Tari merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah berusia ratusan tahun di Indonesia. Luasnya Nusantara serta adanya berbagai suku yang mendiaminya membuat Indonesia kaya akan kumpulan tari tradisonal.
Salah satu tari tradisional yang samapi sekarang masih ada adalah Tari Enggang. Tari Enggang atau seringkali disebut sebagai Tari Burung Enggang adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.
Tarian ini merupakan salah satu tarian yang wajib dibawakan setiap adanya upacara adat yang digelar oleh masyarakat Dayak Kenyah. Selain itu, Tari Enggang juga dipertunjukkan saat penyambutan tamu dan upacara adat yang melibatkan leluhur nenek moyang.
Tari Enggang adalah salah satu dari sekian banyak tarian tradisioanl yang memiliki sejarah panjang. Konon tarian ini telah ada bahkan sebelum kedatangan Belanda untuk menjajah Indonesia. Dulunya tari ini digunakan untuk upacara keagamaan dengan maksud untuk memuliakan nenek moyang masyarakat suku Dayak Kenyah.
Tari Enggang sendiri merupakan tari yang terinspirasi dari gerakan Burung Enggang. Para masyarakat Dayak Kenyah mempercayai bahwa nenek moyangnya menyerupai Burung Enggang yang turun dari langit.
Hal inilah yang menyebabkan Burung Enggang sendiri sangat dimuliakan oleh suku Dayak. Adanya tarian ini digunakan untuk menghormati para leluhur suku Dayak. Burung Enggang sendiri adalah jenis burung yang memiliki sifat suka berpindah-pindah tempat tinggal.
Hal inilah yang dijadikan gambaran oleh para suku Dayak dimana masyarakatnya dahulu sering berpindah-pindah tempat tinggal atau disebut nomaden. Tujuan dari kegiatan nomaden ini adalah untuk melindungi diri dari musuh dan bertahan hidup. Sehingga musuh akan mengalami kesulitan mendeteksi tempat tinggal masyarakat Dayak.
Jika mengutip dari Pusat Data Nasional Kekayaan Intelektual Komunal Indonesia, Tari Enggang adalah tari tradisional yang tercipta dengan mengadaptasi kehidupan burung Enggang. Tari ini biasanya dibawakan oleh para perempuan suku Dayak Kenyah.
Dalam bahasa Dayak Kenyah Tari Burung Enggang sering juga disebut sebagai Tari Kancet Lasan. Tari ini sangatlah populer di Kalimantan Timur dan hingga saat ini masih sering dipertunjukkan pada acara-acara penting tertentu.
Bagi masyarakat Suku Dayak Kenyah sendiri Burung Enggang memegang peranan yang sangat penting. Banyak yang menggunakan berbagai hal yang berkaitan dengan Burung Enggang baik itu dalam upacara adat maupun tarian masyarakat Dayak.
Hal ini dapat dilihat secara langsung pada ukiran yang dihasilkan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah pada setiap permukaan benda yang dihasilkan. Tidak berhenti di situ, Burung Enggang juga dijadikan salah satu simbol yang ada pada properti menari tarian suku Dayak Kenyah.
Dari Ensiklopedia Jakarta dapat didapatkan kutipan bahwa Tari Enggang memang hanya dikhususkan dibawakan oleh penari perempuan sebagai bentuk representasi dari Burung Enggang itu sendiri. Tarian ini menggunakan pola lantai melengkung atau lengkung.
Posisi penari saat bergerak melakukan gerakan demi gerakan dalam tarian ini adalah berbentuk melengkung. Ada tiga gerakan dasar dari Tari Enggang, yaitu:
Nganjat adalah gerakan utama dalam Tari Enggang. Sekilas para penari akan menampilkan gerakan layaknya Burung Enggang yang sedang mengepakkan dan menutup sayapnya. Gerakan ini lebih banyak menitik beratkan pada lemah lembutnya para penari Dayak dalam membawakan tarian.
2. Ngasai
Ngasai adalah gerakan yang menyerupai Burung Enggang saat sedang terbang. Sebagaiman telah dijelaskan Tari Enggang adalah tari yang menampilkan details gerakan Burung Enggang, ngasai secara harfiah terbang. Gerakan ini secara langsung menggambarkan bagaimana Burung Enggang saat sedang terbang.
3. Purak Barik
Purak barik adalah salah satu gerakan dasar perpindahan tempat oleh para penari. Pada Tari Enggang terjadi beberapa kali perpindahan tempat penari. Oleh masyarakat Dayak Kenyak gerakan ini dinamai sebagai gerakan purak barik.
Biasanya Tari Enggang dibawakan dengan para penari mengenakan kostum baju adat Dayak Kenyak yang diberi manik-manik. Properti bulu burung Enggang juga disematkan pada ikat kepala para penari yang memiliki motif burung enggang.
Bulu tersebut juga digunakan saat menari. Agar tidak mudah lepas, bulu tersebut dikaitkan pada cincin. Para penari juga dilengkapi properti anting besar dan kalung manik atau taring macan sebagai propertinya.
Tari Enggang sendiri dipertontonkan dengan diiringi musik tradisional suku Dayak. Alat musik yang digunakan untuk menciptakan musiknya juga masih alat musik tradisional seperti sampe, gendang, dan gong.
Perkembangan Tari Enggang sendiri saat ini masih menjadi tarian wajib di Kalimantan Timur, baik itu dalam upacara adat Suku Dayak maupun ditampilkan dalam setiap acara kebudayan-kebudayaan Indonesia.
Kendati Tari Enggang yang sering dipertunjukkan saat ini adalah Tari Enggang kreasi baru, namun makna dan filosofi yang terkandung didalamnya masih dijaga sama seperti Tari Enggang dahulu kala. Tari Enggang sendiri saat ini masih menjadi tarian yang kaya akan bahasa budaya dan berfungsi mempererat tari persaudaraan antar suku bangsa yang ada di Indonesia.