Daftar isi
Kesenian Indonesia sangatlah beragam mulai dari bentuk rumah adat, pakaian adat hingga tarian tradisional. Pada pembahasan kali ini kita akan mempelajari tentang salah satu kebudayaan dari Sumatera yaitu tari rangguk ayak mulai dari sejarah hingga pola lantai.
Tari rangguk ayak adalah salah satu bukti kekayaan budaya Indonesia dalam wujud seni tari yang berasal dari suku Kerinci, Jambi. Suku kerinci merupakan salah satu suku tertua yang ada di Indonesia. Namun awal mula tarian ini hadir memiliki sejarahnya sendiri.
Tarian ini diberi nama rangguk ayak diambil dari kata rangguk yang artinya menari. Bahasa tersebut diambil dari bahasa suku kerinci kuno terutama kerinci hulu. Meskipun suku kerinci diperkirakan sudah berada di Pulau Sumatera sekitar puluhan ribu tahun lalu namun tarian rangguk ayak baru ada pada abad ke 19. Kabarnya tarian tersebut dibawa oleh seseorang pemuka agama dari dusun Cupak yaitu salah satu dusun di Kerinci.
Pemuka agama tersebut suatu hari pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama Islam di sana. Sesampainya di sana beliau tak hanya mempelajari ilmu agama tetapi juga keseniannya. Setelah pulang ke Indonesia, ulama tersebut memanfaatkan kesenian tersebut untuk menyebarkan agama. Mereka duduk melingkar memainkan alat musik rebana dengan mengangguk-angguk dan mengumandangkan pujian kepada Allah SWT.
Namun seiring perkembangan waktu, mereka tidak lagi duduk tetapi juga bisa sambil berdiri, Akhirnya kegiatan ini berubah menjadi sebuah kesenian yang digunakan untuk menyambut para tamu dan hiburan. Tarian ini bahkan diadakan pada saat upacara-upacara adat seperti penobatan petinggi suku seperti datuk, mangku, dan rio deputi. Tarian ini semakin dikenal tidak hanya oleh masyarakat dusun Cupak saja tetapi seluruh wilayah Kerinci.
Tari rangguk ayak muncul bukan hanya sekedar keisengan belaka namun untuk menyebarkan agama namun fungsi tersebut berubah seiring waktu. Tak hanya menjadi sarana dakwah tetapi juga sebagai hiburan dalam berbagai acara. Tarian ini juga dianggap memiliki nilai filosofis yang tinggi sehingga masyarakat Kerinci menggunakan tarian ini sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan sang pencipta.
Pertunjukkan seni tari rangguk ayak pada awalnya hanya dilakukan oleh seorang pemuda sebanyak 5-10 orang saja dan dilakukan di depan rumah. Kemudian peraturan ini berubah sejak pertengahan abad 20 dimana kaum perempuan juga boleh menarikan tarian ini namun hanya anak-anak saja yang diperbolehkan. Perempuan dewasa baru diperbolehkan turut serta dalam pertunjukan pada tahun 1950 an. Sekarang, tari rangguk ayak bisa dimainkan oleh siapa saja tanpa memandang jenis kelamin dan usia.
Seni tari akan semakin indah dilengkapi dengan berbagai properti pendukung. Begitu juga dengan tari rangguk ayak yang terdiri dari berbagai macam properti seperti berikut ini.
Ranauk Kau…lasilah rumpun padoi
Palah laditimpo lasi kayu aro 2x
Takah lutauk susan nialah jaroi
Minta niala maooh dikulah pado kayo 2x
Dibudere ujeang ladirimbo
Daleang niala padoi dibulah darea jangea 2x
Dibucare kito niala muko
Daleang niala ratai dikulah carea jangea 2x
Tanjung Pauh Punai lah dimurindau
Tampek niala putai dikulah tiko sanjo 2x
Ralah lamo kamai lah dimurindau
Balea palea lad di lah rabuih tinggai
Kayoa balek kamai lah dingan tingga
Apo nialah rubeng ratailah kamai rindau 2x
syair lagu tari rangguk ayak
Setiap seni tari tersusun dari pola lantai agar dapat menguasai panggung dengan baik. Pola lantai yang digunakan dalam tarian rangguk ayak pada awal kemunculannya adalah melingkar. Pola lantai ini berubah seiring perkembangan tarian ini yaitu berubah menjadi baris sejajar.
Tari rangguk ayak merupakan tarian khas Indonesia yang berasal dari Jambi khususnya dari suku Kerinci. Tarian ini muncul pada abad ke 19 oleh seorang pemuka agama dari desa Cupak yang terinspirasi dari kebudayaan di Mekah. Kebudayaan tersebut diterapkan di tanah kelahirannya sebagai sarana dakwah agama Islam. Cara tersebut berhasil mengumpulkan para pemuda untuk memperdalam ilmu agama. Tarian ini pada awalnya hanya boleh dimainkan oleh kaum laki-laki saja. Sedangkan kaum perempuan baru diperbolehkan sejak tahun 1950 an.
Tarian ini semula hanya digunakan untuk menyebarkan agama saja namun seiring berjalannya waktu tarian ini juga digunakan sebagai sarana hiburan. Tarian ini semakin dikenal masyarakat hingga keluar desa Cupak. Pada akhirnya tarian ini menjadi identitas suku Kerinci bahkan digelar dalam berbagai upacara adat setempat. Hingga saat ini, tari rangguk tak hanya digelar untuk hiburan masyarakat tetapi juga untuk menyambut para tamu.
Properti yang digunakan dalam tarian rangguk ayak adalah pakaian adat khas Kerinci yaitu baju kurung dengan bawahan kuluk. Semenatara itu untuk musik pengiring digunakan rebana dan kendang yang dimainkan oleh penari. Tarian ini semakin lengkap dengan lagu yang dilantunkan oleh dua orang penyanyi. Lagu tersebut berisikan syari riang gembira yang mengagungkan sang Pencipta.
Tak hanya fungsi, Pola lantai yang diterapkan dalam tari rangguk ayak juga mengalami perubahan. Pola lantai pada awalnya yaitu melingkar namun berubah menjadi berdiri sejajar.