Tokoh perempuan - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/tokoh-perempuan Wed, 08 Feb 2023 02:40:55 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Tokoh perempuan - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/tokoh-perempuan 32 32 5 Tokoh Organisasi Gerakan Perempuan https://haloedukasi.com/tokoh-organisasi-gerakan-perempuan Wed, 08 Feb 2023 02:40:50 +0000 https://haloedukasi.com/?p=41335 Pada era kolonialisme dan kultur budaya pada saat itu menempatkan kaum perempuan memiliki hak yang sempit dibandingkan dengan kaum laki-laki. Ruang gerak kaum perempuan dibatasi, kaum perempuan harus tinggal di dalam rumah, tidak boleh bekerja di luar rumah dan tidak diberikan hak untuk mendapatkan pendidikan. Terbatasnya ruang gerak bagi kaum perempuan memunculkan gagasan emansipasi terhadap […]

The post 5 Tokoh Organisasi Gerakan Perempuan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pada era kolonialisme dan kultur budaya pada saat itu menempatkan kaum perempuan memiliki hak yang sempit dibandingkan dengan kaum laki-laki. Ruang gerak kaum perempuan dibatasi, kaum perempuan harus tinggal di dalam rumah, tidak boleh bekerja di luar rumah dan tidak diberikan hak untuk mendapatkan pendidikan.

Terbatasnya ruang gerak bagi kaum perempuan memunculkan gagasan emansipasi terhadap perempuan yang mengidealkan kemajuan diantara kaum laki-laki dan kaum perempuan harus sama. Kaum perempuan mulai mekakukan gerakan untuk memperbaiki keadaan perempuan.

Pada awalnya dilakukan secara individu/perorangan kemudian mengalami perkembangan dan selanjutnya perjuangan kaum perempuan dilakukan dengan membentuk organisasi. Atau, perkumpulan yang memiliki pandangan, tujuan ataupun cita-cita yang sama. Yaitu untuk memajukan keadaan perempuan, memperjuangkan hak-hak perempuan termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Adapun tokoh-tokoh dalam organisasi gerakan perempuan yang memiliki peran penting dalam berdirinya organisasi gerakan perempuan di Indonesia diantaranya yaitu:

1. R.A. Kartini

Raden Ajeng Kartini Djojo Adiningrat lahir pada tahun 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Keluarga R.A. Kartini merupakan kelompok bangsawan yang memiliki pemikiran maju. Ayah R.A. Kartini yaitu Sosroningrat sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Dan membiasakan anak-anaknya sejak kecil untuk ikut ke tengah-tengah masyarakat supaya dapat mengenal kehidupan rakyat kecil.

Ketika R.A. Kartini sudah menginjak usia 12 tahun, maka R.A. Kartini harus dikurung di dalam rumah dan tidak boleh berhubungan dengan dunia luar bahkan tidak boleh melanjutkan pendidikannya sampai ada pria yang menikahinya.

Adat kebiasaan tersebut membuat dunia R.A. Kartini sangat sempit dan terbatas, sehingga R.A. Kartini memiliki tekad yang kuat untuk melawat tradisi tersebut. R.A. Kartini menyadari bahwa adat kebiasaan tersebut membuat kaum perempuan selalu menerima nasibnya dan berdiam diri, tidak ada yang berani menentang karena takut akan dicerai dan terlantar.

R.A. Kartini berfikir bahwa perempuan tidak dapat berdiri sendiri karena bodoh, kaum perempuan tidak mendapatkan pendidikan seperti kaum laki-laki dan dalam kondisi seperti itu kaum laki-laki menganggap bahwa kaum perempuan sebagai makhluk rendah.

R.A. Kartini mulai mencari jalan untuk membuka kemajuan bagi kaum perempuan, khususnya di Jawa. R.A. Kartini bertekad untuk belajar dan berfikiran maju dan modern. Setelah 4 tahun dikurung R.A. Kartini dibebaskan kembali.

Hal tersebut dimanfaatkan oleh R.A. Kartini untuk memperjuankan kaum perempuan supaya mendapatkan pendidikan. Kemandirian perempuan dan menumbuhkan rasa percaya diri merupakan pondasi yang harus dimiliki oleh kaum perempuan supaya perempuan di Indonesia dapat maju.

Perjuangan R.A. Kartini memberikan semangat dan pemikiran bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum perempuan untuk dapat maju dalam segala bidang. Semangat dan buah dari pemikirannya didirikanlah sekolah-sekolah perempuan.

2. Raden Ajeng Sutartinah

Raden Ajeng Sutartinah merupakan pelopor berdirinya organisasi Wanita Taman Siswa yang memperjuangkan hak pendidikan perempuan.

Nama Raden Ajeng Sutartinah tidak dapat dipisahkan dari organisasi Wanita Taman Siswa. Setelah satu windu terbentuknya organisasi Wanita Taman Siswa kemudian dibentuklah struktur organisasi dan dibentuk juga pengurus pusat di Yogyakarta.

Raden Ajeng Sutartinah membina gerakan perempuan melalui organisasi baru yaitu wanita Taman Siswa yang berkedudukan di dalam lingkungan Taman Siswa untuk membantu organisasi Taman Siswa dalam hal memperjuangkan hak-hak kaum perempuan salah satunya yaitu hak pendidikan bagi kaum perempuan.

3. R.A. Theresia Sabaroedien

Awal berdirinya organisasi Putri Mardika diketuai oleh R.A. Theresia Sabaroedien yang merupakan salah satu perempuan pribumi dari golongan elit atau golongan terpelajar, namun pada tahun 1915 R.A.

Theresia Sabaroedien mengundurkan diri dari jabatannya dikarenakan harus pulang ke kampung halamannya di Sumatera Barat.

R.A. Theresia Sabaroedien melalui pidatonya memberikan pandangannya menganai pentingnya memuliakan perempuan pribumi yang memberi kekuatan bagi organisasi Putri Mardika.

4. Dewi Sartika

Dewi Sartika lahir pada tahun 1884 di Bandung, Jawa Barat. Dewi Sartika mendapatkan pendidikan barat dan menjadi perempuan bumiputra generasi awal yang menempuh pendidikan barat. Dewi Sartika sering berinteraksi dengan rakyat biasa.

Pada saat itu para perempuan belum mengenal pendidikan dan hanya dapat menuruti keinginan dari ornag tua mereka, sehingga membuat Dewi Sartika tergerak untuk melakukan perbaikan. Menurutnya hanya pendidikan yang dapat merubah dan memperbaiki nasib kaum perempuan.

Semangat emansipasi Dewi Sartika diwujudkan melalui tindakan nyata di bidang pendidikan dengan didirikannya sekolah untuk kaum perempuan yaitu Sekolah Istri yang didirikan pada tahun 1904. Pendidikan di Sekolah Istri meliputi  belajar tugas rumah tangga seperti mencuci, memasak, kemudian mempelajari adat dan tata cara sesuai dengan kedudukan, belajar merawat orang sakit dan belajar agama.

Sekolah Istri kemudian berubah nama menjadi Sekolah Keutamaan Istri pada tahun 1910 dan semakin berkembang.

5. Rohanna Kuddus

Rohanna Kuddus memiliki catatan kiprah yang panjang dalam memperjuangkan nasib kaum perempuan, beliau membuka pikiran mengenai pembebasan dan ketidaksetaraan gender antara kaum laki-laki dan kaum perempuan.

Rohanna berfikir bahwa perempuan harus bangkit dari ketertinggalannya selama ini. Rohanna menawarkan konsep kesetaraan gender yang menekankan pada fungsiĀ  dan karakter alamiah dari kaum perempuan. Perempuan sejati adalah perempuan yang berdaya sehingga perempuan membutuhkan ilmu pengetahuan/pendidikan dan keterampilan.

Berbagai gerakan pemberdayaan kaum perempuan dicptakan oleh Rohanna Kuddus seperti Roehana School, Kerajinan Amai Setia (KAS), pemberdayaan ekonomi hingga pelopor jurnalis perempuan pertama di Sumatera Barat.

Organisasi atau perkumpulan merupakan salah satu upaya yang diharapkan lebih efisien untuk mencapai tujuan karena didalam organisasi masing-masing anggotanya memiliki peran yang berkaitan dengan tujuannya.

Pada abad abad ke-20 mulai berdiri organisasi-organisasi perempuan. Putri Mardika menjadi organisasi perempuan pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1912. Setelah lahirnya organisasi Putri Mardika lahirlah organisasi-organisasi gerakan perempuan lainnya seperti Aisyiyah, Wanito Hadi, Wanita Taman Siswa dan organisasi-organisasi lainnya yang tersebar di wilayah Indonesia.

The post 5 Tokoh Organisasi Gerakan Perempuan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
7 Tokoh perempuan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia https://haloedukasi.com/tokoh-perempuan-dalam-proklamasi Sat, 15 Oct 2022 04:35:33 +0000 https://haloedukasi.com/?p=39146 Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah momentum bersejarah bagi perjalanan Indonesia. Peristiwa ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia. Mereka telah lelah merasakan penderitaaan penjajahan kolonialisme. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan buah dari kerjasama rakyat Indonesia. Baik dari para golongan tua dan golongan muda sebagai para pencetus proklamasi kemerdekaan. Berkat peristiwa Rengasdengklok, membuka jalan terselenggaranya proklamasi […]

The post 7 Tokoh perempuan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah momentum bersejarah bagi perjalanan Indonesia. Peristiwa ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia. Mereka telah lelah merasakan penderitaaan penjajahan kolonialisme.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan buah dari kerjasama rakyat Indonesia. Baik dari para golongan tua dan golongan muda sebagai para pencetus proklamasi kemerdekaan. Berkat peristiwa Rengasdengklok, membuka jalan terselenggaranya proklamasi kemerdekaan. Namun, selain peran dari kedua golongan itu, ternyata peran perempuan juga terlihat dalam peristiwa bersejarah ini.

Tidak hanya sekarang, para perempuan tampil di panggung publik. Namun, sejak dulu sudah banyak perempuan yang ikut berkontribusi dalam momen bersejarah. Jika selama ini, di beberapa sumber sejarah hanya mengangkat tokoh laki-laki dalam peristiwa sejarah namun kenyataannya di balik semua itu terdapat para perempuan hebat.

Mereka tak kalah hebat memberikan sumbangsihnya bagi Indonesia. Contohnya saja pada saat perang kemerdekaan banyak perempuan yang berperan sebagai relawan yang mengobati para korban perang kemerdekaan. Mereka aktif menjadi anggota palang merah Indonesia dan membantu urusan medis saat kemerdekaan.

Tidak hanya itu, mereka juga memasok obat-obatan sebagai persediaan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Lalu, siapa saja para tokoh perempuan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dan bagaimana peranan mereka? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

1. Fatmawati

Fatmawati, Tokoh Perempuan yang Berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Siapa yang tak kenal dengan sosok Fatmawati. Fatmawati merupakan istri dari Soekarno, presiden pertama Indonesia. Ia lahir di Bengkulu pada tanggal 5 februari 1923. Selain sebagai Ibu Negara, Fatmawati turut memberikan andil pada pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sosok perempuan hebat ini merupakan tokoh yang menjahit di balik berkibarnya sang saka merah putih. Saat mendengar persiapan kemerdekaan, Fatmawati segera mencari bahan untuk menjahit bendera merah putih.

Namun, saat itu, ia kekurangan bahan dan salah satu pemuda membantu mencarikan bahan untuk pembuatan bendera merah putih. Hingga akhirnya, bendera merah putih dapat berkibar dengan gagahny pada peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya itu, saat acara proklamasi, ia yang memberikan makan pagi bagi rakyat yang hadir. Sebagai seorang tuan rumah, Fatmawati tentu tidak enak hati jika tidak memberikan jamuan terbaik bagi tamunya. Terlebih dalam peristiwa penting seperti proklamasi.

Saat itu, orang-orang begitu antusias untuk dapat menyaksikan proklamasi kemerdekaan Indonesia sehingga beberapa dari mereka datang begitu pagi. Bisa saja di antara mereka ada yang tidak sempat sarapan.

Maka dari itu, Fatmawati berinisiatif memberikan makanan bagi para tamu yang hadir. Saat peristiwa Rengasdengklok, di mana presiden Soekarno diasingkan, Fatmawati turut serta diculik bersama anaknya.

2. S.K Trimurti

Sk Triimurti, Tokoh Perempuan yang Berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Surastri Karma Trimurti merupakan seorang perempuan kelahiran Boyolali. Ia adalah seorang wartawan yang anti terhadap penjajahan Belanda. Ia begitu aktif melawan kolonialisme. Pada tahun 1930, sebelum menjadi seorang wartawan, ia pernah mengajar di sekolah dasar di beberapa daerah seperti Bandung, Banyumas dan juga Solo.

Kemudian tiga tahun berikutnya, ia bergabung dalam sebuah partai yang bernama Partindo dan aktif melakukan kegiatan politik. Jika selama ini yang kita kenal sebagai pejuang perempuan hanya Kartini, hal ini tentulah salah. Banyak para pejuang yang menyuarakan permasalahan perempuan salah satunya SK Trimurti.

Sk Trimurti kerap menyuarakan permasalahan mengenai perempuan dan revolusi kemerdekaan. Ia juga turut menggaungkan bahwa seorang perempuan dapat mencapai kebebasan sebagai seorang warga negara.

Baginya, perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan yang lain. SK Trimurti tampil sebagai sosok perempuan yang beraniĀ  dan menjadi contoh bagi perempuan lainnya pada masa itu. SK Trimurti pernah ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Hindia Belanda. Ia ditangkap karena menyebarkan pamflet anti kolonialisme.

Setelah lepas dari penjara, SK Trimurti tidak gentar untuk terus menyuarakan keberaniannya melawan kolonialisme. Ia masih aktif menulis dan gencar melakukan propaganda anti kolonialisme. Hanya saja saat itu, ia menulis dengan menggunakan nama samaran agar langkahnya tidak dicekal oleh Belanda.

Sebagai seorang wartawan, SK Trimurti pernah bekerja di beberapa koran seperti Pikiran Rakyat. Saat itu ia bekerja beserta suaminya. Mereka menerbitkan koran pesat yang kemudian dilarang oleh pemerintahan Jepang.

Pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti sempat diberikan kepercayaan untuk mengibarkan sang saka merah putih. Namun, ia menolak hal tersebut dan mengajukan salah seorang anggota Pembela Tanah Air atau Peta yakni Latief Hendraningrat.

Kemudian, Latief lah yang bertugas menggantikan SK Trimurti. Setelah kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti mendapatkan kepercayaan sebagai menteri perburuhan yang pertama.

3. Oetari Soetari

Oetari Soetari merupakan seorang mahasiswi Ika Daigaku atau sekolah kedokteran pada saat pemerintahan Jepang. Saat peristiwa proklamasi ia turut hadir untuk menyaksikan peristiwa bersejarah bagi Indonesia yakni Proklamasi Kemerdekaan yang dilaksanakan di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta.

Saat itu, Oetari Soetarti berperan sebagai salah satu anggota dari Pos Palang Merah Indonesia di Bidara China. Kehadiran PMI di setiap acara untuk mengobati para prajurit atau para penjaga jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.

Oetari Soetari menikah dengan Cr. Suwardjono Surjaningrat yang tak lain adalah teman sekampusnya dan kemudian menjabat sebagai seorang menteri kesehatan pada masa presiden Soeharto tahun 1978-1988

4. Retnosedjati

Sama halnya dengan Oetari Soetarti, Rernosedjati juga ikut hadir dalam pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Ia turut menyaksikan peristiwa penting bagi sejarah Indonesia. Retnosedjati merupakan seorang mahasiswi kedokteran Ika Daigaku. Wanita kelahiran Den Haag Belanda ini lahir pada tanggal 29 Maret 1924.

Ia merupakan anggota dari palang merah Indonesia yang berada di bawah Prof Soetojo setelah Indonesia merdeka. Sebelum Indonesia merdeka, pada masa perang melawan penjajah, sebagai seorang anggota palang merah Indonesia, ia bertugas untuk mengurus obat-obatan yang akan diberikan kepada para prajurit yang ada di daerah Solo, Yogyakarta dan Klaten.

5. Yuliarti Markoem

Yuliarti Markoem merupakan seorang mahasiswi kedokteran dari Ika Daigaku. Saat proklamasi kemerdekaan ia turut hadir menyaksikan peristiwa penting bersejarah. Ia bahkan bertugas dalam penaikan sang saka bendera merah putih. Saat perang kemerdekaan ia juga turut memberikan kontribusinya dengan menjadi penghubung dalam hal pengiriman kebutuhan medis bagi daerah-daerah gerilya.

6. Gonowati Djaka Sutadiwiria

Gonowati Djaka Sutadiwiria merupakan mahasiswi sekolah tinggi kedokteran Ika Daigaku. Perempuan kelahiran Semarang ini turut hadir dalam upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia juga ikut membantu mengamankan jalannya acara.

Saat upacara proklamasi, tidak hanya kaum laki-laki saja yang bertugas menjaga melainkan ada juga kaum perempuannya. Salah satunya yakni Gonowati Djaka Sutadiwiria. Kontribusi Gonowati tidak hanya terlihat pada saat proklamasi saja melainkan saat perang kemerdekaan juga.

Sebagai seorang anggota palang merah Indonesia, ia berperan untuk membantu mengumpulkan obat-obatan. Perang kemerdekaan tidak hanya mengorbankan materi saja melainkan Jiwa. Banyak korban yang berjatuhan dalam perang itu. Maka dari itu, sebagai persiapan, palang merah Indonesia menyetok obat-obatan yang akan diperlukan nantinya.

7. Zuleika Rachman Masjhur Jasin

Sama seperti para tokoh perempuan lainnya, Zuleika juga merupakan mahasiswa Ika Daigaku. Ia turut hadir menyaksikan peristiwa penting bagi kemerdekaan Indonesia yakni proklamasi. Proklamasi yang diadakan di jalan Pegangsaan timur no 56 menjadi awal bagi kebangkitan Indonesia dari belenggu penjajahan. Zuleika juga merupakan anggota Palang Merah Indonesia mobile colonne.

The post 7 Tokoh perempuan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>