teori sosiologi sastra - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/teori-sosiologi-sastra Fri, 23 Jun 2023 09:30:35 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico teori sosiologi sastra - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/teori-sosiologi-sastra 32 32 5 Teori Sosiologi Sastra Wellek dan Warren https://haloedukasi.com/teori-sosiologi-sastra-wellek-dan-warren Fri, 23 Jun 2023 09:30:13 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43944 Teori sosiologi sastra merupakan cabang studi yang menggabungkan konsep-konsep dan metode sosiologi dengan kajian terhadap karya sastra. Teori tersebut melihat sastra sebagai fenomena sosial yang terkait erat dengan masyarakat, budaya, dan konteks sosial di mana sastra tersebut muncul. Pendekatan sosiologi sastra mempelajari hubungan antara karya sastra dan masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk nilai-nilai sosial, norma, […]

The post 5 Teori Sosiologi Sastra Wellek dan Warren appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Teori sosiologi sastra merupakan cabang studi yang menggabungkan konsep-konsep dan metode sosiologi dengan kajian terhadap karya sastra. Teori tersebut melihat sastra sebagai fenomena sosial yang terkait erat dengan masyarakat, budaya, dan konteks sosial di mana sastra tersebut muncul.

Pendekatan sosiologi sastra mempelajari hubungan antara karya sastra dan masyarakat dalam berbagai aspek, termasuk nilai-nilai sosial, norma, struktur sosial, perubahan sosial, dan konflik sosial. Teori sosiologi sastra berusaha untuk memahami bagaimana sastra mencerminkan, merefleksikan, dan mempengaruhi realitas sosial serta cara sastra berinteraksi dengan pembaca dan masyarakat.

Mengenal sosok Wellek dan Warren

Wellek dan Warren adalah dua sarjana kritik sastra yang terkenal. Rene Wellek (1903-1995) adalah seorang kritikus sastra dan teoretikus asal Austria-Amerika. Wellek dikenal karena kontribusinya dalam analisis sastra dan teori sastra. Sedangkan Austin Warren (1899-1986) adalah seorang kritikus sastra dan profesor sastra Amerika.

Wellek dan Warren tidak dikenal dengan teori sosiologi sastra yang khusus. Keduanya lebih terkenal dalam bidang kritik sastra dan teori sastra. Wellek dan Warren adalah dua kritikus sastra yang terkenal, terutama melalui karya mereka yang berjudul Teori Sastra (Theory of Literature) yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1949 pada abad ke-20.

Dalam karyanya, Wellek dan Warren membahas berbagai aspek teori sastra, termasuk hubungan antara sastra dan masyarakat. Meskipun tidak secara eksplisit mengembangkan teori sosiologi sastra, mereka menyelidiki hubungan sastra dengan konteks sosial, budaya, dan sejarah di mana karya sastra tersebut muncul.

Wellek dan Warren memandang sastra sebagai refleksi masyarakat dan mencerminkan nilai-nilai, norma, konflik, dan perubahan sosial yang ada dalam masyarakat. Keduanya mengakui bahwa sastra juga dapat mempengaruhi pemikiran, emosi, dan tindakan individu serta masyarakat secara luas.

Wellek dan Warren mengemukakan konsep-konsep seperti interpretasi sastra, peran penulis dan pembaca, hubungan antara sastra dan konteks sosial, serta pengaruh sastra pada pemahaman manusia tentang diri dan dunia di sekitar mereka.

Namun, Wellek dan Warren lebih fokus pada analisis kritis terhadap karya sastra daripada mengembangkan kerangka teoritis yang khusus dalam bidang sosiologi sastra. Meskipun demikian, pemikiran dan kontribusi mereka berdua dalam bidang kritik sastra telah memberikan sumbangan penting dalam memahami hubungan antara sastra dan masyarakat.

Karyanya dapat memperluas wawasan tentang pentingnya konteks sosial dalam memahami dan menafsirkan karya sastra, serta bagaimana sastra dapat berinteraksi dengan masyarakat dalam banyak cara. Berikut adalah penjelasan yang lebih detail mengenai teori sosiologi sastra Wellek dan Warren.

Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan interdisipliner yang diadopsi oleh Wellek dan Warren dalam teori sastra melibatkan penggabungan konsep dan metode dari berbagai disiplin ilmu, termasuk sosiologi, antropologi, sejarah, dan psikologi, untuk memahami dan menganalisis sastra secara komprehensif.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren.

Penekanan pada konteks sosial

Wellek dan Warren menganggap pentingnya memahami karya sastra dalam konteks sosial, budaya, dan sejarahnya. Keduanya berpendapat bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dari realitas sosial yang melingkupinya. Dengan menerapkan pendekatan interdisipliner, peneliti dapat melihat bagaimana faktor-faktor sosial dan budaya mempengaruhi produksi, penerimaan, dan interpretasi karya sastra.

Integrasi perspektif sosiologi

Wellek dan Warren mengakui pentingnya perspektif sosiologi dalam memahami sastra. Selain itu, berpendapat bahwa struktur sosial, nilai-nilai, konflik, dan dinamika masyarakat tercermin dalam karya sastra. Dengan menerapkan teori-teori sosiologi, seperti teori konflik, teori interaksi simbolik, atau teori sistem sosial, peneliti dapat membahas dan menganalisis aspek sosial dalam karya sastra.

Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain

Pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren melibatkan keterkaitan dengan disiplin ilmu lain, seperti antropologi dan sejarah. Kemudian mengakui bahwa pemahaman tentang aspek-aspek kebudayaan, tradisi, dan konteks historis sangat penting dalam memahami sastra. Dengan memasukkan perspektif antropologi dan sejarah, peneliti dapat menjelajahi pengaruh budaya dan perubahan sejarah pada karya sastra.

Penggunaan metode dan konsep dari disiplin ilmu lain

Pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren melibatkan penggunaan metode dan konsep yang berasal dari disiplin ilmu lain. Misalnya, peneliti dapat menerapkan metode analisis sosial untuk menganalisis struktur sosial dalam karya sastra, atau menggunakan konsep-konsep psikologi untuk memahami motivasi dan karakteristik tokoh dalam narasi sastra.

Komprehensivitas dalam analisis.

Pendekatan interdisipliner memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis yang lebih komprehensif terhadap karya sastra. Dengan mempertimbangkan berbagai dimensi, seperti aspek estetika, historis, sosial, dan psikologis, peneliti dapat mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang karya sastra dan hubungannya dengan masyarakat.

Pendekatan interdisipliner Wellek dan Warren memberikan kerangka konseptual yang luas untuk menganalisis sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, budaya, dan historis. Dengan mengintegrasikan disiplin ilmu lain, peneliti dapat menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang karya sastra dan dampaknya dalam konteks sosial.

Sastra sebagai Produk Sosial

Wellek dan Warren memandang sastra sebagai produk dari masyarakat dalam teori sosiologi sastra mereka. Keduanya berpendapat bahwa karya sastra tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, politik, budaya, dan sejarah di mana mereka muncul.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai konsep sastra sebagai produk sosial dalam pandangan Wellek dan Warren.

Konteks sosial dan budaya

Wellek dan Warren menekankan bahwa penulis dan karya sastra mereka tidak beroperasi dalam isolasi. Sebaliknya, mereka terlibat dalam interaksi dengan masyarakat dan dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budaya di sekitarnya. Penulis mencerminkan nilai-nilai, norma, dan konflik yang ada dalam masyarakat melalui karya sastranya.

Refleksi masyarakat

Sastra dianggap sebagai cerminan masyarakat. Karya sastra menawarkan gambaran yang terkonsentrasi tentang struktur sosial, perbedaan kelas, dinamika kekuasaan, serta masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat pada waktu penulisannya.

Sastra memberikan gambaran yang mendalam tentang kehidupan manusia dalam masyarakat dan dapat membantu kita memahami dan menganalisis dinamika sosial yang ada.

Pengaruh kondisi sosial terhadap karya sastra

Wellek dan Warren percaya bahwa penulis dan karya sastra mereka secara inheren dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitar keduanya. Misalnya, karya sastra dapat mencerminkan perubahan sejarah, perang, revolusi, atau perubahan sosial lainnya yang terjadi pada saat penulisannya. Karya sastra juga dapat menanggapi isu-isu sosial kontemporer dan berperan dalam membentuk kesadaran masyarakat.

Representasi berbagai perspektif

Sastra sebagai produk sosial dapat memperkaya pemahaman masyarakat tentang berbagai perspektif. Karya sastra menawarkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman manusia dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dan politik. Sastra dapat memperluas cakrawala kita, menghubungkan kita dengan realitas yang berbeda, dan memberi suara kepada kelompok-kelompok yang seringkali diabaikan dalam narasi dominan.

Dialog antara sastra dan masyarakat

Wellek dan Warren menekankan bahwa sastra berfungsi sebagai medium dialog dan interaksi antara penulis, karya sastra, dan masyarakat. Karya sastra dapat memunculkan pertanyaan, menciptakan refleksi, memicu perubahan, dan merangsang imajinasi masyarakat.

Melalui proses membaca, masyarakat memberikan makna dan interpretasi pada karya sastra, dan dalam hal ini, sastra menjadi alat komunikasi yang penting dalam masyarakat.

Dalam pandangan Wellek dan Warren, sastra tidak hanya merupakan hasil kreativitas individu, tetapi juga produk dari konteks sosial, budaya, dan sejarah yang melingkupinya. Dengan mempertimbangkan dimensi sosial ini, kita dapat lebih memahami peran sastra dalam refleksi masyarakat dan membuka jendela ke berbagai perspektif manusia.

Sastra sebagai Refleksi Masyarakat

Menurut Wellek dan Warren, sastra merupakan refleksi masyarakat dalam berbagai aspeknya. Mereka berdua melihat bahwa karya sastra bukanlah sekadar hiburan atau bentuk seni semata, tetapi juga memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat di mana karya sastra tersebut muncul.

Berikut beberapa poin penting mengenai pandangan Wellek dan Warren mengenai sastra sebagai refleksi masyarakat.

Cerminan Nilai dan Norma

Sastra mencerminkan nilai-nilai, norma, dan keyakinan yang ada dalam masyarakat. Karya sastra sering kali menggambarkan struktur sosial, peran gender, sistem kekuasaan, serta etika dan moral yang dipegang oleh masyarakat pada masa itu. Dalam hal ini, sastra menjadi sarana untuk memahami dan menganalisis kondisi sosial dan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat.

Kritik Sosial

Sastra juga berfungsi sebagai alat untuk mengkritik atau menyuarakan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial tertentu. Penulis sering menggunakan karya sastra mereka untuk mengomentari isu-isu sosial, ketidakadilan, atau ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Melalui narasi dan karakter-karakternya, sastra dapat menggambarkan konflik, ketegangan, dan masalah sosial yang ada.

Representasi Pengalaman Manusia

Karya sastra mencerminkan pengalaman manusia dalam masyarakat. Sastra dapat menggambarkan kehidupan sehari-hari, perjuangan individu, hubungan antarmanusia, serta dinamika emosi dan pikiran manusia dalam konteks sosial. Dengan membaca karya sastra, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang pengalaman manusia dalam masyarakat.

Perubahan Sosial

Wellek dan Warren berpendapat bahwa sastra dapat memainkan peran dalam perubahan sosial. Karya sastra yang mengangkat isu-isu sosial kontemporer dapat mempengaruhi pemikiran dan sikap masyarakat terhadap masalah tersebut. Melalui narasi, sastra dapat memicu refleksi, kesadaran, dan tindakan dalam rangka perubahan sosial yang lebih baik.

Dialog dengan Pembaca

Sastra menciptakan dialog antara penulis, karya sastra, dan pembaca. Pembaca membawa pengalaman dan pemahaman mereka sendiri ke dalam interpretasi karya sastra. Sastra mengajukan pertanyaan, mengundang refleksi, dan membuka ruang bagi dialog antara individu dan masyarakat. Dalam hal ini, sastra memberi suara kepada pembaca untuk terlibat dalam diskusi dan refleksi tentang isu-isu sosial yang diangkat.

Wellek dan Warren melihat sastra sebagai cerminan yang kompleks dari masyarakat. Sastra memperlihatkan nilai-nilai, norma, konflik, dan perubahan sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan memahami sastra sebagai refleksi masyarakat, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas kehidupan manusia dalam konteks sosial.

Pembaca sebagai Bagian dari Konteks Sosial

Menurut Wellek dan Warren, pembaca juga merupakan bagian penting dari konteks sosial dalam memahami sastra serta menganggap bahwa interpretasi dan pemahaman karya sastra tidak terlepas dari pengaruh dan konteks sosial yang dimiliki oleh pembaca.

Berikut beberapa poin penting mengenai pandangan Wellek dan Warren mengenai pembaca sebagai bagian dari konteks sosial.

Pengaruh konteks sosial pada interpretasi

Wellek dan Warren menekankan bahwa pembaca membawa pengalaman, nilai-nilai, dan perspektif keduanya dalam membaca dan menginterpretasi karya sastra. Konteks sosial tersebut seperti latar belakang budaya, pendidikan, nilai-nilai sosial, dan pengalaman hidup, dapat mempengaruhi cara pembaca memahami dan memberikan makna pada karya sastra.

Pembaca sebagai bagian dari masyarakat

Pembaca dianggap sebagai anggota masyarakat yang membaca dan merespons karya sastra. Wellek dan Warren membawa pembaca dengan identitas sosial, pengalaman kolektif, dan pemahaman yang terbentuk melalui interaksi dengan masyarakat. Konteks sosial tersebut menjadi bagian integral dalam membentuk persepsi dan respons pembaca terhadap karya sastra.

Dialog antara pembaca dan karya sastra

Pembaca dan karya sastra berinteraksi dalam sebuah dialog. Pembaca membawa pemahaman, pertanyaan, dan interpretasinya sendiri saat membaca karya sastra. Sastra memberikan ruang bagi pembaca untuk merenungkan, mempertanyakan, dan merespons isu-isu sosial yang dihadirkan dalam narasi. Dalam hal ini, pembaca aktif dalam membentuk makna dan merespons pesan-pesan sosial yang terkandung dalam karya sastra.

Multipleitas interpretasi

Wellek dan Warren mengakui bahwa pembaca yang berbeda dapat memberikan interpretasi yang beragam terhadap karya sastra. Konteks sosial individu, seperti latar belakang budaya, agama, atau identitas sosial, dapat menyebabkan perbedaan dalam pemahaman dan interpretasi sastra. Oleh karena itu, sastra dapat dilihat sebagai medan pertemuan berbagai perspektif sosial yang berbeda.

Perubahan sosial melalui pembacaan

Wellek dan Warren juga menyoroti potensi perubahan sosial melalui pembacaan sastra. Pembaca yang terlibat secara kritis dengan karya sastra dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang isu-isu sosial yang diangkat. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan dan tindakan pembaca dalam masyarakat, memicu perubahan, atau mendorong refleksi sosial.

Dalam pandangan Wellek dan Warren, pembaca dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari konteks sosial dalam memahami dan merespons karya sastra. Pembaca membawa pengalaman dan pemahaman mereka sendiri, yang dipengaruhi oleh konteks sosial, dalam membentuk interpretasi dan respons terhadap sastra.

Dampak Sastra pada Masyarakat

Wellek dan Warren mengakui bahwa sastra memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat. Selain itu, melihat bahwa sastra tidak hanya mencerminkan masyarakat, tetapi juga dapat mempengaruhi pemikiran, emosi, dan tindakan individu serta masyarakat secara luas.

Berikut beberapa poin penting mengenai pandangan Wellek dan Warren mengenai dampak sastra pada masyarakat.

Pembentukan kesadaran dan pemahaman

Sastra dapat mempengaruhi pembaca dalam membentuk kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang berbagai isu sosial, budaya, dan manusia. Karya sastra yang mengangkat isu-isu seperti keadilan, perbedaan kelas, perang, gender, atau ras dapat memperluas cakrawala pemikiran pembaca dan membuka mata masyarakat terhadap realitas sosial yang ada.

Stimulasi imajinasi dan empati

Sastra merangsang imajinasi serta memungkinkan pembaca untuk memasuki dunia fiksi dan melihat dunia melalui perspektif yang berbeda. Hal tersebut dapat memperkuat kemampuan pembaca untuk berempati terhadap pengalaman dan perspektif orang lain. Sastra dapat membantu pembaca memahami kompleksitas manusia dan mendorong toleransi serta pengertian antarindividu.

Penyadaran terhadap masalah sosial

Karya sastra sering kali mengangkat isu-isu sosial yang sensitif dan penting. Sastra dapat membantu membangkitkan kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut dan mendorong perubahan sosial. Melalui representasi dan kritik terhadap ketidakadilan, ketimpangan, atau permasalahan sosial, sastra dapat memicu diskusi dan aksi dalam masyarakat.

Pembentukan identitas individu dan kelompok

Sastra dapat berkontribusi pada pembentukan identitas individu dan kelompok. Karya sastra yang menggambarkan pengalaman dan perjuangan individu atau kelompok tertentu dapat memperkuat rasa identitas dan kesadaran diri. Sastra juga dapat membantu dalam memperkuat ikatan sosial dan membangun solidaritas di antara anggota kelompok.

Pencerahan dan pembebasan

Wellek dan Warren percaya bahwa sastra memiliki potensi untuk memberikan pencerahan dan pembebasan bagi pembaca. Karya sastra yang menantang, kontroversial, atau subversif dapat menggoyahkan norma-norma sosial yang ada, membantu pembaca mempertanyakan paradigma yang diterima, dan menginspirasi pemikiran kritis serta tindakan yang membawa perubahan.

Wellek dan Warren melihat bahwa sastra tidak hanya merupakan cerminan masyarakat, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pikiran, emosi, dan tindakan manusia dalam masyarakat. Sastra dapat memperkaya pemahaman, merangsang imajinasi, menyadarkan masalah sosial, membentuk identitas, dan mendorong perubahan dalam masyarakat.

Teori sosiologi sastra Wellek dan Warren mengilustrasikan bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial yang melingkupinya. Sastra bukan hanya sebagai bentuk seni yang indah, tetapi juga sebagai penafsiran kritis tentang masyarakat dan realitas sosial. Dengan mempertimbangkan dimensi sosial ini, masyarakat dapat memperkaya pemahaman tentang karya sastra dan menghubungkannya dengan dunia sekitar.

The post 5 Teori Sosiologi Sastra Wellek dan Warren appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Tokoh Sosiologi Sastra dan Teorinya https://haloedukasi.com/tokoh-sosiologi-sastra Mon, 22 May 2023 02:38:12 +0000 https://haloedukasi.com/?p=42663 Teori sosiologi sastra merupakan pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan yang lainnya yang memiliki sangkut paut dengan pengarang sebagai penghasil sastra. Adapun tokoh sosiologi sastra dan juga teorinya sebagai berikut. 1. Wellek dan Warren Wellek dan Warren merupakan kritikus yang berasal dari Amerika yang telah mengklasifikasikan sosiologi sastra berdasarkan masalah-masalahnya menjadi tiga hal. […]

The post 7 Tokoh Sosiologi Sastra dan Teorinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Teori sosiologi sastra merupakan pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan yang lainnya yang memiliki sangkut paut dengan pengarang sebagai penghasil sastra. Adapun tokoh sosiologi sastra dan juga teorinya sebagai berikut.

1. Wellek dan Warren

Wellek dan Warren merupakan kritikus yang berasal dari Amerika yang telah mengklasifikasikan sosiologi sastra berdasarkan masalah-masalahnya menjadi tiga hal. Tiga masalah tersebut, yaitu :

  • Sosiologi pengarang yang memperosalkan status sosial, ideologi sosial dan juga hal lain yang memiliki keterkaitan dengan pengarang sebagai penghasil dari sastra.
  • Sosiologi karya sastra juga mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, sehingga menjadi sebuah pokok penelaahan merupakan sebuah hal tersirat yang memiliki tujuan dalam karya sastra.
  • Sosiologi sastra mempermasalahkan pembaca dan juga pengaruh sosial karya sastra. Oleh kedua penulis tersebut, sosiologi sastra dianggap sebagai sebuah pendekatan yang ekstrinsik dengan pengertian yang cukup negatif.

Pendekatan ekstrinsik, yang telah disampaikan Wellek dan Warren ini telah mendapat sebuah serangan yang pedas dan juga bertubi-tubi dari para kritikus yang lainnya. Salah satu serangan yang diterima Wellek dan Warren yang direspon oleh beliau yaitu seperti berikut ini, sastra dna masyarakat memiliki sifat yang sempit dan juga eksternal.

Padahal perbandingan keduanya ini dihubungkan dengan situasi sosial, seperti halnya pada sistem ekonomi, sosial, dan juga politik. Maka dari itu, Wellek dan Warren membuat gambaran bahwa sastra sebagai ilmu yang sempit dan juga eksternal.

Selain itu, Wellek dan Warren mengatakan bahwa pengertian sastra tidak jelas dalam mencerminkan dan juga mengekspresikan kehidupan, karena banyaknya sastrawan yang telah mengekspresikan sebagian dari kehidupan yang dijalaninya hanya sebagian bukan keseluruhan.

2. Gyorgy Lukacs (13 April 1885 – 4 Juni 1971)

Gyorgy Lukacs lahir pada tanggal 13 April 1885 dan meninggal pada 4 Juni 1971. Gyorgy Lukacs merupakan seorang Hungaria Marxis Filsuf dan juga kritikus sastra. Kebanyakan sarjana menganggap bahwa dirinya sebagai pendiri dari tradisi Marxisme Barat yang telah menyumbangkan ide-ide dan reifikasi serta kesadaran kelas untuk Marxis Filsafat dan juga teori.

Kritik sastra memiliki pengaruh dalam berpikir tentang realisme dan novel sebagai genre sastra. Georgy Lukacs telah mempergunakan cermin sebagai sebuah ciri khas dalam keseluruhan karya yang telah dibuatnya.

Mencerminkan menurut beliau memiliki arti menysusun sebuah struktur mental. Seperti halnya sebuah novel tidak hanya mencerminkan realitas tetapi lebih dari hal itu, novel memberikan sebuah refleksi realitas yang besar, lengkap, lebih hidup, dan juga lebih dinamik yang mungkin dapat melampaui pemahaman umum.

Lukacs menegaskan pandangan tentang karya realisme yang sungguh-sungguh sebagai karya yaitu dengan memberikan perasaan artistik yang telah bersumber dari imajinasi-imajinasi yang teah diberikan. Imajinasi-imajinasi ini memiliki sebuah totalitas intensif yang terdapat sebuah kesesuaian dengan totalitas ekstentif dunia.

Lukacs sebagai penulis tidak memberikan sebuah gambaran mengenai dunia yang abstrak melainkan sebuah kekayaan imajinasi dan juga kompleksitas tentang kehidupan untuk dihayati agar membentuk sebuah tatanan masyarakat yang lebih ideal.

3. Robert Escarpit (1918 – 2000)

Escrpit, Roberrt yang lahir pada tahun 1918 dan meninggal pada tahun 2000 ini merupakan seorang novelis dan juga kritikus Perancis yang dikenal dengan karyanya tentang sosiologi sastra. La Revolutiom du Livre dan Le Litteraire et le sosial yang telah menganalisis kondisi produksi buku dan literatur massa yang kemudian hari kerja, termasuk ke dalam Lecrit et la komunikasi yang meluas menjadi teori sastra komunikasi.

Sastra meastrupakan sebuah periodisasi sosial dan juga sebuah pernyataan pribadi individu yang didapatksan dari sebuah pengalaman hidup yang dimiliki dan juga imajinasi dari masing-masing individu. Selain itu, sastra juga merupakan sebuah bentuk untuk mengekspresikan diri mengenai kehidupan yang dilalui.

Namun, hanya sebagian hal kecil yang dituangkan dalam karya sastra itu sendiri. Pemikiran ini telah dituangkan oleh salah satu tokoh sosiologi sastra yaitu Robert Escarpit. Ide-ide atau gagasan yang telah dituangkan oleh Robert Escarpit sebagai seorang tokoh besar sosiologi mengenai sebuah proses tentang komunikasi sastra.

Sastra merupakan sebuah komunikasi sosial yang digunakan untuk sebuah pilihan hidup. Escrpit (2005) semula menulis teori sosiologi menggunakan bahasa perancis. Beliau menawarkan banyak pendekatan sosiologi sastra khusunya yang memiliki keterkaitan dengan reproduksi sastra.

Pendekatan kedua dalam bidang sosiologi sastra jauh dari penekanan pada karya sastra itu sendiri ke sisi produksi dan terutama pada sebuah situasi sosial dari penulis. Penulis tidak mungkin lari dari sebuah realitas sosial.

4. Madame de Stael (22 April 1766 – 14 Juli 1817)

Germaine de Stael merupakan wanita satrawan Swiss yang lahir pada 22 April 1766 di Paris dan meninggal pada 14 Juli 1817 di Paris. Madame de Stael merupakan propagandis politik dan pembicara yang melambangkan budaya Eropa pada saat itu.

Yang telah menjembatani sejarah gagasan dari Neoklasikisme ke Romantisme. Beliau juga mendapatkan sebuah ketenaran dengan memlihara sebuah salon untuk para intelektual terkemuka. Tulisannya berupa novel, drama, esai moral, dan politik, kritik sastra, sejarah, damm sejumlah puisi.

Kontribusi sastra terpenting Madame de Stael ialah sebagai ahli teori Romantisme. Pada tahun 1800 karakter sastra dan politik dari pemikiran Madame de Stael menjadi lebih jelas. Kepentingan sastranya muncul dalam De la litterature consideree dans ses rapport avec les Institution Sociales.

Karya kompleks ini meski tidak sempurna kaya akan ide dan juga perspektif baru bagi Perancis. Teori fundamental yang akan dinyatakan kembali dan dikembangkan dalam positivisme Hippolyte Taune ialah sebuah karya yang harus mengungkapkan realitas moral dam sejarah bangsa tempat ia dikandung.

5. Raymond Williams (31 Agustus 1921 – 26 Januari 1988)

Henry Raymond Williams lahir pada 31 Agustus 1921 dan meninggal pada 26 Januari 1998. Beliau merupakan seorang welsh akademis, novelis, dan juga kritikus. Raymond Williams ini seorang tokoh yang memiliki pengaruh dalam waktu baru dan dalam budaya yang lebih luas.

Tulisannya tentang politik, budaya, media massa, dan juga satra adalah kontribusi yang sangat signifikan terhadap Marxis kritisk budaya dan juga seni. 750.000 eksemplar buku-bukunya telah terjual di Inggris edisi sendirian dan ada banyak terjemahan yang telah tersedia. Karyanya meletakkan fondasi untuk bidang studi budaya dan materailis budaya pendekatan.

Richard Hoggart dan Rayyon Williams merupakam kedua tokoh yang mengemukakan Teori Cultural Studies merupakan sebuah pemikiran sastra dan juga sebuah metode mengenai kritik yang bersumber atau berasal dari sebuah tradisi kritik Markisme Bitish.

Namun, teori Markisme British yang telah diwarisi Richard dan Rayyon ini hanyalah sebagian yaitu mengenai konsep perubahan. Maka dari itu, teori ini tidak dapat dikatakan sebagai pecahan dari teori Marxisme, tetapi hannya sebagai warisan pemikiran yang telah membentuk dirinya dan telah membedakan dari teori awalnya.

6. Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono merupakan seorang sastrawan bangsa Indonesia terkemukaa yang dikenal dengan karya puisinya dengan kata yang sederhana. Beliau lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940, puisinya yang terkenal di semua kalangan yaitu Hujan Bukan Juni yang sudah di bukukan.

Eyang Sapardi Djoko Damono mendapatkan banyak penghargaan atas karya yang telah dicipatkannya. Pada tahukn 1986, Eyang Sapardi Djoko Damono mendapatkan sebuah oenghargaan dari anugrah SEA Write Award.

Sapardi Djoko Damono juga seorang kritikus yang dalam karyanya juga membahas sisi sosiologis, karya Sapardi Djoko Damono yang membahsa mrengenai sosiologi tertuang pada buku Sosiologi Sastra yang telah dilakukan penelitian sejak beliau belajarr di Fakultas Sastra Universaitas Indonesia.

Buku Sosiologi Sastra karya Eyang Sapardi Djoko Damono membahasa mengenai lingkungan, masyarakat, dan kondisi sosial budaya politik yang berada di Indonesia. Dalam buku yang berjudul Sosiologi Sastra ini membahas mengenai tiga topik yang salah satunya yaitu sastra dengan masyarakat.

7. Umar Junus

Umar Junus merupakan seorang kritikus sastra yang lahir di Silungkang pada 2 Mei 1934. Umar Junus merupakan seorang penulis yang produktif dalam kritikus sastra di Indonesia, beliau sering menulis essay dan juga kritik dtengan menggunakan Bahasa Melay.

Beliau juga pernah menulis karya ilmiah dengan menggunakan Bahasa Inggris pada jurnal luar negeri. Buku-Buku yang ditulis oleh beliau salah satunya sosiologi sastra. Umar Junus dalam bukunya menjelaskan ietentang corak penyelidikan yang menggunakan sosiologi erusastra yang telah dibagi menjasdi sociology of Literature dan Literascy Sociology.

Sociology of Literature merupakan lingkungan sosial yang masuk ke dalam sastra dan memiliki faktor sosial yang menghasilkam sebuah karya. Sedangkan Literacy Sociology merupakan suatu struktur karya yang memiliki hubungan dengan genre dan juga masyarakat.

The post 7 Tokoh Sosiologi Sastra dan Teorinya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>