Wayang - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/wayang Thu, 08 Jun 2023 04:07:09 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico Wayang - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/wayang 32 32 Wayang Kulit : Pengertian, Asal, Jenis, dan Namanya https://haloedukasi.com/wayang-kulit Thu, 08 Jun 2023 04:07:02 +0000 https://haloedukasi.com/?p=43684 Wayang merupakan pertunjukan seni sebagai warisan budaya asli dari Indonesia. UNESCO merupakan lembaga sebagai pengurus untuk kebudayaan yang di utus PBB. Wayang dtetapkan sebagai pertunjukan seni 7 November 2003 sebagai seni wayang yang telah terkenal di Indonesia. Walisongo sebagai penyebar agama Islam di Jawa merupakan pencipta wayang. Wayang sendiri terbagi menjadi menjadi 3 yaitu wayang […]

The post Wayang Kulit : Pengertian, Asal, Jenis, dan Namanya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Wayang merupakan pertunjukan seni sebagai warisan budaya asli dari Indonesia. UNESCO merupakan lembaga sebagai pengurus untuk kebudayaan yang di utus PBB. Wayang dtetapkan sebagai pertunjukan seni 7 November 2003 sebagai seni wayang yang telah terkenal di Indonesia.

Walisongo sebagai penyebar agama Islam di Jawa merupakan pencipta wayang. Wayang sendiri terbagi menjadi menjadi 3 yaitu wayang kulit, wayang wong, dan wayang golek. Berikut ini akan dijelaskan mengenai wayang kulit dari pengertian, asal, jenis, dan nama.

Pengertian wayang kulit

Wayang kulit merupakan sebuah kesenian yang dibentuk dari kulit binatang seperti kerbau atau sapi dengan karakter mitologi yang kulit tersebut sudah dikeringkan terlebih dahulu. Wayang kulit ini digunakan untuk sebuah kesenian yang mengangkat cerita masyarakat setempat dan dimainkan oleh seseorang yang bernama dalang.

Cerita yang diangkat mengutamakan pada budi pekerti luhur, dan sebuah pesan-pesan yang baik. Wayang kulit juga merupakan media yang dapat digunakan untuk menyampaikan kritik sosial. Wayang kulit merupakan sebuah kesenian yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Hindu-Budha.

Di mana pada masa itu banyak masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap para dewa. Wayang kulit juga digunakan oleh wali-wali dalam menyebarkan agama islam di Nusantara sebagai media penyebaran agama islam.

Wayang kulit merupakan warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2003. Wayang kulit juga dapat diartikan sebagai sebuah kesenian tradisional yang telah ditemukan pada kebudayaan Jawa dan Bali yang berada di Indonesia.

Praktik atau penggunaan media wayang ini biasanya menggunakan narasi yang mengangkat tema sebuah kebaikan dalam melawan kejahatan. Wayang kulit dimainkan oleh dalang dengan diiringi alat musik gamelan yang dimainkan oleh nayaga dan juga terdapat sinden untuk mengiringi pementasan wayang kulit tersebut.

Wayang kulit, sering juga menyajikan cerita mahabharata yang berasal dari India untuk menyampaikan segala pesan yang berada dalam cerita tersebut yang disajikan dengan menggunakan wayang kulit.

Asal Usul Wayang Kulit

Wayang kulit sebagai benda kesenian tak benda yang telah diakui oleh UNESCO ini pertama kali dikenal berada di Nusantara yaitu berasal dari pulau Jawa yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli, diantarannya ialah Anker Rentse, JLA Brandes, dan J Kats.

Selanjutnya, beberapa ahli seperti Rassers, Poensin, dan Goslings. Berpendapat bahwa wayang kulit berasal dari India. Hal ini dapat terjadi karena narasi wayang kulit biasanya mengambil dari cerita Mahabharata dan juga Ramayana.

Kemudian, Wayang kulit menurut J Krom dan W H Rassers berasal dari Jawa dan juga India yang merupakan percampuran dari kedua budaya tersebut. Menurut G Schlegel wayang kulit berasal dari negara China.

Jenis Wayang Kulit

Wayang Klitik

Wayang klitik merupakan jenis wayang kulit yang sebagian besar terbuat dari kayu bukan terbuat dari kulit binatang seperti kerbau atau sapi. Klitik sendiri berasal dari suara kayu yang timbul karena wayang dimainkan sehingga terdengar suara klitik dan dinamakan wayang klitik.

Wayang Sasak

Wayang sasak merupakan jenis wayang kulit yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Barat dengan narasi cerita yang dibawakan pada wayang sasak ialah sebuah cerita Menak yang sumber dari cerita ini berasal dari Amir Hamzah.

Wayang Purwa

Wayang Purwa merupakan wayang kulit tertua yang berada di Indonesia. Wayang Purwa ini sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak abad ke-11. Di mana pada abad ini merupakan abad yang telah dipimpin oleh Raja Airlangga. Wayang Purwa ini berasal dari kulit kerbau dan juga tanduk kerbau yang dipasangkan pada seluruh anggota wayang.

Wayang Golek

Wayang golek merupakan wayang termuda dari pada wayang yang lain, karena masuk ke indonesia pada abad ke-17. Wayang ini sangat populer di Jawa bagian Barat, wayang golek sendiri narasi yang digunakan bukan menggunakan Bahasa Jawa tetapi menggunakan Bahasa Sunda.

Wayang Beber

Wayang beber, merupakan salah satu wayang kulit yang paling tua. Wayang beber dinamakan menjadi wayang beber dikarenakan saat Dalang memainkan atau memerankan wayang beber ini dilakukan dengan cara membeberkan wayang atau membentangkan wayang tersebut. Sehingga, wayang kulit ini dinamakan Wayang Beber.

Nama Wayang Kulit

Terdapat beberapa nama atau karakter dalam pewayangan wayang kulit ini, di antarannya:

Yudhistira

Yudhistira merupakan tetua dalan Pandawa putra dari Pandu Dewanata yang berada pada kerajaan Hastinapura. Yudhistira merupakan tokoh Protagonis yang menegakkan kebenaran dan memiliki hati yang baik. Yudhistira juga memiliki keahlian dalam kemampuan batin. Seperti halnya, Yudhistira pernah atau mampu menjinakkan hewan buas hanya dengan mengusap kepala hewan buas tersebut.

Werkudara

Werkudara merupakan tokoh pewayangan yang sama dari Hastinapura, putra dari Pandu Dewanata, adik dari Yudhistira. Werkudara merupakan tokoh Ksatria yang memiliki wujud seorang petarung karena berperawakan besar dan memiliki senjata berupa Gada Rujakpolo dan Kapak Bergawa.

Arjuna

Arjuna merupakan tokoh Pandawa yang ketiga adik dari Yudhistira dan Werkudara. Memiliki rupa yang tampan dan memiliki senjata berupa anak panah. Anak panah milik Arjuna ini memiliki keistimewaan ketika anak panah dilepaskan bisa berlipat ganda dalam mengejar sang musuh.

Nakula dan Sadewa

Nakula dan Sadewa merupakan Putra Pandu yang kembar, dan memiliki kelebihan yang berbeda-beda juga. Nakula memiliki kelebihan dalam hal astrologi dan juga merawat kuda. Sedangkan, Sadewa tokoh pewayangan satu ini pandai dalam menyampaikan pendapat.

Kresna

Kresna merupakan tokoh pewayangan yang telah dipercayai sebagai titisan dari Batara Wisnu. Sebagai seorang dari titisan Batara Wisnu, Kresna memiliki kekuatan seperti Dewa. Salah satu kekuatan yang dimiliki Kresna ialah Triwikrama.

Anoman

Anoman merupakan tokoh pewayangan yang seperti Kresna yaitu titisan dari seorang dewa, dewa tersebut ialah Dewa Indra. Kemampuan yang dimiliki Anoman yaitu mampu menentukan kematian dalam dirinya. Selain itu, Anoman juga memiliki kekuatan dari keturunan ataupun anak angkat dari Sang Dewa.

Gatotkaca

Gatotkaca merupakan putra dari Werkudara Pandawa yang memiliki kekuatan luar biasa. Gatotkaca memiliki kekuatan mampu terbang dan memiliki julukan berupa Otot kawat tulang besi. Karena berhasil membantai para Kurawa saat perang Baratayudha.

The post Wayang Kulit : Pengertian, Asal, Jenis, dan Namanya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Unsur-Unsur dalam Pertunjukan Wayang dan Makna Filosofisnya https://haloedukasi.com/unsur-unsur-dalam-pertunjukan-wayang Tue, 15 Feb 2022 01:43:39 +0000 https://haloedukasi.com/?p=31315 Pagelaran seni wayang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak abad 11, ketika kakawin Arjuna Wiwaha dikarang. Wayang merupakan kebudayaan asli Jawa yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia sejak 7 November 2003. Dalam menggelar pertunjukan wayang, ada sejumlah piranti atau peralatan yang diperlukan guna mendukung jalannya pagelaran. Namun, mungkin tidak […]

The post Unsur-Unsur dalam Pertunjukan Wayang dan Makna Filosofisnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Pagelaran seni wayang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak abad 11, ketika kakawin Arjuna Wiwaha dikarang. Wayang merupakan kebudayaan asli Jawa yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia sejak 7 November 2003.

Dalam menggelar pertunjukan wayang, ada sejumlah piranti atau peralatan yang diperlukan guna mendukung jalannya pagelaran. Namun, mungkin tidak semua dari kita mengetahui bahwasanya selain cerita wayang itu sendiri, setiap piranti yang digunakan dalam pagelaran wayang menyimbolkan makna masing-masing.

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa dalam pagelaran wayang melibatkan 2 unsur, yakni unsur benda dan unsur manusia. Berikut adalah unsur-unsur dalam pagelaran wayang beserta masing-masing piranti dan makna filosofis di dalamnya.

Unsur Benda

Unsur benda adalah segala peralatan berupa benda yang digunakan dalam pertunjukan wayang yang harus ada dan keberadaannya tidak dapat digantikan. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, ada sejumlah modifikasi yang dilakukan pada beberapa peralatan untuk disesuaikan dengan kebutuhan.

1. Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan wayang yang terbuat dari kulit. Biasanya kulit yang digunakan adalah kulit sapi, kambing, maupun kerbau.

Proses pembuatan wayang kulit sendiri memakan waktu yang cukup panjang, dari mulai proses penyamakan kulit, pembuatan pola, pengukiran, hingga perwarnaannya.

Wayang kulit sendiri melambangkan paraga atau lakon (tokoh) dalam sebuah cerita wayang. Karena itu, bentuk dan corak wayang kulit sangat beragam tergantung tokoh apa yang digambarkannya. Secara umum wayang dimaknakan sebagai makhluk Tuhan.

2. Gamelan

Gamelan merupakan sejumlah alat musik yang digunakan untuk mengiringi pagelaran wayang. Ada banyak jenis alat musik yang menjadi bagian dari perangkat gamelan ini, seperti gambang, bonang, gendang, gong, kempul, siter, dan lain sebagainya.

Berbagai jenis alat musik gamelan tersebut dimainkan bersamaan membentuk alunan musik yang disebut gending untuk mengiringi jalan cerita wayang yang dituturkan oleh dalang.

Bunyi gamelan yang ditabuh sepanjang pagelaran wayang menggambarkan berbagai bentuk perubahan yang ada di alam semesta dan isinya.

3. Kelir

Kelir adalah layar putih lebar yang digunakan pada pertunjukan wayang. Kelir biasanya terbuat dari kain mori berwarna putih yang dibentangkan.

Penonton wayang kulit biasanya akan melihat pertunjukan wayang dari balik kelir yang disorot blencong (lampu) sehingga wayang seakan-akan hidup. Dalam pertunjukan wayang, kelir merupakan simbol dari langit atau angkasa

4. Debog

Debog atau gedebok adalah batang pohon pisang yang digunakan dalam pertunjukan wayang sebagai tempat untuk menancapkan wayang.

Wayang-wayang yang akan dimainkan dalam pertunjukan akan disimping (dijajar) di sebelah kanan dan kiri dalang dengan aturan tertentu menurut adegan dalam cerita wayang yang akan disajikan.

Selain itu, pengaturan posisi simpingan wayang di kanan dan kiri juga melambangkan sifat baik dan sifat buruk tokoh wayang tersebut.

Dalam pertunjukan wayang, debog ini melambangkan bumi yang merupakan tempat berpijak bagi tokoh-tokoh dalam cerita wayang.

5. Blencong

Blencong merupakan lampu minyak yang secara khusus digunakan dalam pertunjukan wayang.  Blencong ini akan dinyalakan semalam suntuk selama pagelaran wayang berlangsung.

Blencong yang disorotkan pada kelir akan membentuk bayangan wayang yang tengah dimainkan pada balik kelir. Saat ini fungsi blencong sendiri sudah banyak digantikan keberadaannya dengan lampu listrik yang lebih praktis.

Blencong memiliki makna filosofis sebagai cahaya, matahari, bulan, dan bintang.

6. Cempala

Cempala merupakan peralatan yang terbuat dari kayu yang digunakan oleh dhalang untuk memberi aba-aba, perintah, atau tanda kepada wiraniyaga, wiraswara maupun waranggana.

Penggunaan cempala adalah dengan dijepit diantara jari-jari kaki kanan dhalang, sehingga meskipun kedua tangan dhalang sedang sibuk memainkan wayang, tetapi ia masih bisa memberi tanda kepada yang lainnya, seperti memberi perintah pada karawitan untuk mengawali, mengubah, atau menghentikan gamelan, dan selainnya.

7. Kepyak atau Keprak

Kepyak berwujud lempengan tipis sebanyak 3 sampai 4 buah terbuat dari logam kuningan atau besi. Kegunaan kepyak hampir mirip dengan cempala, namun suara yang dihasilkan berbeda.

Bunyi kepyak dihasilkan karena ditendang oleh dhalang ataupun karena dipukul dengan cempala. Dalam kesenian wayang Kepyak menggambarkan aliran air atau darah.

8. Kotak Wayang

Kotak wayang merupakan tempat untuk menaruh dan menyimpan wayang saat tidak digunakan. Kotak wayang biasanya terbuat dari kayu dengan ukuran lebar 1,5 meter dan panjang 2,5 meter. Pada kotak wayang ini juga kepyak digantungkan.  Kotak ini menggambarkan arti kehidupan.

9. Kayon atau Gunungan

Yaitu wayang yang bentuknya seperti daun besar. Kayon ini melambangkan gunung, hutan, api, lautan, prahara, angin, dan semisalnya.

Unsur Manusia

Unsur manusia adalah orang-orang yang terlibat dan memiliki peran penting bagi jalannya pertunjukan wayang, yakni sebagai berikut:

1. Dalang

Dalang adalah orang yang menjadi tokoh sentral dalam pagelaran wayang. Dalang merupakan sutradara sekaligus artis yang melakukan pertunjukan wayang . Dalang melambangkan logika, pemikiran, intuisi, imajinasi, perasaan, dan hawa nafsu manusia yang menggerakkan raga.

2. Penyimping atau Panyumbing

Penyimping merupakan sosok yang membantu dalang dalam mempersiapkan pertunjukan. Penyimping memiliki tugas untuk menyimping, yaitu menyusun wayang-wayang yang akan digunakan dalam pertunjukan pada debog (simpingan) secara berurutan sesuai dengan adegan dalam cerita.

Penyimping juga bertugas menempatkan kotak wayang dan kepyak, menyediakan cempala, menata blencong, dan selainnya.

3. Niyaga atau Pangrawit

Niyaga atau Pangrawit adalah sebutan bagi orang yang memainkan gamelan. Panjak memiliki kemahiran khusus untuk memainkan gendhing sesuai dengan permintaan dalang.

Oleh karenanya, seorang panjak harus juga memahami lakon dan isi dari cerita wayang yang dipertunjukkan.

Seorang panjak harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan alunan gendhing yang dimainkannya dengan cerita yang tengah ditampilkan oleh dhalang.

4. Waranggana atau Pesinden

Waranggana adalah penyanyi wanita atau yang lebih dikenal dengan nama pesinden. Seorang waranggana selain harus bisa menyanyi dengan merdu, juga harus memiliki fisik yang prima karena mereka harus mengiringi pertunjukan wayang yang bisa digelar semalam suntuk.

The post Unsur-Unsur dalam Pertunjukan Wayang dan Makna Filosofisnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Teks Cerita Wayang: Pengertian – Unsur dan Jenisnya https://haloedukasi.com/teks-cerita-wayang Thu, 03 Feb 2022 06:41:31 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30962 Salah satu bentuk cerita yang dikenal dalam kesusastraan Jawa adalah cerita wayang. Cerita wayang adalah salah satu pusaka seni budaya yang merupakan warisan dari leluhur bangsa Indonesia. Dalam cerita wayang ada banyak nasehat dan pelajaran luhur serta contoh-contoh kebajikan dan keutamaan dalam kehidupan manusia. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang teks cerita wayang. […]

The post Teks Cerita Wayang: Pengertian – Unsur dan Jenisnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Salah satu bentuk cerita yang dikenal dalam kesusastraan Jawa adalah cerita wayang. Cerita wayang adalah salah satu pusaka seni budaya yang merupakan warisan dari leluhur bangsa Indonesia. Dalam cerita wayang ada banyak nasehat dan pelajaran luhur serta contoh-contoh kebajikan dan keutamaan dalam kehidupan manusia.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang teks cerita wayang. Pembahasan ini meliputi, pengertian, struktur teks, dan juga jenis cerita wayang.

Pengertian Cerita Wayang

Yang dimaksud dengan cerita wayang adalah cerita runtut yang menceritakan tentang kehidupan tokoh pewayangan. Cerita wayang adalah cerita yang diambil dari epos Mahabarata atau Ramayana yang bisa berwujud tontonan atau bacaan.

Tujuan mempelajari cerita wayang adalah untuk bisa mengambil pelajaran dalam cerita tersebut dan melestarikan cerita wayang yang merupakan salah satu wujud budaya asli Indonesia.

Struktur Cerita Wayang

Cerita wayang tersusun menurut struktur atau susunan tertentu. Struktur cerita wayang adalah sebagai berikut:

  • Pambuka (Orientasi)
    Pambuka adalah bagian yang membuka atau menceritakan awal mula cerita. Pambuka bisa berupa sudut pandang dan pengenalan peraga/tokoh cerita, suasana dan kejadian yang membuka cerita.
  • Pasulayan (Komplikasi)
    Pasulayan adalah bagian yang menceritakan cerita yang sudah muncul perkara atau masalah yang puncaknya menjadi konflik dalam cerita
  • Pangudare Prakara (Resolusi)
    pangudare prakara yaitu bagian cerita yang menjadi akhir penyelesaian dari konflik dalam cerita.
  • Koda (Panutup)
    Koda yaitu kesimpulan dari cerita.

Jenis Cerita Wayang

Berikut ini adalah 13 jenis cerita wayang yang dikenal dalam budaya Jawa beserta sumber cerita dan wujud serta bahan wayang yang digunakan dalam pertunjukan wayang.

No Jenis Cerita Wayang Sumber Cerita Keterangan
1.Wayang PurwaEpos Ramayan /Maha Bharata (India)Wujud boneka – kulit
2.Wayang MadyaEpos Maha Bharata (Jawa)Wujud boneka – kulit
3Wayang GolekEpos Ramayana/Maha Bharata (India)Wujud boneka – kayu
4.Wayang GolekEpos Arab/Persia (Islam)Wujud boneka – kayu
5.Wayang GedhogEpos Maha Bharata (Jawa)Wujud boneka – kulit
6.Wayang KrucilEpos Damar WulanWujud boneka – kayu
7.Wayang BeberEpos PanjiWujud boneka – kulit
8.Wayang SadatMitos Para Wali (Islam)Wujud boneka – kulit
9.Wayang WahyuMitos Nabi/Santa (Kristen)Wujud boneka – kulit
10.Wayang KancilDongeng / fabel (Jawa)Wujud boneka – kulit
11.Wayang PembangunanIndonesia Pos-KolonialWujud boneka – kulit
12.Wayang WongEpos Ramayana/Maha Bharata (India)Wujud wong (orang)
13.Wayang TopengEpos Maha Bharata (India)Wujud wong (orang) memakai  topeng

Unsur-Unsur Cerita Wayang

Dalam sebuah teks cerita wayang terdapat unsur-unsur yang membangun cerita, yakni:

Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik bisa juga disebut unsur bathin (batin), terdiri atas:

1. Tema

Tema adalah inti dari cerita. Contohnya pada cerita wayang Mahabarata, tema cerita adalah tentang konflik keluarga antara pandhawa dan Kurawa untuk memperebutkan kekuasaan.

2. Alur

Alur adalah urutan rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur terdiri dari alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Contohnya pada cerita wayang Mahabarata, alur yang digunakan adalah alur maju.

3. Paraga lan pamaragan (tokoh dan penokohan)

Yaitu tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita dan wataknya. Contohnya pada cerita wayang Mahabarata, tokoh-tokohnya yaitu:

  • Para Pandhawa (Puntadewa/Yudhistira, Werkudara (Bima), Arjuna, Nakula, dan Sadewa) yang memiliki watak baik, pemberani.
  • Kurawa (Suryudana, Dursasana, dll) yang memiliki watak licik, pemarah, kejam.
  • Sengkuni, berwatak cerdas tapi licik dan suka menghasut
  • Karna, memiliki watak dermawan, teguh pada janji, terkadang sombong.
  • Krisna, memiliki watak bijaksana
  • dan sebagainya

4. Latar/Setting

Latar terdiri atas latar wektu (waktu), panggonan (tempat), dan swasana (suasana).
Contohnya pada cerita wayang Mahabarata, latar yang digambarkan adalah sebagai berikut:

  • Latar Waktu : Pagi, Siang, Malam
  • Latar Tempat: Negara Astina, Negara Ngamarta, dan Tegal Kurusetra
  • Latar Suasana: Tegang, mencekam

5. Pamawas (sudut pandang)

  • Pamawas terdiri dari:
    • Utama Purusa (sudut pandang orang pertama), ciri-cirinya menggunakan kata aku untuk menyebut tokoh cerita.
    • Pratama Purusa (sudut pandang orang ketiga, ciri-cirinya menggunakan kata dheweke (dia) untuk menyebut tokoh cerita.

Contohnya:
Pada cerita wayang Mahabarata, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat.

6. Piweling (amanat)

Piweling yaitu amanat atau pesan yang bisa diambil dari cerita.
Contohnya pada cerita wayang Mahabarata, piweling yang ingin disampaikan adalah bahwa kebenaran dan kebajikan pasti akan mendapat kemenangan. sementara kejahatan akan mendapat kekalahan.

Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik bisa juga disebut unsur lair (lahir), terdiri dari:

  • Sosial internal (Latar belakang penulis)
  • Sosial eksternal (Zaman, politik, sosial, budaya, dan selainnya)

Contoh Cerita Wayang

Dewa Ruci


(Pambuka/ Orientasi)

Ruci tegese alus. Dewa Ruci tegese Dewa kang alus. Dewa Ruci dewane Raden Werkudara, tegese badan aluse Werkudara.

Rikala Werkudara maguru marang Pandhita Drona babagan ilmu kamanungsan (ngupadi jati diri), wusanane dheweke nemokake apa sing dikarepake, yaiku Dewa Ruci kang sejatine badan aluse Werkudara dhewe, jiwa, alam pikiran, lan pangucapane dhewe. Gambaran Dewa Ruci memper karo Werkudara, nanging wujude cilik.

Pasulayan (Komplikasi)

Rikala Werkudara isih ana ing samodra nindakake kewajiban kang diprentahake Pandhita Drona supaya ngupadi tirtamerta, Werkudara ketemu dewa rambute dawa, kaya bocah cilik kang lagi dolanan ing dhuwure segara, kang aran Dewa Ruci.

Dewa Ruci ngendika, “Aja kesusu lunga yen durung ngerti tujuane, aja mangan yen durung ngerti rasane kang bakal dipangan, aja nggawe sandhangan yen durung ngerti jenenge sandhangane.”

“Gage mrenea Werkudara lumebua neng njero awakku,” ngendikane Dewa Ruci.

Kanti gumuyu Werkudara pitakon marang Dewa Ruci, “Panjenengan punik alit, kamangka badan kula ageng, saking punci marginipun kula badhe mlebet, ketingalane jentik kula kemawon mboten saged melebet.”

Dewa Ruci mesem lan ngguyu lirih karo ngendika, “Gedhe endi awakmu nek dibanding karo donya saisine ik, kabeh mau nek dilebokake awakku ora bakal kebak.”

Pangudare Prakara (Resolusi)

Kanthi pituduhe Dewa Ruci, Werkudara mlebu ing awake Dewa Ruci liwat kuping kiwa. Sakala katon jembare segara kang tanpa wates, jembare langit tan weroh endi lor endi kidul, tan weruh wetan lan kulon, tan weruh ngisor lan dhuwur, tan weruh ngarep lan buri.

Koda (Penutup)

Sabanjure padhang, katon wujude Dewa Ruci kang sumunar, katon arahe kiblat, katon arake srengenge, krasa nikmat ing sanubarine Werkudara.

Cerita wayang diatas dalam Bahasa Indonesia

Dewa Ruci

(Pambuka/Orientasi)

Ruci artinya halus. Dewa Ruci artinya Dewa kebaikan. Dewa Ruci dewanya Raden Werkudara, artinya wujud halus (ghaib) Werkudara.

Ketika Werkudara berguru kepada Pandhita Drona tentang kemanusiaan (mencari jati diri), dia akhirnya menemukan apa yang diinginkannya, yaitu Dewa Ruci, yang sebenarnya adalah wujud halusnya Werkudara, jiwa, alam pikiran, dan ucapannya sendiri. Gambaran Dewa Ruci mirip dengan Werkudara, tetapi dalam bentuk yang lebih kecil.

Pasulayan (Komplikasi)

Ketika Werkudara masih di laut melakukan tugas yang diperintahkan Pandhita Drona untuk melakukan tirtamerta, Werkudara bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil yang bermain di permukaan laut, yang disebut Dewa Ruci.

Dewa Ruci berkata, “Jangan terburu-buru jika tidak tahu tujuannya, jangan makan jika tidak tahu rasa apa yang akan dimakan, jangan memakai pakaian jika tidak tahu nama pakaiannya.”

“Segera kesini Werkudara, masuklah ke dalam tubuhku,” kata Dewa Ruci.

Sambil tertawa, Werkudara bertanya kepada Dewa Ruci, “Kamu kecil, tapi tubuhku besar, dari jalan mana aku akan masuk, bahkan sepertinya jari kelingkingku pun tidak bisa masuk.”

Dewa Ruci tersenyum dan tertawa pelan sambil berkata, “Seberapa besar kamu dibandingkan dengan dunia dan isinya ini, semuanya itu dimaksukkan ke dalam tubuhku tidak akan penuh.”

Pangudare Prakara (Resolusi)

Atas arahan Deva Ruci, Werkudara memasuki tubuh Dewa Ruci melalui telinga kirinya. Seketika ia melihat hamparan laut yang tak terbatas, hamparan langit yang tak diketahui utara atau selatan, tidak diketahui timur dan barat, tidak diketahui bagian bawah dan atasnya, tidak diketahui bagian depan dan belakang.

Koda (Penutup)

Setelah terang, terlihat wujud Dewa Ruci yang bersinar, terlihat arah kiblat, terlihat matahari, terasa nikmat dalam jiwa Werkudara.

The post Teks Cerita Wayang: Pengertian – Unsur dan Jenisnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Suku Jawa : Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya https://haloedukasi.com/suku-jawa Tue, 01 Dec 2020 02:38:20 +0000 https://haloedukasi.com/?p=16128 Indonesia merupakan negara dengan kepulauan dan daratan yang sangat luas. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan, suku, bahasa dan juga adat istiadatnya. Kita akan membahas suku yang paling banyak dan juga terkenal di Indonesia, yaitu suku Jawa. Suku jawa tidak hanya tersebar di wilayah Indonesia saja, melainkan juga tersebar di beberapa negarra […]

The post Suku Jawa : Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Indonesia merupakan negara dengan kepulauan dan daratan yang sangat luas. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan, suku, bahasa dan juga adat istiadatnya.

Kita akan membahas suku yang paling banyak dan juga terkenal di Indonesia, yaitu suku Jawa. Suku jawa tidak hanya tersebar di wilayah Indonesia saja, melainkan juga tersebar di beberapa negarra di dunia.

Apa itu Suku Jawa?

Suku jawa merupakan suku yang terbesar di Indonesia. Suku yang terkenal akan tata karma dan kelembutan tutur katanya ini tersebar di seluruh penjuru negeri.

Suku Jawa tersebar di Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Serang, Cilegon dan Kabupaten Indramayu. Bahkan suku Jawa ini hamper kita temui di seluruh Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, melainkan sekarang ini Suku Jawa tersebar bahkan hingga ke mancanegara, seperti Suriname, Oseania, Amerika Selatan dan juga Kaledonia Baru.

Suku Jawa berada di negara-negara tersebut disebabkan karena dahulu mereka dibawa oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk dijadikan pekerja di negara negara koloni Belanda tersebut.

Sejarah Perkembangan Suku Jawa

Sejarah Suku Jawa sangat bermacam-macam diantaranya:

  1. Menurut Sejarawan

Asal usul dari Suku Jawa yaitu berasal dari orang-orang Yunani yang terdapat di China. Ada salah satu sejarawan asal Belanda yaitu Profesor Dr. H. Kern yang meneliti bahwa bahasa daerah di Indonesia yang satu mirip dengan bahasa daerah lainnya yang juga terdapat di Indonesia.

Kemudian professor tersebut membuat kesimpulan bahwa bahasa tersebut berasal dari rumpun yang sama yaitu Austronesia.

2. Menurut Babad Tanah Jawa


Dalam Babad Tanah Jawa diceritakan bahwa masyarakat Jawa berasal dari Kerajaan Kalingga yang letaknya berada di India Selatan. Pangeran Keling yaitu pangeran yang berasal dari kerajaan Kalingga melakukan perjalanan jauh dan meninggalkan Kerajaan Kalingga.

Akhirnya Pangeran beserta rombongannya menemukan pulau kecil yang kemudian diberi nama Javacekwara. Mereka bergotong royong membangun pemukiman di pulau tersebut.

3. Tulisan Kuno India

Menurut Tulisan Kuno India pada jaman dahulu beberapa pulau yang menyatu di kepulauan Nusantara terkena musibah dan kemudian menyebabkan terendamnya beberapa daratan dan juga beberapa pulau jadi terpisah. Lalu munculah pulau-pulau baru akibat dari musibah tersebut seperti Pulau Jawa.

Di dalam tulisan kuno tersebut menceritakan seorang pengembara yang bernama Aji Saka, ia menjelajah ke berbagai penjuru sampai dengan ia menemukan Pulau Jawa. Ia juga adalah orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Jawa.

Pakaian Adat Suku Jawa

Pakaian adat masyarakat Suku Jawa pasti selalu ada unsur “batik”nya. Karena batik sendiri merupakan kain khas yang berasal dari Jawa. Kata batik merupakan kependekan dari istilah “soko sak tithik” yang berasal dari kalimat Jawa Babat.

Ada juga yang memiliki pendapat bahwa kata batik berasal dari kata “amba” atau lebar dan “titik” yang berarti titik. Jika digabungkan memiliki arti membuat titik-titik pada kain yang lebar. Batik juga sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya asli yang berasal dari Indonesia.

Pakaian adat Pria

Pakaian adat pria pada umunya terdiri dari atasan dan juga bawahan yang berupa celana atau kain jarik.

  1. Jawi Jangkep


Pakaian adat ini berasal dari keraton Kasunanan Surakarta. Pakaian Jawi Jangkep terbagi menjadi dua jenis pakaian, yaitu Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep Padintenan.

Jawi Jangkep berupa pakaian atasan yang memiliki warna hitam dan biasanya hanya digunakan saat acara formal saja. Sedangkan Jawi Jangkep Padintenan bisa digunakan dalam keseharian dan warnanya selain hitam diperbolehkan.

Kelengkapan pakaian Jawi Jangkep, yaitu atasan, setagen, kain bawah (jarik), keris, selop atau alas kaki, blangkon, dan juga ikat pinggang (timang, lerep dan epek).

2. Beskap


Beskap digunakan hanya untuk acara resmi saja, misalnya pernikahan. Beskap merupakan model kemeja lipat yang berwarna polos. Pada beskap terdapat kancing dibagian kanan dan juga kirinya.

3. Surjan


Surjan ini merupakan baju adat Jawa yang sangat penjang, dan sudah ada semenjak jaman mataram Islam. Pada jaman dahulu, surjan hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan dan abdi keraton saja. Model dari surjan yaitu seperti kemeja dengan kerah yang tegak dan lengannya panjang.

Pakaian Adat Wanita

  1. Kemben


Kemben ini digunakan untuk menutupi dada dan berada pada bagian dalam. Kemben merupakan kain panjang yang digunakan dengan cara dililitkan dari dada hingga ke bawah pinggul.

2. Dodot


Dodot merupakan kain batik yang panjang dan untuk menutupi tubuh bagian bawah yaitu pinggul sampai kaki.

3. Kebaya Jawa


Kebaya pada umumnya terbuat dari kain yang memiliki tekstur tipis dan cukup transparan. Kebaya ini merupakan atasan yang dipadukan dengan kain jarik sebagai bawahannya.

Dulu kebaya ini hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan dan orang-orang yang memiliki ekonomi tinggi saja. Hal ini dikarenakan kain untuk membuat kebaya memiliki harga yang cukup tinggi.

Agama yang dianut Suku Jawa

Di pulau Jawa pada jaman dahulu, di masa kejayaan agama Hindu dan juga Budha, mayoritas masyarakat Jawa menganut agama Hindu dan Budha. Terbukti dengan adanya kerajaan Hindu terbesar di nusantara yaitu Kerajaan Majapahit. Dan juga adanya candi Borobudur yang merupakan peninggalan dari masa kejayaan Budha.

Selanjutnya kerajaan-kerajaan Islam masuk dan berkembang di Pulau Jawa. Kemudian kerajaan tersebut menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam sehingga lambat laun masyarakat Jawa memeluk agama Islam.

Namun, pada saat sekarang banyak sekali agama yang terdapat di Pulau Jawa. Tidak hanya Islam, Hindu, dan Budha saja. Melainkan ada Kristen, Katolik, Konghucu dan juga aliran kejawen.

Rumah Adat Suku Jawa

Pada umumnya rumah adat yang ada di Pulau Jawa menggunakan bahan dasar kayu untuk membangunnya. Namun, bukan kayu sembarangan, kayu yang digunakan oleh masyarakat Suku Jawa biasanya kayu yang bisa bertahan hingga jangka waktu yang sangat lama sekali, ratusan tahun.

Rumah Joglo adalah tempat tinggal Suku Jawa sejak jaman dahulu, namun di jaman sekarang jarang ditemukan rumah Joglo di perkotaan. Rumah Joglo memili bagian-bagian tersendiri dan juga memiliki fungsi yang berbeda-beda.

Ada yang digunakan untuk menerima tamu atau yang sering disebut Pendapa. Ada juga ruangan yang digunakan untuk bersantai dan lain sebagainya. Atap pada rumah Joglo cukup unik, karena terbuat dari tanah liat yang dibuat sendiri.

Bahasa yang dipakai Suku Jawa

Untuk percakapan sehari-harinya masyarakat Suku Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk bercengkrama dengan masyarakat suku Jawa lainnya. Bahasa ini masih sangat dilestarikan sampai dengan sekarang, bahkan menjadi salah satu mata pelajaran di setiap sekolah.

Bahasa Jawa dalam penggunaannya memiliki tiga tingkatan. Pertama, Bahasa Krama Inggil yaitu bahasa yang digunakan saat kita berbicara dengan orang yang lebih tua dari kita atau kedudukan sosialnya jauh diatas kita.

Kedua, Bahasa Krama Madya yaitu abhasa yang digunakan saat berbicara dengan orang yang sederajat dengan kita. Ketiga, Bahasa Jawa Ngoko yaitu bahasa yang tingkatannya berada paling bawah. Biasanya bahasa ini digunakan untuk berbicara dengan seseorang yang usianya lebih muda dari kita.

Tulisan Jawa

Tulisan Jawa atau biasa disebut dengan Aksara Jawa yaitu tulisan khas dari Suku Jawa. Pada jaman modern ini tulisan aksara Jawa ini sangat jarang digunakan. Namun, Aksara Jawa ini masih diajarkan di beberapa sekolah-sekolah yang terdapat di Pulau Jawa.

Aksara Jawa memiliki 20 huruf dan ada beberapa pasangannya. Jika dilihat sekilas tulisan aksara Jawa ini sangat rumit, namun apabila kita mempelajarinya akan mudah dan cepat mengerti.

Mata Pencaharian Suku Jawa

Masyarakat Suku Jawa yang bertempat tinggal di pedesaan rata-rata berprofesi sebagai petani. Namun, tidak hanya sebagai petani saja melainkan ada juga yang menjadi petani kebun karena mereka berada di daerah dataran tinggi.

Sedangkan masyarakat Suku Jawa yang bertempat tinggal di perkotaan, memiliki beragam profesi mulai dari karyawan, guru, polisi, tentara, pedagang dan lain sebagainya. Perekonomian di Pulau Jawa bisa dibilang cukup ramai karena Pulau Jawa sendiri memiliki luas daerah yang sangat luas dan juga populasi penduduknya yang cukup padat.

Ada juga masyarakatnya yang merantau ke luar dari Pulau Jawa guna mengais rejeki untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Ada juga yang memilih menjadi TKW atau TKI di negeri orang demi kehidupan keluarganya yang sejahtera.

Kesenian Suku Jawa

Wayang kulit merupakan tradisi kesenian yang mendarah daging pada masyarakat Suku Jawa. Kesenian wayang kulit juga merupakan salah satu budaya Suku Jawa. Wayang kulit, wayang berasal dari kata “ma Hyang” yang memiliki arti menuju spiritualitas sang kuasa. Wayang kulit kerap digunakan sebagai media untuk permenungan menuju roh-roh Dewa. Namun, pada jaman modern ini wayang kulit digunakan sebagai pertunjukan saja.

Permainan wayang kulit mulai tersebar semenjak para wali songo sering menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pada umunya, cerita wayang kulit diambil dari kisah Mahabarata dan juga Ramayana.

Wayang kulit terbuat dari lembaran kulit hewan kerbau yang diambil dan kemudian dikeringkan. Wayang kulit dimainkan oleh seseorang narator yang sering disebut dalang. Tidak hanya menggerakan wayang kulit saja, melainkan dalang harus bernarasi atau bercerita mengenai epos pewayangan.

Biasanya wayang kulit diiringi dengan musik yang berasal dari beberapa gamelan dan juga syair berbahasa Jawa. Wayang kulit sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisa kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai adiluhung.

The post Suku Jawa : Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>