12 Ajaran Buddha Tentang Kehidupan yang Patut di Terapkan

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sang Buddha mengajarkan bahwa segala kejadian yang dialami maupun dihadapi oleh seseorang, sebenarnya adalah netral sifatnya. Berikut adalah supaya seseorang bisa melatih dan mengubah pola pikirnya. Agar memiliki keterampilan untuk menyesuaikan diri antara harapan dengan kenyataan.

1. Berpikir Positif

Segala bentuk permasalahan hidup di dunia yang tentunya dirasakan hanya karena pikiran itu sendiri. Tidak tepat dalam menyikapi kenyataan yang dihadapinya. Segala kenyataan yang ada di dunia ini adalah netral dan tidak memberikan kebahagiaan maupun menyebabkan penderitaan. Akan merasakan kebahagiaan ketika mampu berpikir positif dalam menghadapi suatu kenyataan atau peristiwa.

Jika berpikir negatif, akan merasakan penderitaan pada saat menghadapi suatu kenyataan. Dengan demikian jelas bahwa suatu kejadian yang membahagiakan, mungkin saja menjadi sesuatu keadaan menyedihkan bagi orang lain. Semua perbedaan itu muncul karena sudut pandang tidak sama.

2. Melatih Kerelaan dan Berusaha

Sang Budha mengajarkan tia pilar ajaran pokok, dimana salah satunya adalah kerelaan. Dilatih dengan menggunakan materi sebagai sarana pada tahap awal ini. Dengan adanya rasa rela yang ada di hati, tentunya kita mengutamakan memberikan rasa kerelaan itu kepada yang membutuhkan.

Kondisi batin memang selalu mengharapkan pihak lain untukmendapat dan merasa bahagia. Seseorang juga melaksanakan latihan kerelaandengan hal-hal yang bukan materi selam melaksanakannya. Seseorang semakinbanyak dilatih untuk memperhatikan kesejahteraan.

3. Mengurangi Keinginan

Kerelaan mengurangi keinginan dapat menumbuhkan kebahagiaandengan kenyataan yang dihadapi. Oleh karena itu dengan meningkatkan kualitaskerja mungkin saja dapat digunakan untuk memenuhi sebagian keinginan yangdimiliki. Bersahabatlah dengan waktu sehingga seiring dengan kerja keras, padaakhirnya kebutuhan dapat terpenuhi.

Dengan mengurangi rasa keinginan yang tinggi tanpa kita bisa mencapainya atau tidak bisa mewujudkannya karena keadaan, tentunya rasa kebahagian yang ada pada diri kita tetap terkontrol. Sampai siapa pun yang menggunakan pola pikir seperti ini, dapat lebih mudah menyelesaikan permasalahan hidup dengan hasil kebahagiaan.

4. Mengatasi Kebingungan

Secara khusus, Buddha berkata penyebab terdalam dari masalah dan penderitaan adalah kebingungan. Tentang apa kebingunan kita? Ini tentang beberapa hal.

Sebab kebingungan tentang itu, ketidakterimaan padakenyataan, bertindak dengan cara-cara yang merusak di bawah pengaruh sikap danpersaan gelisah. Jadi coba hilangkan kebingungan dalam diri.

5. Memahami Laku

Sangat penting untuk memahami dengan laku apapun. Walaubagaimana pun, ini akan membantu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan. Meskipunini adalah sepenggal saran yang baik, perlu memhami bahwa ini adalah peringatanterhadap keestreman.

Sebab keekstreman hanyalah untuk belajar dan berusaha memahami ajaran. Tapi jangan pernah menerapkan apapun yang dipelajari ke dalam laku. Masalah utama yang timbul dari keekstreman itu adalah tidak pernah benar-benar memahami cara penerapan laku tersebut pada kehidupan sehari-hari.

6. Menghindari Keekstreman

Perlu menghindari berabgai keeksreman untuk melakukan ini.Seperti tentang menyalahkan orang lain atas masalah-masalah atau menyalahkandiri sepenuhnya. Paling mudah adalah mengubah diri sendiri ketika bisa berusahamembuat orang lain berubah.

Harus berusaha menghindar keesktreman tentang kepedulian dirisendiri secara narsistik. Maka, perbaiki diri adalah sasarannya dalam melakukanini. Perlu menghindari pasangan keekstreman lain juga.

7. Keyakinan Dalam Dharma

Ini yang lain adalah dapat berhasil menerapkan Dharma dalamkehidupan sehari-hari dengan tidak gelisah. Juga perlu mempunyai keyakinanbahwa sebenarnya bisa menyingkirkan berbagai masalah.

Tapi tentu saja sangat sulit memperoleh keyakinan yang teguhdan mendalam agar menyingkirkan semua kebingungan. Supaya tidak akan muncullagi dan keyakinan yang teguh agar memungkinkan untuk memperoleh pencerahan danpembebasan.

8. Mawas Diri

Selain itu, laku Dharma bersifat mawas diri. Cobalah untukpenuh perhatian pada keadaan persaan, semangat, sikap dan pola perilakukomplusif. Khususnya peru waspada terhadap perasaan-perasan yang gelisah.

Ciri-ciri yang menjelaskan sikap atau perasaan gelisah adalahsaat muncul, membuat merasa tidak nyaman. Kehilangan kedamaian cita dan menjaditidak terkendali.

9. Keluwesan

Dituntut banyak keluwesan dan banyak cara yang berbeda untukbenar-benar mampu menerapkan beberapa laku dalam kehidupan sehari-hari. Makabisa melakukan cara itu jika cara itu tidak berhasil.

Milikilah dua atau tiga rencana lain ketika berusahamelakukan sesuatu. Jangan menyerah begitu saja jika rencana A tidak berhasil.Itu karena punya rencana cadangan, yaitu B atau C.

10. Memperoleh Ilham

Ilham bisa diperoleh dari guru-guru rohanni dan juga darikelompok lain ketika memperbaiki diri. Para Buddha atau guru juga tidakberusaha menghilhami dengan tidak berusaha membuat kita terkesan.

Mereka mengilhami secara spontant dan alami dari cara menjalanikehidupan, pekerti dan berurusan dengan banyak hal. Hal yang paling mengilhamiadalah lebih nyata dan membumi.

11. Sadar Kemajuan

Harus menyadari ahwa kemajuan tidak pernah lurus karena ianaik dan turun. Dalam kemajuan, jangan mengharap keajaiban jika inginmenerapkan Dharma pada kehidupan sehari-hari.

Kita telah membuat kemajuan dan itu menghilhami jika sudahmenjadi orang seperti itu. Sebab kita masih memiliki masalah untuk memberikankekuatan untuk maju.

12. Kepercayaan Kepada Mahadewa

Kepercayaan kepada mahadewa menjamin kebahagiaan serta membuat hidup berarti. Atau hanya dengan keyakinan seperti itu, kita dapat mengatasi masalah kita sendiri. Namun jutaan manusia yang juga berbahagia, produktif dan bermoral dalam hidupnya.

Selain mempelajari ajaran buddha, seorang budha yang baik patut menghapalkan dan mengetahui nama buddha dan tugasnya. Dengan demikian, kepercayaan pada bentuk atau ciri maha dewa adalah berarti penting untuk hidupnya. Oleh karenanya seorang umat Buddha hendaknya tetap menghormati mereka yang berkeyakinan seperti itu. Meskipun tidak menganut paham sedemikian bagi dirinya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn