Sebagai salah satu akar peradaban manusia di zaman kuno dan abad pertengahan, serta tempat lahir dan berkembangnya berbagai agama dunia, Timur Tengah kini menjadi kawasan geopolitik dengan berbagai kepentingan ekonomi, politik, dan budaya.
Kawasan ini menjadi salah satu kawasan di mana pertanian ditemukan secara independen. Timur Tengah juga menjadi tempat kelahiran dan pusat spiritual berbagai agama, seperti Islam, Kristen, Yudaisme Yezidi, Druze, Yarsan, Manichaeisme, dan Mandeanisme, sementara di Iran terdapat Mithraisme, Baha’i, dan Zoroastrianisme.
Peradaban paling awal di dunia juga terbentuk di kawasan Timur Tengah. Seperti Mesopotamia (Sumeria, Akkad, Asyur, dan Babilonia), Mesir Kuno, dan Kish (Levant), semuanya berasal dari wilayah Hilal Subur dan Lembah Nil. Diikuti oleh peradaban di Anatolia (Het, Yunani, Hurria, dan Urartian), peradaban di Iran (Elam, Persia, dan Median), dan Jazirah Arab (Magan, Sheba, Ubar).
Lalu terbentuk berbagai kekaisaran seperti Kekaisaran Neo Asiria di Timur Dekat, Kekaisaran Achaemenid, Kekaisaran Makedonia, Kekaisaran Iran (Kekaisaran Parthia dan Sassanid), Kekaisaran Romawi, dan Kekaisaran Bizantium. Kawasan-kawasan ini menjadi pusat intelektual dan ekonomi Kekaisaran Romawi dan menjadi instrumen untuk mempertahankan kekuasaan mereka.
Sejak abad ke-4 M dan seterusnya, Timur Tengah menjadi pusat dari dua kekuatan utama saat itu, yaitu Kekaisaran Bizantium dan Sassanid. Namun, pada abad ke-7, merupakan awal Zaman Keemasan Islam atau Kekhalifahan Islam, dimulai dengan penaklukan Islam atas kedua wilayah tersebut yang kemudian menyatukan seluruh kawasan Timur Tengah dan menciptakan peradaban Islam yang dominan.
Timur Tengah modern dimulai setelah Perang Dunia I. Kejadian bermula ketika Kesultanan Utsmaniyah yang bersekutu dengan Blok Sentral kalah dari Kerajaan Inggris dan sekutunya, kemudian daerah kekuasaannya dipecah menjadi beberapa negara di bawah mandat Inggris dan Prancis.
Sejak ditemukannya stok minyak mentah yang signifikan di Timur Tengah, memberikan kawasan ini suatu kepentingan strategis dan ekonomi baru di abad ke-20. Tahun 1945 menjadi awal produksi minyak massal, di mana Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, dan Uni Emirat Arab sebagai produsen minyak terbesar. Hal ini menjadikan negara-negara Timur Tengah mendominasi OPEC, dengan Arab Saudi dan Iran sebagai negara dengan cadangan minyak terbanyak di dunia.
Selama Perang Dingin berlangsung, Kawasan Timur Tengah menjadi panggung perjuangan ideologi antara dua negara adikuasa dan sekutu mereka. Amerika Serikat bersama NATO dan Uni Soviet bersama Pakta Warsawa saling bersaing memengaruhi sekutu regional mereka di Timur Tengah. Amerika Serikat berusaha mati-matian mengalihkan dunia Arab dari pengaruh Soviet.
Istilah “Timur Tengah” diciptakan oleh Pemerintah Inggris pada abad ke-19, yaitu sekitar tahun 1850-an di British India Office. Namun, baru dikenal secara luas ketika Alfred Thayer Mahan, ahli strategi Angkatan Laut Amerika, menggunakan istilah ini pada 1902 untuk menunjukkan sebuah kawasan yang memisahkan wilayah Barat (Eropa) dan Timur Jauh, serta sebagai pengganti istilah Timur Dekat.
“The Persian Gulf and International Relations” merupakan artikel yang ditulis oleh Mahan di mana istilah ‘Timur Tengah’ muncul untuk pertama kalinya, dan diterbitkan oleh National Review pada 1902. Artikel tersebut kemudian dicetak ulang di ‘The Times’ yang kemudian pada Oktober 1902 diikuti oleh 20 seri artikel berjudul “The Middle Eastern Question”, yang ditulis oleh Sir Ignatius Valentine Chirol. Dalam seri ini, definisi mengenai Timur Tengah diperluas dengan memasukkan beberapa wilayah Asia yang membentang hingga perbatasan India.
Hingga pada Perang Dunia II, wilayah Timur Tengah bertambah, seperti Turki, pantai timur Mediterania (Timur Dekat), Tiongkok (Timur Dekat). Hal ini menandakan bahwa kawasan Timur Tengah terbentang dari Mesopotamia hingga Burma (daerah antara Timur Dekat dan Timur Jauh, sekarang Myanmar).
Istilah Timur Tengah terlalu sering menimbulkan kebingungan karena perubahan definisinya. Namun demikian, tidak ada daftar resmi mengenai negara-negara Timur Tengah. Namun, dalam definisi kuno, wilayah yang termasuk dalam kawasan Timur Tengah adalah wilayah Arab, semenanjung Anatolia, Thrace Timur, Mesir, Iran, Mesopotamia, Levant, dan Kepulauan Socotra. Kawasan ini mencakup 17 negara yang diakui PBB beserta Wilayah Seberang Laut Britania (British Overseas Territories).
Konsep lain yang lebih luas seperti Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA atau Middle East and North Africa), yang mencakup negara bagian Maghreb dan Sudan, atau Timur Tengah Raya yang juga mencakup negara bagian Afrika Timur, Mauritania, Pakistan, Afghanistan. Terkadang juga menambahkan Asia Tenah dan Kaukasus Selatan.
Berikut ini merupakan daftar negara di kawasan Timur Tengah, antara lain:
Kawasan Timur Tengah yang terbentang dari Asia Barat, antara timur pantai Laut Mediterania dan Samudera Hindia, memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri. Mulai dari kelompok etnis, bahasa, iklim, migrasi, agama, hingga sistem perekonomian.
Bangsa Arab merupakan kelompok etnis terbesar di Timur Tengah, diikuti oleh berbagai etnis di Iran, kemudian bangsa Turki, seperti Azeri, Turkmen Suriah, dan Turkmen Irak.
Sementara etnis asli Timur Tengah selain Arab, ada etnis Aram, Asyur, Baloch, Berber, Druze, Koptik, Siprus Yunani, Kurdi, Lurs, Mandaean, Persia, Shabaks, Zazas, Tats, Samaritans, dan Yahudi.
Kelompok etnis dari Eropa yang akhirnya membentuk diaspora di Timur Tengah ada Albania, Sirkasia (termasuk Kabardian), Bosniak, Tatar Krimea, Franco-Levantines, Yunani, Italo-Levantines, dan Irak Turkmens. Diantara populasi imigran lainnya seperti etnis Tiongkok, Indonesia, Filipina, Pakistan, India, Romani, Afro-Arab, dan Pashtun.
Terdapat enam bahasa teratas dengan jumlah penutur terbanyak di Timur Tengah, di antaranya bahasa Arab, Persia, Turki, Kurdi, Ibrani, dan Yunani. Selain itu, ada sekitar 20 bahasa minoritas yang juga dituturkan di Timur Tengah.
Bahasa Arab dengan segala dialeknya adalah yang paling banyak dituturkan di Timur Tengah. Bahasa Arab formal banyak dituturkan di seluruh Afrika Utara dan di sebagian besar negara Asia Barat. Sementara dialek Arab banyak dituturkan di beberapa wilayah non-Arab di Timur Tengah yang berbatasan dengan negara-negara Arab.
Persia yang menjadi bahasa teratas kedua banyak dituturkan di Iran dan beberapa wilayah perbatasan di negara-negara tetangga. Selain itu, masyarakat Iran juga banyak menggunakan bahasa Iranik Barat lainnya, seperti Achomi, Daylami, dialek Kurdi, Semmani, dan Lurish.
Bahasa Turki adalah bahasa ketiga yang paling banyak dituturkan di Timur Tengah, namun hanya terbatas di negara Turki saja. Bahasa rumpun Turki lainnya seperti Azerbaijan juga banyak dituturkan di Iran. Bangsa Yahudi di Palestina menjadikan bahasa Ibrani sebagai salah satu dari dua bahasa resmi mereka, selain bahasa Arab.
Negara Siprus menjadikan bahasa Yunani sebagai bahasa utama dan resmi mereka. Mereka terdiri dari kelompok kecil yang tersebar di seluruh Timur Tengah. Hingga abad ke-20, bahasa Yunani secara luas juga digunakan di Mesir, dan menjadi bahasa kedua di semenanjung Anatolia, setelah bahasa Turki.
Bahasa Inggris menjadi salah satu bahasa resmi Akrotiri dan Dhekelia, serta diajarkan dan digunakan sebagai bahasa kedua terutama kalangan menengah ke atas bagi masyarakat di Mesir, Yordania, Iran, Irak, Kurdista, Qatar, Bahrain, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Juga menjadi bahasa asli bagi imigran Yahudi di negara-negara Anglophone (Inggris, AS, Australia) serta yang ada di Palestina.
Bahasa minoritas lain yang juga diajarkan dan dituturkan di wilayah Timur Tengah antara lain bahasa Prancis, Armenia, Georgia, Rusia, Sirkasia, Rumania, Bengali, Hindi, dan Urdu.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Timur Tengah merupakan kawasan yang menjadi tempat lahir dan pusat dari berbagai agama dan keyakinan. Beragam agama ada di Timur Tengah, dan dari sekian banyaknya agama dan keyakinan tersebut, Islam merupakan agama terbesar di Timur Tengah.
Mayoritas Muslim Timur Tengah berada di wilayah Arab Saudi yang didominasi oleh Salafisme, Irak, Iran, dan Bahrain yang sebagian besar beraliran Syiah, Oman sebagian besar beraliran Ibadi, dan wilayah lainnya sebagian besar beraliran Sunni. Sistem hukum di negara-negara ini dipengaruhi oleh syariat Islam, namun hanya sedikit yang sepenuhnya didasarkan padanya.
Agama lain seperti Yudaisme dan Kristen juga terwakili dengan baik di sana. Seperti Palestina yang terbagi antara Muslim, Kristen dan Yahudi, serta Lebanon yang juga terbagi rata antara Muslim dan Kristen. Terdapat juga komunitas Kristen asli yang signifikan di Suriah, Mesir, Irak, Yordania. Agama minoritas penting lainnya di Timur Tengah seperti Imam Baha’i dan Yarsanisme juga masih eksis hingga sekarang.
Menurut International Organization for Migration, tercatat telah ada 13 juta migran generasi pertama dari negara-negara Arab ke seluruh dunia, di mana 5,8 juta diantaranya berada di negara-negara Arab lainnya.
Dari tahun 19970-an hingga 1990-an, negara-negara Arab di Teluk Persia telah menyediakan berbagai lapangan pekerjaan bagi para pekerja dari Mesir, Yaman, dan negara-negara lain. Sementara di wilayah Eropa, Levant, telah menyerap banyak pekerja muda dari negara-negara Afrika Utara.
Para ekspatriat dari negara-negara Arab banyak berkontribusi pada sirkulasi modal keuangan dan manusia di wilayah-wilayah tersebut, yang mana mereka mampu mendorong upaya pembangunan daerah. Pada 2009, negara-negara Arab menerima dana aliran masuk dan keluar sebesar $35,1 miliar dolar ke Yordania, Mesir, dan Lebanon.
Perang Saudara Somalia yang terjadi pada akhir 1980-an dan awal 1990-an telah mengakibatkan peningkatan jumlah diaspora Somalia. Sebagian besar orang Somalia yang berpendidikan tinggi memilih untuk pergi ke negara-negara Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Utara guna mencari penghidupan yang lebih baik dan tenang.
Timur Tengah terkenal dengan iklimnya yang panas dan gersang. Namun, tidak semua kawasan Timur Tengah merupakan wilayah bergurun, selain itu salju dan suhu rendah biasa terjadi di daerah pegunungan. Seperti pegunungan di Turki, Lebanon, Irak Utara, Iran, dan Palestina yang mendukung adanya pembangunan resor ski.
Suhu di sebagian besar gurun di Timur Tengah saat siang hari bisa mencapai 52°C. sedangkan di malah hari suhu turun dengan sangat cepat, terkadang hingga di bawah 0°C. Curah hujan di wilayah yang bergurun kurang dari 5 cm3 per tahun. Bahkan, Run al-Khali (gurun besar yang membentang dari Arab Saudi, UEA, Oman dan Yaman) dalam satu dekade penuh bisa tidak pernah diguyur hujan sama sekali.
Sementara di sebagian wilayah lain di Timur Tengah memiliki iklim yang lebih sejuk dan lembap, yang dikenal sebagai stepa atau padang rumput. Berbagai macam rerumputan ,pohon, dan tanaman bisa tumbuh di kawasan ini. Meski pun demikian, tempat ini akan terasa sangat panas di musim panas, dan menjadi lebih sejuk ketika musim dingin tiba.
Di beberapa wilayah seperti Turki, Iran Utara dan Lebanon, suhu akan menjadi sangat dingin ketika musim dingin tiba, terutama di dataran tinggi. Selain itu, hujan dan salju terjadi di bulan-bulan musim dingin. Daerah pegunungan dan eilayah sepanjang pantai Mediterania adalah wilayah dengan curah hujan paling tinggi di Timur Tengah.
Menurut basis data indikator Pembangunan Dunia milik Bank Dunia, tiga ekonomi terbesar Timur Tengah pada 2022 adalah Arab Saudi ($876,150 miliar), Turki ($692 miliar), dan Israel ($520 miliar) dalam hal nominal PDB.
Sementara untuk nominal PDB per kapita tertinggi ada Qatar ($112,789), UEA ($78,255), dan Kuwait ($67,892). UEA ($779 miliar), Israel ($478 miliar), dan Irak ($413 miliar) memiliki ekonomi terbesar dalam hal PDB-PPP.
Struktur ekonomi negara-negara di Timur Tengah berbeda-beda, namun sebagian besar seperti Arab Saudi, UEA, dan Kuwait sangat bergantung pada pada ekspor minyak. Sementara sebagian negara lain, Siprus, Palestina, Turki, Mesir, dan Israel memiliki basis ekonomi beragam.
Sistem industri di kawasan Timur Tengah dibangun oleh minyak dan produk turunannya, pertanian, kapas, ternak, susu, tekstil, instrumen bedah, peralatan pertahanan (senjata api, tank, amunisi, UAV, misil, dan jet tempur), dan produk kulit. Perbankan juga menjadi sektor ekonomi penting, terutama di UEA dan Bahrain.
Berbeda dengan Turki, Siprus, Mesir, Palestina, dan Israel, pariwisata menjadi salah satu penopang perekonomian mereka. Hal ini dikarenakan sifat kawasan mereka yang secara sosial masih konservatif, serta adanya gejolak politik di kawasan tertentu di Timur Tengah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, UEA, Bahrain, dan Yordania mulai mengembangkan fasilitas wisata mereka.