Puisi adalah salah satu karya sastra yang berisi ungkapan perasaan seseorang yang dibubuhi oleh berbagai macam estetika. Salah satu estetika yang terkandung didalamnya adalah Bahasa figuratif atau sering disebut dengan Bahasa kias.
Bahasa figuratif sering digunakan sastrawan untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak langsung untuk mengungkapkan makna. Bahasa figurative atau Bahasa kias ini pada dasarnya digunakan oleh sastrawan untuk memperoleh dan menciptakan citraan.
Bahasa figuratif adalah penyimpangan pengunaan Bahasa oleh penutur dari pemahaman Bahasa yang dipakai sehari-hari, penyimpangan dari Bahasa standar, atau penyimpangan makna kata, suatu penyimpangan rangkaian kata supaya diperoleh beberapa arti khusus. Bahasa kias atau figurative terdiri atas simile, matafora, metonimi, sinekdoke, dan personifikasi.
Seorang penyair dalam menciptakan sebuah puisi tentu tidak lepas dari Bahasa kias atau Bahasa figuratif. selain menambah nilai estetis dalam puisi, Bahasa figuratif juga memiliki hubungan kehidupan realitas. Seperti halnya Bahasa figuratif yang hadir dalam pusi karya Chairil Anwar yang berjudul Hampa berikut.
Hampa
Kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai di puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti
Pada Hampa puisi di atas terdapat beberapa Bahasa figuratif, yakni (a) lurus kaku pohonan, tak bergerak, (b) tak satu kuasa melepas-renggut, (c) tambah ini menanti jadi mencekik, (d) sampai binasa segala, dan € udara bertuba. Setan bertempik.
Dari sejumlah Bahasa figuratif di atas, pembaca dapat mengetahui bahwa penyair mengalami kesepian dan sedang menanti seseorang. Penyair menanti seseorang begitu lama hingga membungkukkan pundaknya sampai tak sanggup lagi menanti.
Bahasa figuratif yang mengandung makna metafora dapat dilihat pada pusi Chairil Anwar yang berjudul Kesabaran berikut ini.
Kesabaran
Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing menggonggong
Dunia jauh mengabur
Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu
Aku hendak bicara
Suaraku hilang, tenaga terbang
Sudah! Tidak jadi apa-apa!
Ini dunia enggan disapa, ambil perduli
Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi
Kuulangi yang dulu kembali
Sambal bertutup telinga, berpicing mata
Menunggu reda yang mesti tiba
Dalam puisi diatas terdapat banyak Bahasa figuratif atau Bahasa kias yang ditonjolkan oleh penyair. Maksud dan tujuan penyair penggunakan Bahasa figuratif dalam puisi diatas adalah penyair ingin memperkuat isi dan makna puisi tersebut.
Penyair menginginkan dengan adanya Bahasa figuratif dalam puisi akan membuat pembaca bisa berpikir lebih keras lagi dalam menginterpretasikan atau memaknai puisi yang berjudul Kesadaran di atas.