vegetasi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/vegetasi Sat, 05 Mar 2022 08:01:22 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico vegetasi - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/vegetasi 32 32 Pelapukan Kimia: Pengertian, Faktor dan Contohnya https://haloedukasi.com/pelapukan-kimia Sat, 05 Mar 2022 08:01:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31983 Pembentukan tanah dimulai dari terjadinya proses pelapukan pada bahan induk keras atau batuan. Pelapukan sendiri dapat didefinisikan sebagai proses perubahan batuan menjadi tanah secara alami melalui berbagai jenis pelapukan. Proses pelapukan mampu membuat batuan atau bahan induk yang keras akan melapuk menjadi bahan-bahan yang lebih lunak. Secara umum jenis pelapukan terdiri atas 3 macam yaitu […]

The post Pelapukan Kimia: Pengertian, Faktor dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pembentukan tanah dimulai dari terjadinya proses pelapukan pada bahan induk keras atau batuan. Pelapukan sendiri dapat didefinisikan sebagai proses perubahan batuan menjadi tanah secara alami melalui berbagai jenis pelapukan.

Proses pelapukan mampu membuat batuan atau bahan induk yang keras akan melapuk menjadi bahan-bahan yang lebih lunak. Secara umum jenis pelapukan terdiri atas 3 macam yaitu pelapukan fisika, pelapukan kimia dan pelapukan biologi atau organik

Pengertian Pelapukan Kimia

Pelapukan Kimia adalah proses pelapukan pada batuan  yang diakibatkan perubahan struktur kimiawi yang ada dalam batuan melalui reaksi tertentu. Terdapat 4 proses pelapukan kimia tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Hidrasi, yakni proses batuan yang mengikat batuan diatas daerah permukaannya saja
  2. Hidrolisa, yakni proses pengurangi air atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion yang memiliki sifat positif dan negatif
  3. Oksidasi, yakni proses pengkaratan besi
  4. Karbonasi, yakni pelapukan batuan yang terjadi karena karbondioksida

Faktor Pendukung Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia yang terjadi di bumi tidak mungkin ada begitu saja tanpa adanya faktor pendukung. Faktor pendukung ini dapat berperang mempengaruhi proses pelapukan kimia tersebut. Berikut ini faktor pendukung yang berkaitan dengan proses pelapukan kimia adalah seperti dibawah ini :

1. Komposisi Batuan

Faktor pendukung yang berpengaruh pada pelapukan kimia adalah komposisi batuan. Setiap batuan memiliki berbagau jenis komposisi yang berbeda-beda. Batuan memiliki sifat fisik (struktur dan tekstur batuan)  dan sifat kimia ( komposisi kimia dan mineral batuan).

Terdapat mineral batuan yang mudah untuk bereaksi dengan oksigen, air dan juga gas asam arang akan lebih cepat mengalami pelapukan daripada mineral yang sulit bereaksi terhadap oksigen, air dan asam arang

2. Iklim

Faktor pendukung kedua yang mempengrauhi pelapukan kimia adalah iklim. Unsur-unsur iklim yang dapat memberikan pengaruh pada proses pelapukan antara lain seperti suhu udara, sinar matahari, curah hujan, angin dan sebagainya.

Di daerah dengan iklim lembab dan panas maka batuan akan cepat mengalami pelapukan dibandingkan dengan iklim dingin

3. Ukuran Batuan

Faktor pendukung yang berpengaruh terhadap pelapukan kimia adalah ukuran batuan. Telah diketahui bahwa jika ukuran batuan semakin kecil maka semakin intensif juga reaksi kimia pada batuan tersebut sehingga proses pelapukan yang terjadi akan berjalan lebih cepat.

4. Vegetasi

Faktor pendukung lain yang mampu mempengaruhi pelapukan kimia adalah vegetasi. Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan merupakan hal yang sangat memberi pengaruh pada proses pelapukan. Hal ini dikarenakan akar-akar dari tumbuhan tersebut dapat menembus ke celah-celah batuan.

Selain akar-akar tersebut terdapat serasah dedaunan yang juga dapat membantu mempercepat proses pelapukan. Hal ini terjadi disebabkan karena serasah mengandung humus dan asam arang yang dapat merusak kekuatan di batuan.

Contoh Pelapukan Kimia

Jika sebelumnya anda telah mengetahui faktor-faktor pendukung pelapukan kimia. Selanjutnya mari kita ketahui contoh dari pelapukan kimia seperti di bawah ini :

1. Melapuknya batuan karena air hujan

Hidrolisis merupakan proses pelapukan kimia yang terjadi akibat adanya reaksi material batuan dengan air melalui pelepasan hidrogen.

Air bereaksi dengan batu dan merubah ukuran serta komposisi kimia mineral, dan mengurangi ketahanannya terhadap pelapukan seperti hidrolisis air hujan akan mengakibatkan naiknya tingkat keasaman di sekitar bebatuan yang memungkinkan terjadinya korosi pada batuan

2. Melapuknya batuan karena oksidasi

Oksidasi merupakan proses unsur kehilangan elektron yang mengakibatkan meningkatnya valensi positif bagi unsur tersebut seperti oksidasi besi memberikan hasil berupa perubahan warna coklat kekuningan sampai merah seperti oksidasi yang terjadi di batuan kaya mineral besi akan memungkinkan ikatan mineral di permukaan batuan menjadi lemah dan akhirnya mengalami pelapukan

3. Pelarutan batuan kapur dengan air

Batu kapur juga dikenal dengan istilah gamping. Sifat batu ini adalah lebih lunak daripada jenis batu lainnya sehingga apabila terkena air maka batu akan hancur dengan sendirinya.

Batu kapur akhirnya akan terlarut dengan air dan tidak menggumpal serta zat-zat yang terkandung di dalamnya akan bercampur dengan air membuat air menjadi berwarna putih

Bentuk Topografi Hasil Pelapukan Kimia

Pelapukan kimia yang terjadi di bumi dapat membentuk hasil bentukan topografi. Bentukan topografi hasil pelapukan kimia ini dibedakan menjadi seperti dibawah ini :

  • Core Stone, yaitu seperti tor namun tidak melihat dari dasar karena pelapuka terjadi di bawah permukan
  • Pit Hole, yaitu bekas mineral yang lapuk membentuk lubang-lubang kecil pada batuan
  • Talus, yaitu hasil pelapukan di daerah kaki lereng yang terjal umumnya berbentuk kerucut sehingga disebut dengan taluscone
  • Tor, yaitu batu-batuan bundar hasil dari pengelupasan yang masih melihat ikut batuan dasar
  • Hasil dari Differensial Weathering adalah seperti pinnacle atau pilar-pilar batuan keras
  • Exofoiation dome, yaitu kubah atay bukit yang permukaannya terkelupas
  • Spheriodally wethered bouder yakni batuan yang sedikit membulat disebabkan adanya pelapukan kimiawi dan fisik secara intensif pada sudut-sudut batuan

Selain itu juga terdapat hasil pelapukan kimia didaerah karst  yang dapat menghasilkan bentukan alam seperti berikut ini :

  • Stalagmit, yaitu batuan runcing yang terbentuk dari bawah ke atas secara vertical dan terletak di dalam gua
  • Stalaktit, yaitu batuan runcing yang ada dibagian langit-langit gua dan menghadap ke bawah
  • Dolina, yaitu lubang-lubang yang berbentuk corong dan terdapat di hampir semua bagian pegunungan kapur di Jawa

The post Pelapukan Kimia: Pengertian, Faktor dan Contohnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Analisis Vegetasi: Pengertian, Proses dan Tujuan https://haloedukasi.com/analisis-vegetasi Sun, 02 Jan 2022 02:21:03 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30237 Pengertian Analisis Vegetasi Analisis Vegetasi merupakan suatu proses dan atau teknik yang digunakan untuk dapat mengetahui secara pasti bagaimana pola dan jumlah sebaran dari tumbuhan dan atau tanaman yang ada pada suatu cakupan wilayah tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini nantinya dapat dilakukan dengan cara menentukan rencana kegiatan pengamatan yang akan dilakukan berdasarkan dengan […]

The post Analisis Vegetasi: Pengertian, Proses dan Tujuan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pengertian Analisis Vegetasi

Analisis Vegetasi merupakan suatu proses dan atau teknik yang digunakan untuk dapat mengetahui secara pasti bagaimana pola dan jumlah sebaran dari tumbuhan dan atau tanaman yang ada pada suatu cakupan wilayah tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.

Hal ini nantinya dapat dilakukan dengan cara menentukan rencana kegiatan pengamatan yang akan dilakukan berdasarkan dengan proses identifikasi yang dilakukan secara simultan.

Mengenal SAR – Species Area Relationship

Species Area Relationship atau yang lebih kerap disebut dengan SAR merupakan suatu hubungan dari keseluruhan vegetasi baik dapat berupa tanaman dan atau tumbuhan yang saling terkait satu sama lain pada lingkungan tertentu.

Tujuan Analisis Vegetasi

Analisis terhadap keseluruhan vegetasi pada suatu area ekosistem ini ditujukan untuk dapat menghasilkan identifikasi yang komprehensif terhadap jenis-jenis vegetasi, sebaran terkait dengan tanaman dan atau tumbuhan terkait, dan juga hubungan dari masing-masing vegetasi satu sama lain.

Proses Analisis Vegetasi

Proses dalam aktivitas analisis pada vegetasi yang terdapat dalam suatu cakupan daerah atau wilayah, sangat terperinci untuk dapat dilakukan. Hal ini khususnya dilakukan untuk dapat menghasilkan analisis vegetasi yang sangat tepat dan akurat, secara detil dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi.

Data yang dihasilkan oleh analisis vegetasi tersebut nantinya akan sangat berguna untuk kepentingan dalam proses pengambilan keputusan lainnya yang sangat penting untuk dapat dilakukan.

Terkait dengan proses analisis pada vegetasi tersebut, terdapat dua buah jenis atau tipe pengukuran analisis terhadap vegetasi tersebut yang dibedakan berdasarkan dampak dari analisis terkait dengan vegetasi tersebut terhadap ekosistem yang menjadi habitat dalam vegetasi tersebut dalam cakupan keseluruhan yang menaunginya.

Dua jenis proses analisis vegetasi yang dibedakan berdasarkan dampak dari analisis tersebut antara lain adalah analisis vegetasi yang bersifat destructive measures dan juga analisis vegetasi yang bersifat non destructive measures. Untuk lebih jelasnya mari kita simak penjelasan terkait masing-masing tipe dari analisis vegetasi tersebut di bawah ini.

Tipe analisis vegetasi yang pertama yakni destructive measures, yang dapat diartikan sebagai pendekatan dari analisis vegetasi yang dalam proses berjalannya sampai dengan akhir dari analisis tersebut dapat menimbulkan dampak yang sifatnya merusak.

Kerusakan yang ditimbulkan dari proses dan pendekatan analisis terkait vegetasi yang bersifat merusak ini nantinya akan sangat berdampak pada ekosistem dari vegetasi yang ada di dalamnya. Bahkan bukan tidak mungkin atau pun juga memiliki potensi kerusakan dari ekosistem dari alam tersebut memiliki dampak atau level kerusakan yang signifikan.

Oleh karena hal itu pendekatan analisis vegetasi ini sejatinya dilakukan oleh ahlinya dengan peralatan dan prosedur yang memadai untuk dapat menekan risiko terjadinya kerusakan yang besar.

Non destructive measures di satu sisi adalah kebalikan dari destructive measure yang berarti dalam proses analisis vegetasi yang ada, proses analisis ini memiliki tidak memiliki dampak yang mengakibatkan kerusakan pada ekosistem alam vegetasi yang ada di dalamnya.

Dengan dampak yang tergolong zero impact terkait dengan keberlangsungan ekosistem vegetasi yang ada di dalamnya, proses analisis pada vegetasi ini cenderung memiliki tingkat keamanan terhadap lingkungan alam yang tinggi.

Namun demikian, proses analisis vegetasi tetap harus dilakukan mengikuti prosedur dan aturan yang berlaku, serta dengan menggunakan tenaga ahli dan peralatan yang mumpuni untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan., serta meningkatkan kelancaran dalam proses analisis vegetasi.

Berbagai macam parameter yang digunakan dalam proses analisis vegetasi, sekaligus untuk menentukan hasil dari proses analisis vegetasi tersebut adalah salah satu faktor kunci yang harus diperhatikan dan dijadikan sebagai sumber data untuk peroleh hasil dari analisis yang baik dan akurat.

Berbagai macam parameter yang bisa digunakan dalam proses analisis terkait dengan vegetasi tersebut antara lain adalah kerapatan vegetasi, frekuensi vegetasi, dan juga kerindangan terkait dengan vegetasi itu sendiri.

Kerapatan vegetasi adalah suatu parameter yang menentukan seberapa rapatnya kah suatu golongan vegetasi yang ada pada setiap ukuran wilayah yang telah ditentukan sebelumnya dalam proses analisis vegetasi.

Jumlah dari parameter kerapatan vegetasi ini juga akan menjadi faktor penentu tingkat kesulitan dari proses analisis vegetasi yang ada. Hal ini dikarenakan semakin rapat suatu vegetasi pada suatu daerah tertentu maka akan membutuhkan upaya yang lebih tinggi dari para peneliti tersebut.

Frekuensi vegetasi pada analisis vegetasi mengacu pada jumlah sebaran sekumpulan tanaman dan atau tumbuhan pada suatu cakupan wilayah tertentu. Frekuensi vegetasi hampir mirip dengan kerapatan vegetasi, namun pada sisi frekuensi vegetasi cenderung berfokus terhadap kuantitas dari tanaman dan atau tumbuhan yang ada pada zona dan cakupan wilayah tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.

Kerindangan vegetasi adalah suatu nilai atau tingkat seberapa tertutupnya kah permukaan yang ada di bawah dari para vegetasi tersebut oleh kerindangan dari vegetasi itu sendiri. Dalam melakukan pengukuran terkait dengan parameter kerindangan vegetasi dalam proses secara keseluruhan pada analisis vegetasi, kerap dilakukan pengukuran dengan menggunakan unit dan atau satuan persentase.

Persentase ini yang akan menunjukkan seberapa tertutupnya kah permukaan yang ada di bawah vegetasi tersebut oleh kerindangan vegetasi itu sendiri secara persentase.

The post Analisis Vegetasi: Pengertian, Proses dan Tujuan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>