Adakalanya di dalam menghadapi perubahan lingkungan baru atau ketika bersentuhan dengan kebudayaan lain, seorang individu bisa saja mengalami keterkejutan dan meninmbulkan ketidaknyamanan psikis dan fisik yang disebut dengan gegar budaya atau culture shock.
Untuk lebih memahami mengenai apa itu culture shock, berikut adalah penjelasan lengkapnya.
Pengertian Culture Shock
Istilah culture shok pertama kali dikemukakan oleh Oberg untuk menggambarkan tentang respon yang mendalam serta negatif dari frustasi, depresi, dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam lingkungan budaya baru.
Culture shock menunjukkan tentang ketiadaan arah, rasa tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana ketika berada di lingkungan yang baru.
Beberapa definisi dari culture shock adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Ward (2001) mengartikan Culture Shock sebagai suatu proses aktif dalam menghadapi perubahan pada saat berada di lingkungan yang tidak dikenal atau tidak familiar. Proses aktif tersebut diantaranya terdiri atass affective, behavior, dan Cognitive.
- Edward Hall (dalam Hayqal, 2011) mendefinisikan Culture Shock sebagai gangguan pada saat segala hal yang biasa dihadapi di tempat asal menjadi sangat berbeda dengan hal-hal yang dihadapinya di tempat yang baru dan asing.
- Adler (dalam Abbasian and Sharifi, 2013) menyebutkan bahwa Culture Shock adalah sebuah reaksi emosional terhadap perbedaan budaya yang tidak terduga dan kesalahpahaman pengalaman yang berbeda, sehingga bisa menyebabkan perasaan tidak berdaya, mudah marah, dan ketakutakan akan di tipu, dilukai maupun diacuhkan.
- Littlejohn (dalam Mulyana 2006) mengemukakan bahwa Culture Shock merupakan perasaan tidak nyaman secara psikis dan fisik yang disebabkan karena adanya kontak dengan budaya lain.
- Kim dalam Martin mengemukakan bahwa culture shock merupakan proses penting yang harus dilewati individu yang berpindah ke lingkungan baru. Individu tersebut harus bisa menghadapi terpaan masalah sosial, psikologis, dan filosofi dari perbedaan budaya.
Penyebab Culture Shock
Secara umum culture shock disebabkan karena ketidakmampuan seseorang untuk segera beradaptasi dengan lingkungan, kebiasaan, cara, atau budaya baru yang banyak atau bahkan sama sekali berbeda dengan kebiasaan atau lingkungan dan kebudayaan lamanya.
Ketidakmampuan beradaptasi itu akan menimbulkan perasaan gelisah, cemas, bingung, dan bahkan bisa sampai pada tahap depresi yang tentu saja akan menimbulkan dampak baik secara psikis maupun fisik bagi seseorang.
Menurut Oberg, terjadinya culture shock dapat dijelaskan oleh beberapa aspek penting berikut ini:
- Adanya ketegangan akibat adanya upaya beradaptasi secara psikologis
- Perasaan kehilangan teman, status, profesi, dan harta
- Menolak atau ditolak oleh anggota budaya baru
- Adanya kebingungan akan peran, harapan, dan nilai
- Perasaan cemas, jijik, dan marah ketika menyadari adanya perbedaan budaya
- Adanya perasaan tidak berdaya karena kurangnya atau ketidakmampuannya dalam mengatasi lingkungan baru.
Tahapan Culture Shock
Ada beberapa tahapan yang akan dilewati oleh individu saat mengalami culture shock. Menurut Oberg, ada 4 tahapan dalam culture shock yang bisa digambarkan dalam kurva U.
Adapun tahap-tahap culture shock menurut Oberg adalah sebagai berikut:
- Honeymoon Stage
Di tahap ini, akan timbul rasa kagum dan antusias dalam diri individu yang baru memasuki budaya baru. Perbedaan antara budaya lama dan budaya baru tidak dirasakanya karena adanya perasaan kagum dengan apa yang tengah ia alami. - Rejection atau Regression Stage
Pada tahap ini muncul culture shock dimana individu akan mulai merasa letih secara fisik dari apa yang ia rasakan pada tahap sebelumnya. Individu yang memasuki tahap ini akan mulai merasakan perbedaan-perbedaan antara budaya baru yang dia hadapi dengan budaya lamanya. Kemudian akan mulai muncul perasaan rindu akan rumah, teman-teman, dan keluarga karena ekspektasi dalam budaya baru yang berbeda. Pada akhirnya akan memunculkan perasaan bahwa budaya asal lebih baik daripada budaya baru yang dihadapinya saat ini. - Adjustment atau Negotiation Stage
Di tahap ini individu secara perlahan mulai beradaptasi dengan budaya barunya. Individu masih menyadari bahwa ada perbedaan antara budaya asal dan budaya barunya, namun dengan semakin sering bertemu orang baru dan mempelajari budayanya, individu tersebut akan mulai bisa beradaptasi. - Mastery Stage
Mastery stage merupakan tahap dimana individu sudah menguasai budaya baru yang ia menetap di sana.
Selain tahapan culture shock versi Oberg, ada pula tahapan-tahapan culture shock lainnya sebagaimana yang disebutkan oleh Adler. Adler mengemukakan fase-fase culture shock menjadi lima bagian yang disebutnya sebagai transitional experience, yakni sebagai berikut:
- Contact
Yaitu fase dimana terjadi kontak pertama individu dengan budaya baru dimana individu masih terbiasa dengan budayanya sendiri. Pada fase kontak ini akan muncul perasaan gembira dan euforia karena memasuki pengalaman baru. Individu merasa terpesona dengan budaya baru yang sangat berbeda dari budaya lamanya. - Disintegration
Fase disintegration ditandai dengan mulai timbulnya rasa kebingungan dan disorientasi. Semakin jelasnya perbedaan budaya yang terlihat, baik dari segi tingkah laku, nilai, dan sikap yang justru mengganggu ekspektasi individu. Hal tersebut membuat perasaan tegang dan frustasi mulai meningkat. Tidak hanya itu, individu juga mulai mengalami perasaan menjadi orang yang berbeda, terisolasi, dan tidak cukup baik. perasaan-perasaan tersebut bisa membawa kepada disintegration of personality sebagai akibat kurangnya kepastian akan identitas dirinya di lingkungan baru. - Reintegration
Fase reintegrasi ditandai dengan mulai adanya penolakan yang kuat terhadap budaya baru. Pada fase ini individu akan cenderung berkumpul dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang sama dengan dirinya. Di fase ini individu harus menentukan apakah dia akan tinggal dan beradaptasi dengan budaya baru atau kembali ke budaya asalnya. - Autonomy
Fase autonomy atau fase kemandirian ditandai dengan mulai meningkatnya rasa pemahaman dan sensitivitas terhadap budaya baru. Individu yang pada awalnya ragu mulai terbiasa dengan situasi yang dialaminya. Individu juga mulai merasa rileks dan bisa memahami orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Kemampuan ini muncul karena kemampuan individu untuk beradaptasi dengan situasi baru serta semakin berkurangnya simbol-simbol budaya lama. - Independence
Fase independence merupakan fase yang ditandai dengan munculnya kemandirian individu dalam sikap, emosi, dan perilaku, sekaligus muncul rasa percaya dan sensitivitas terhadap budaya barunya. Di fase ini, individu telah mampu menerima transisi baru di dalam hidupnya.
Contoh Culture Shock
Salah satu contoh dari culture shock adalah ketika seorang pelajar asal Indonesia melanjutkan pendidikannya ke Universitas di Amerika atau Eropa, dia harus berhadapan dengan bermacam-macam perubahan yang sangat signifikan dengan saat di Indonesia. Beberapa culture shock yang mungkin dialami oleh pelajar tersebut antara lain:
- Gangguan tidur akibat perubahan jam biologis karena perbedaan waktu yang sangat lebar antara Indonesia dengan Amerika atau Eropa.
- Sakit akibat cuaca yang berbeda jauh, misalnya saat musim dingin.
- Hilangnya nafsu makan karena perbedaan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Dampak Culture Shock
Culture shock yang dialami oleh individu dapat menimbulkan dampak baik positif maupun negatif. Dampak positif dari culture shock adalah:
- Melatih kemampuan individu sebagai bagian dari masyarakat multikultural.
- Menjadi kesempatan bagi individu untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai ragam kebudayaan selain kebudayaannya sendiri.
- Individu tidak akan terperangkap oleh budaya yang dapat mengisolasi dirinya sendiri dari masyarakat.
- Melatih kemampuan adaptasi individu terhadap lingkungan dan kebudayaan baru
- Menambah pengalaman sehingga bisa menhindarkannya dari culture shock di masa mendatang
Adapun diantara dampak negatif dari culture shock adalah sebagai berikut:
- Menimbulkan gangguan fisik dan mental, seperti kelelahan dan disorientasi arah
- Memunculkan stressor, seperti masalah dalam berkomunikasi, isolasi, maupun kesulitan menyesuaikan diri
- Munclnya rasa cemas, depresi, dan perasaan tidak berdaya dalam menghadapi berbagai situasi.
- Munculnya sikap pesimis yang dirasakan oleh individu terhadap lingkungan baru tersebut
- Muncul perasaaan takut akan penolakan yang dihadapi seseorang akan budaya baru
Cara Mengatasi Culture Shock
Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi culture shock adalah sebagai berikut:
- Sebelum memasuki suatu lingkungan atau kebudayaan baru, ada baiknya seorang individu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai aturan, budaya, maupun gaya hidup yang ada ditempat baru tersebut.
- Mengembangkan pola pikir terbuka dan mau belajar untuk melihat sesuatu dari perspektif yang lain
- Berusaha melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru dengan cara membangun relasi sosial melalui interaksi dan komunikasi yang baik dengan masyarakat di lingkungan tersebut
- Hindari perasaan membandingkan lingkungan baru dengan lingkungan lama dimana dia berasal.
Kesimpulan Pembahasan
Culture shock atau yang juga disebut sebagai gegar budaya adalah istilah yang menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami keterkejutan, guncangan, disorientasi, maupun masalah psikis dan fisik lainnya yang diakibatkan karena ketidakmampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan dan budaya baru yang jauh berbeda dengan lingkungan dan budaya lama dimana dia tinggal. Penyebab dari culture shock sendiri adalah karena masalah ketidakmampuan beradaptasi, baik itu karena perasaan tegang, kehilangan, menolak maupun ditolak oleh budaya baru dan juga adanya kebingungan akan peran dan statusnya di lingkungan baru tersebut.
Tahapan-tahapan dari culture shock sendiri ada beberapa macam. Menurut Oberg, ada 4 tahapan yang dilalui oleh individu dalam merasakan culture shock, yakni honeymoon stage, rejection atau regression stage, adjustment atau negotiation stage, dan mastery stage. Sementara itu, Adler menyebutkan 5 fase dalam culture shock, yakni contact, disintegration, reintegration, autonomy, dan independence.
Culture shock sendiri memang bisa membawa dampak positif bagi perkembangan karakter individu, namun juga bisa membawa dampak negatif secara fisik dan psikis jika tidak segera diatasi. Untuk itu, seseorang yang hendak terjun atau masuk ke lingkungan dan budaya baru sangat perlu untuk mencari tau mengenai cara-cara mengatasi culture shock ini.