Seni

Tari Trunajaya: Sejarah – Fungsi dan Pola Lantai

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bali sangat erat kaitannya dengan kebudayaannya yang terus dilestarikan hingga saat ini. Salah satu kebudayaan Bali yang masih terus lestari hingga saat ini yaitu tari trunajaya. Berikut ini adalah pembahasan mengenai sejarah, makna, fungsi, hingga pola lantai tari trunajaya. 

Apa itu Tari Trunajaya?

Tari Trunajaya merupakan tarian khas yang berasal dari pulau Dewata terutama dari daerah Buleleng. Tarian ini pada awalnya dipentaskan oleh seorang perempuan sebagai hiburan masyarakat. Gerakan dari tarian ini menggambarkan pemuda  yang semangat oleh sebab itu gerakan tarian ini juga termasuk gerakan tarian putra keras. Seiring berjalannya waktu, tarian ini kini bisa dipentaskan oleh lebih dari satu orang.

Sejarah Tari Trunajaya 

Kemunculan tari trunajaya bersamaan dengan eksistensi tarian kekebyaran pada awal abad ke 20. Tarian kekebyaran sangat diterima oleh masyarakat Buleleng pada saat itu. Tari kekebyaran kemudian berkembang menjadi berbagai bentuk tarian lainnya misalnya tari trunajaya. Pencipta tari ini adalah ada Pan Wandres kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh I Gede Manik. Tari ini mendapatkan nama trunajaya yang berasal dari kata teruna yang memiliki makna “pemuda”.

Tarian ini merupakan tarian “bebancihan” pada saat pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat. Disebut demikian karena tarian ini dilakukan oleh seorang pria dengan kostum dan riasan menyerupai wanita. Tarian ini menggunakan alat musik gong kebyar yang mendapat banyak peminat dari kalangan pemuda sehingga tarian ini menyebar dengan sangat mudah. 

Fungsi Tari Trunajaya

Tari trunajaya merupakan tarian yang digunakan sebagai sarana hiburan atau disebut dengan tari “balih-balihan”. Tarian ini terdiri gerakan yang energik  sebab menggambarkan  semangat para pemuda. 

Properti Tari Trunajaya 

Tari trunajaya dalam pagelarannya didukung oleh berbagai properti sebagai berikut ini

  • Udeng : Udeng merupakan hiasan kepala penari. Udeng dalam tarian trunajaya mempunyai ciri khas yang berbeda dari tarian khas Bali lainnya. Pada bagian belakang udeng berupa garuda mungkur, bunga sandat, bunga kuping, dan rumbing  pada bagian lainnya. 
  • Kostum : kostum atau busana yang digunakan oleh penari dalam tarian trunajaya adalah kamen atau dikenal juga dengan nama kancut. Kamen yang digunakan berwarna ungu dengan motif wajik. Selain kamen, penari juga mengenakan baju yang sama dengan tari legong yaitu baju panjang berwarna ungu. Namun ada perbedaan dari keduanya yaitu pada baju panjang tari trunajaya bermotif mas-masan sedangkan baju panjang pada tari legong memiliki motif bun-bunan. 
  • Sabuk dan Ampok-Ampok : Penari dilengkapi dengan sabuk atau ikat pinggang berwarna kuning prada. Tata cara memakai sabuk ini yaitu mulai dari pinggang hingga ke bagian dada penari. Fungsi sabuk yaitu untuk mengencangkan pakaian agar tidak mudah terlepas dari badan sang penari. Selain sabuk, pada bagian pinggang penari juga diberi ampok-ampok. Ampok-ampok yaitu aksesoris pinggang yang terbuat dari kulit sapi yang kemudian diukir dan diberi warna. 
  • Simping Kulit dan Penutup Dada :Simping kulit dikenakan oleh para penari tradisional Bali termasuk dalam tarian trunajaya Simping kulit dipakai untuk menutupi bagian bahu penari. Kemudian di atas simping diberi penutup dada agar simping tidak terlepas. Penutup dada yang digunakan yaitu yang berwarna hitam.
  • Badong : Badong adalah aksesoris leher yang biasanya dikenakan oleh penari tarian khas Bali termasuk dalam tarian trunajaya. 
  • Gelang Kana : Gelang kana adalah aksesoris yang digunakan pada tangan. Terdapat dua jenis gelang kana yaitu kana atas yang digunakan pada tangan bagian atas atau lengang. Sedangkan jenis yang lainnya adalah gelang kana bawah yang digunakan untuk menghiasi tangan bawah atau bagian pergelangan. 

Musik Tari Trunajaya

Sebuah tarian tidak pernah lepas dengan musik sebagai pengiring agar menciptakan sebuah keharmonisan. Pada tari trunajaya musik yang digunakan adalah gong kebyar yang dibagi ke dalam dua jenis yaitu waktu panjang dan waktu pendek.  

Pola Lantai Tari Trunajaya

Pola lantai yaitu penguasaan panggung oleh penari dalam pentasnya. Tari trunajaya menerapkan pola lantai garis melengkung dengan gerakan lembut, lemah gemulai, namun tetap energik. Gerakan tersebut menggambarkan semangat pemuda yang sedang dalam fase menuju dewasa dan sedang memikat hati pujaannya. 

Kesimpulan

Tari trunajaya merupakan tarian khas pulau Bali khususnya dari daerah Buleleng, Bali Utara. Tarian ini terinspirasi dari musik kebyar yang pada saat itu digemari oleh pemuda Bali. Tarian ini telah melalui penyempurnaan yang dilakukan oleh I Gede Manik. Gerakan dari tari trunajaya menggambarkan seorang pemuda yang beranjak dewasa dan hendak memikat wanita pilihannya.

Tarian khas trunajaya kerpa kali dipentaskan untuk hiburan masyarakat. Penari trunajaya merupakan seorang laki-laki yang diberi riasan sehingga terlihat seperti perempuan. Properti yang digunakan penari trunajaya yaitu udeg, baju lengan panjang, kamen, sabuk, hingga gelang kana. Tari trunajaya menggunakan pola lantai garis melengkung.