dari hasil penelitian serta teori kognitif telah menunjukkan bahwa pemilihan modalitas multimedia yang sesuai dengan cara bersamaan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Teori ini sebenarnya merupakan sebuah teori pengembangan dari teori cognitive load yang telah dikembangkan oleh J. Sweller. 

5. Teori Cognitive Load

J. Sweller dengan teori Cognitive Load atau teori beban kognitif mengemukakan bahwa, pembelajaran yang paling baik akan terjadi saat kondisi selaras dengan arsitektur kognitif manusia yang dapat diketahui melalui hasil penelitian eksperimental.

Teori ini menekankan terhadap penggunaan teknik-teknik pembelajaran untuk mengurangi beban kerja memori yang berperan untuk memberikan fasilitas perubahan di dalam memori untuk jangka waktu yang panjang, dimana berkaitan dengan akuisisi skema.

6. Teori Cognitive Dissonance

Terdapatnya kecenderungan individu guna mencari konsistensi di antara kognisi mereka adalah pernyataan dari teori disonansi kognitif, yang merupakan salah satu dari teori efek media massa.

Apabila terdapat inkonsistensi antara sifat atau perilaku maka harus ada sesuatu yang diubah demi mengurangi disonansi. Jika terjadi kasus dimana ada kesenjangan antara sikap dan perilaku, maka individu akan lebih cenderung merubah sikap demi mengakomodasi perilaku.

7. Teori Situated Learning

Teori situated learning dikemukakan oleh J. Lave yang berpendapat bahwa pembelajaran yang terjadi merupakan fungsi dari bermacam kegiatan, konteks, serta budaya di mana pembelajaran tersebut terjadi.

Interaksi sosial merupakan hal yang penting dalam pembelajaran bersituasi yang mana peserta didik atau pelajar ikut andil dalam komunitas praktek yang merupakan sebuah perwujudan dari keyakinan tertentu serta perilaku tertentu yang akan diakuisisi. Hal ini tentu tidak sama dengan kegiatan yang dilakukan di dalam kelas.

Penerapan teori ini dalam konteks kegiatan pembelajaran yang berbasis teknologi di sekolah yang menekankan pada keterampilan untuk memecahkan masalah. Hal ini sangat positif bagi kegiatan belajar mengajar. Sebab, peserta didik atau pelajar dapat dilatih berpikir kritis serta dituntut untuk cepat dalam mengambil keputusan yang tepat.

8. Teori Information Pick Up

J. Gibson merupakan penggagas dari teori information pick up. Ia berpendapat bahwa persepsi sepenuhnya bergantung dari informasi yang berada dalam sebuah rangkaian stimulus, bukan berada pada pengaruh sensasi dari kognisi.

Gibson menyatakan bahwa persepsi adalah sebuah konsekuensi langsung dari sifat lingkungan dan tidak terlibat sebagai bentuk pemrosesan sensoris. Sebagian besar teori ini dikembangkan untuk sistem visual. Selanjutnya Gibson mengemukakan bahasan tentang implikasi teori guna meneliti gambar bergerak serta gambar tidak bergerak.

The post 8 Teori Media Pembelajaran dari Para Ahli appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Teori Gestalt: Pengertian, Prinsip dan Kelebihan https://haloedukasi.com/teori-gestalt Thu, 10 Feb 2022 12:31:17 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31200 Perlu kita ketahui bahwa dalam pembelajaran terdapat proses yang kompleks dengan berbagai tujuan dan target yang hendak dicapai. Oleh karenanya, kita tidak boleh menganggap remeh proses pembelajaran, terutama mengingat harus tercapainya target – target oleh para peserta didik. Tak jarang dalam prosesnya, pembelajaran menemukan banyak hambatan dan rintangan. Maka, diperlukan sebuah teori agar masalah tersebut […]

The post Teori Gestalt: Pengertian, Prinsip dan Kelebihan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Perlu kita ketahui bahwa dalam pembelajaran terdapat proses yang kompleks dengan berbagai tujuan dan target yang hendak dicapai. Oleh karenanya, kita tidak boleh menganggap remeh proses pembelajaran, terutama mengingat harus tercapainya target – target oleh para peserta didik.

Tak jarang dalam prosesnya, pembelajaran menemukan banyak hambatan dan rintangan. Maka, diperlukan sebuah teori agar masalah tersebut dapat teruraikan dan terselesaikan, salah satunya dengan teori Gestalt. Teori tersebut dianggap efektif dan efisien untuk proses pembelajaran.

Kali ini kami akan membahas mengenai Teori Gestalt secara lebih rinci. Mari kita simak pembahasan berikut ini.

Apa Itu Teori Gestalt?

Teori Gestalt merupakan sebuah pandangan mengenai pembelajaran bahwa hal ini tidak hanya melulu tentang rangsangan dan respon, akan tetapi berkaitan dengan pemahaman mengenai sebuah permasalahan untuk dapat menarik sebuah kesimpulan yang baru dengan wawasan yang lebih luas.

Adapun beberapa teori yang dicetuskan oleh para ahli dengan hukum – hukum yang berlaku dan berjalan di dalamnya seperti hukum ketertutupan dan juga hukum kesamaan. Prinsip dari teori pembelajaran pada umumnya tidak pernah lepas dengan wawasan dan pemahaman, pengalaman dan organisasi, serta keberhasilan dari pembelajaran itu sendiri terhadap minat para peserta didik.

Hukum Teori Gestalt

Dalam teori Gestalt, terdapat hukum yang mengatur dan menjelaskan mengenai sebuah pemahaman antara lain Hukum Pragnaz, Hukum Kesamaan, Hukum Keterdekatan, Hukum Ketertutupan, dan Hukum Kontinyuitas. Berikut penjelasannya.

  • Hukum Pragnaz

Hukum ini mengacu pada sebuah kejelasan bahwa psikologis dalam organisasi biasanya lebih mengarah pada sebuah keadaan atau situasi yang penuh arti, makna, maupun kejelasan (pragnaz).

Contohnya saja jika ada seseorang yang mengamati sebuah objek. Orang yang mengamati tersebut akan mendapatkan sebuah arti dan kesan – kesan tertentu dari objek yang diamatinya baik bentuk, warna, ukuran, panjang, dan lain sebagainya.

Adapun hukum ini juga menunjukkan mengenai arah pada segala kejadian yakni pada hukum Pragnaz itu sendiri mengenai situasi kondisi yang seimbang dan menunjukkan Gestalt yang baik. Yang mana Gestalt yang baik menuntut adanya sifat baik keturunan, kesederhanaan, kestabilan, hingga simetri yang seimbang.

Antara satu dan lain hal, masing – masing individunya harus memiliki sifat yang dinamis agar keadaan Pragnaz dapat terwujud dan seimbang. Sedangkan keadaan problematis akan menimbulkan keadaan yang tak Pragnaz.

Dengan kata lain, situasi dan kondisi yang tidak stabil, tidak seimbang, tidak sederhana, dan tidak simetri akan menemukan pemecahan masalah dengan mengubahnya ke dalam struktur medan yang dapat mengarahkan dan membawa hal yang problematis ke dalam sifat Pragnaz.

  • Hukum Kesamaan (The Law of Similarity)

Hal – hal yang memiliki kesamaan biasanya cenderung mengarah dan membentuk Gestalt. Terutama jika ada sebuah rangsangan pengamatan dan penglihatan. Pada umumnya orang akan lebih mengamati dan melihat pada deretan yang mendatar yang menjadi kesatuan Gestalt.

  • Hukum Keterdekatan (The Law of Prozimity)

Hukum keterdekatan ini menyatakan bahwa hal yang saling berdekatan biasanya mengarah pada pembentukan kesatuan, dengan kata lain Gestalt. Misalnya saja garis – garis seperti a-b, c-d, e-f akan diamati dan terlihat sebagai kesatuan maupun Gestalt.

  • Hukum Ketertutupan (The Law of Closure)

Hukum ketertutupan ini menganggap bahwa semua hal yang tertutup atau dalam lingkup tertutup biasanya cenderung membentuk sebuah kesatuan atau Gestalt. Yang mana hal tersebut akan bergerombol dan menjadi satu.

  • Hukum Kontinyuitas

Hukum kontinyuitas ini mengacu pada hal – hal yang bersifat kontinyu dan saling berkesinambungan dan membentuk kontinyuitas yang baik sehingga dihasilkan tendensi sebagai pembentuk kesatuan atau Gestalt itu sendiri.

Di samping beberapa hukum di atas, adapun sebuah teori yang mangatakan bahwa dengan pembelajaran Gestalt ini seseorang akan mendapat sebuah insight.

Insight tersebut akan diperoleh ketika seseorang dapat membaca sebuah hubungan yang di dalamnya terdapat berbagai macam unsur dalam sebuah situasi tertentu. Insight inilah yang nantinya akan membantu memecahkan sebuah masalah dan maupun persoalan yang merupakan inti dari ‘belajar’.

Prinsip – prinsip Teori Gestalt

Adapun enam prinsip teori Gestalt yang perlu kita ketahui antara lain sebagai berikut :

  • Prinsip Gestalt Pertama – Proximity

Prinsip yang pertama lebih mengarah pada elemen maupun sebuah objek yang berada di dalam sebuah slide yang nyata secara fisik dan saling berdekatan dan menjadi bagian dari sebuah grup.

Prinsip ini dapat diumpamakan sebagai titik – titik yang membentuk grup. Kemudian masing – masing grup berdekatan satu sama lain. Biasanya prinsip proximity diterapkan dalam sebuah visualisasi data serta meletakkan label data pada Gestalt.

  • Prinsip Gestalt Kedua – Similarity

Prinsip Gestalt yang kedua yakni merupakan objek atau sebuah elemen dengan bentuk, warna, ukuran, hingga orientasi yang serupa dan dianggap saling berkaitan sehingga membentuk sebuah kelompok atau kesatuan.

Sama halnya dengan prinsip sebelumnya, dengan prinsip similarity kita juga dapat meletakkan label data pada Gestalt yang terbentuk sehingga memberikan kesan isyarat visual kepada para audiens.

  • Prinsip Gestalt Ketiga – Enclosure

Pada prinsip enclosure, orang akan menganggap sebuah elemen atau objek yang nyata secara fisik akan terlingkupi bersama – sama adalah bagian dari sebuah grup. Akan tetapi, tidak perlu melingkupi yang lebih kuat, melainkan hanya menggunakan bayangan halus atau kotak saja sudah cukup.

Dalam memanfaatkan prinsip ini, kita perlu menggambar perbedaan visual yang ada di dalam sebuah data yang kita sajikan misalnya dengan menunjukkan sebuah daerah bayangan dengan warna yang berbeda agar dapat menunjukkan adanya pemisahan data.

Penggunaan bayangan inilah yang nantinya dapat membantu audien agar dapat memahami informasi yang disampaikan dengan mudah. Oleh karena itu, penggunaan visualisasi data dianggap dapat menyampaikan pada para audien bahwa untuk mengatasi sebuah perbedaan harus melakukan hal tersebut.

  • Prinsip Keempat Gestalt – Closure

Prinsip yang keempat ini menyatakan bahwa seseorang lebih menyukai sesuatu tyang sederhana dan sesuai dengan kontruksi yang sebelumnya sudah ada di kepala atau pikiran mereka masing – masing.

Oleh karena itu, biasanya orang lebih menganggap bahwa sekumpulan elemen yang berupa individu tersebut merupakan elemen tunggal yang telah dikenalnya saat ada elemen yang hilang atau tertutup.

Misalnya sebuah titik yang membentuk lingkaran. Orang pertama kali akan menganggap bahwa itu adalah lingkaran, bukan sebuah individu yang berkumpul dan membentuk sebuah lingkaran. Biasanya prinsip ini diaplikasikan menjadi sebuah chart atau diagram pada Excel.

  • Prinsip Gestalt Kelima – Continuity

Prinsip yang kelima memiliki kesamaan dengan prinsip sebelumnya yakni closure. Jika kita sedang melihat sebuah elemen maupun objek, kita akan memilih untuk mencari lintasan yang lebih halus serta secara alami akan menciptakan kontinyuitas secara eksplisit tidak terlihat.

  • Prinsip Gestalt Keenam – Connection

Prinsip koneksi ini biasanya mengacu pada pemikiran bahwa elemen maupun objek yang saling terhubung satu sama lain secara fisik sehingga menjadi bagian dari sebuah kelompok dengan nilai asosiatif yang lebih kuat ditunjukkan dengan warna, ukuran, hingga bentuk yang berbeda dari yang lainnya.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Gestalt

Dalam segala hal, pasti terdapat kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan teori ini. Kita perlu memahami kelebihan dan kekurangan dari teori Gestal supaya dapat mendapatkan hal positif di dalamnya serta memilah dan memperbaiki hal negatif yang dapat timbul dalam menggunakan teori tersebut.

Kelebihan Teori Gestalt

  • Teori Gestalt cenderung lebih menggambarkan manusia sebagai individu dengan keunikannya masing – masing, yang mana memiliki hubungan dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Teori ini sangat menekankan dan memfokuskan pada pengertian dan pemahaman suatu materi, oleh karena itu keberhasilan untuk mencapai kematangan pembelajaran sangat tinggi.
  • Inti dan konsep dari teori Gestalt adalah mendapatkan sebuah ‘insight’. Yang mana insight di sini merupakan pemahaman terhadap persoalan, hubungan tertentu, serta unsur lain yang ada di dalamnya, untuk dapat mendapatkan pemecahan masalah.

Kekurangan Teori Gestalt

  • Menurut pandangan Gestalt, suatu hal yang dipelajari dan dimulai dari keseluruhan terlebih dahulu, akan dikhawatirkan berpotensi dapat menimbulkan kesulitan terutama dalam proses belajar itu sendiri dan menjadi beban yang harus ditanggung sedemikian banyaknya.
  • Pengamatan sangat berpengaruh terhadap pemecahan masalah. Pasalnya, jika melihat situasi dan kondisi dengan tepat akan menemukan pemecahan masalah.

Konsep Belajar dalam Teori Gestalt

Teori pembelajaran yang ada saat ini berasal dari ketidakpuasan karakter terhadap teori yang sebelumnya telah ditemukan. Respon kehidupan dan juga stimulus yang didapat dari teori Gestalt ini mengajak manusia untuk tidak hanya terpaku pada sebuah ransangan dan memberikan respon saja.

Manusia diharapkan dapat melakukan lebih dari itu karena pasti kita dapat mengambil sebuah keputusan dan langkah yang lebih bijaksana untuk menghadapi berbagai macam hal dan situasi. Manusia dapat menarik pemahaman terkait dengan banyak hal, terutama berdasarkan pengalaman yang dimiliki.

Adapun beberapa konsep Teori Gestalt yang perlu kita pahami dalam menerapkannya, antara lain sebagai berikut :

  • Teori Medan memberikan gambaran mengenai tidak adanya eksis yang terpisah maupun terisolasi secara sendiri – sendiri.
  • Nature Versus Nurture mengajarkan kepada kita bahwa otak bukan sebagai penerima pasif ataupun gudang untuk menyimpan informasi tentang situasi yang sederhana.
  • Hukum pragna mengajarkan kepada kita bahwa gestalis merupakan sebuah prinsip hingga pedoman yang digunakan untuk meneliti sebuah persepsi, pembelajaran, hingga kerja suatu memori.

Implementasi Teori Gestalt Dalam Pembelajaran

Mengingat pada kurikulum pembelajaran 2013 sangat mengutamakan peserta didik untul selalu mengingat ilmu yang diterimanya. Untuk dapat menjadi lebih dekat dengan pembelajaran yakni dengan menemukan ilmu itu sendiri.

Pembelajaran dengan dasar sebuah permasalahan menunjuk para peserta didik untuk dapat memahami dan menyelesaikan masalah dan menjadi lebih dekat, salah satunya dengan problem based learning yang menjadi salah satu teori Gestalt.

Dengan memecahkan masalah, peserta didik dapat menyimpulkan suatu ilmu dan berpotensi untuk dapat lebih mengingat konsep materi pembelajaran. Peserta didik dapat memahami bagaimana cara menemukan serta menanamnya dalam ingatan menjadi sebuah pemahan dan bukan hanya informasi belaka yang diberikan satu arah yakni guru.

Selain itu, para peserta didik biasanya diajak untuk mengingat kembali pengalaman yang pernah terjadi dan menghubungkannya dengan ilmu yang didapatkannya. Misalnya saja panas dapat merambat melalui benda padat, terutama logam.

Kemudian memberinya contoh dengan meletakkan sendok logam pada di dalam air mendidih, maka seiring berjalannya waktu sendok itu juga akan memanas. Dengan begitu para peserta didik akan lebih memahami dan mengingatnya dibanding dengan membaca buku saja atau menghafalkan dari teori tertulis.

Tokoh Teori Gestalt

Adapun dua tokoh dalam teori Gestalt yang perlu kita ketahui yakni Max Wertheimer dan Wolfgang Kohler.

  • Max Wertheimer

Max Wertheimer merupakan seorang ilmuwan yang mendalami bidang psikologi. Ketika terjadi perang Eropa, Max pindah ke Amerika dan mendapatkan sebuah ide untuk melakukan penelitian.

Mulanya ia hanya melihat lampu kereta yang berkedip, namun dari situlah muncul berbagai pertanyaan terkait dengan rangsangan mata mengenai objek dapat tercipta karena adanya ilusi gerakan. Kemudian Max Wertheimer menamai fenomena tersebut dengan Phi Phenomenon.

Kemudian, saat usianya 30 tahun, ia menemukan strobscope pada toko mainan. Ketertarikannya terhadap benda tersebut menuntunnya menemukan sebuah konsep persepsi dan bereksperimen untuk mempelajari banyak hal. Yang mana kemudian ia mencetuskan Teori Gestalt yang berkaitan tentang persepsi.

  • Wolfgang Kohler

Wolfgang Kohler merupakan seorang ilmuwan yang bekerja dan mendalami bidang psikologi. Ia melakukan beberapa eksperimen yanmg berhubungan dengan teori Gestalt. Bahkan ia sempat menulis buku tahun 1929 yang diberi judul Gestalt Psychology.

Eksperimen pertama hingga keempat yang dilakukannya dengan meneliti tentang perilaku simpanse agar mendapatkan pisang dengan beberapa macam tingkat kesulitan untuk mendapatkannya. Dari keempat eksperimen tersebut ia menyimpulkan bahwa setiap masalah yang muncul akan memberikan sebuah pembalajaran.

Pembelajaran ditujukan agar dapat memecahkan sebuah masalah terutama dengan menciptakan situasi yang menyenangkan, bermakna, serta selaras dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelumnya.

The post Teori Gestalt: Pengertian, Prinsip dan Kelebihan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>