Daftar isi
Ketika seseorang sedang melakukan apresiasi seni di pameran atau dimanapun, seringkali terlontar sebuah kata “aestethic“.
Pun dalam pembahasan pada beberapa artikel, sering disebutkan kata estetika atau keindahan.
Lantas apa yang dimaksud dengan estetika sesungguhnya? Berikut ini merupakan pembahasannya.
Sejarah estetika berawal dari seorang filsuf Yunani yaitu Plato yang menjabarkan bahwa estetika merupakan keindahan dan keharmonisan dari suatu kesatuan menurut proporsinya.
Dari sinilah estetika berkembang di beberapa zaman diantaranya zaman pra modern, modern, dan post modern.
Pada zaman pra modern banyak lahir aliran-aliran seni terutama aliran impresionisme dan ekspresionisme.
Aliran-aliran yang muncul pada zaman pra modern cenderung menampilkan sisi-sisi emosional pada karya seni.
Sedangkan ketika zaman berubah menjadi modern, ciptaan-ciptaan para seniman tersebut lebih difokuskan pada fungsi dan manfaat dari hasil karya itu sendiri.
Meski beberapa aliran masih menempel pada hasil karya seniman-seniman di zaman modern.
Di zaman post-modern, penilaian estetika menjadi berubah tak hanya di bidang keindahan dan fungsinya saja.
Melainkan di zaman ini karya seni seringkali dikaitkan dengan teknologi-teknologi dan pengembangannya.
Berikut ini merupakan beberapa pengertian estetika:
Pengertian Secara Umum
Secara umum estetika memiliki arti sebagai ilmu yang mempelajari mengenai keindahan dalam karya seni tentang bagaimana cara menciptakan dan menikmati keindahan tersebut.
Pengertian Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia estetika merupakan cabang dari ilmu filsafat yang menjabarkan tentang keindahan serta bagaimana manusia dapat merasakan dan peka terhadap keindahan tersebut.
Pengertian Menurut Para Ahli
Ada beberapa fungsi dari estetika diantaranya:
Ada beberapa manfaat dari adanya estetika antara lain:
Ada tiga teori yang mendasari estetika diantaranya:
Teori ekspresionis dalam estetika berkaitan dengan bagaimana suatu hasil karya seni menampilkan ekspresi serta fungsinya.
Dalam hal ini teori ekspresionis tidak memikirkan tentang bagaimana bentuk dari hasil karya seni, melainkan melihat dari sisi rasa yang ditunjukkan melalui hasil karya seni tersebut.
Sisi rasa yang ditunjukkan bisa dilihat dari bagaimana hubungan antara gaya tarik suatu karya seni dengan bahan-bahan yang membentuknya dapat saling berkaitan.
Teori formil dalam estetika lebih cenderung menyatakan bahwa suatu hasil karya seni berkaitan dengan bentuk berupa dimensi, ketinggian, serta warna.
Rasa kagum akan suatu karya seni diibaratkan sebagai bentuk dalam teori formil.
Sehingga tidak ada pengaruh lain yang masuk ke dalam teori ini kecuali hanya dimensi, tinggi dan warna.
Pada teori formil, segalanya berkaitan dengan konsep akan bentuk-bentuk yang indah.
Teori ini berkaitan dengan sisi psikologi dari para penikmat hasil karya seni.
Hal ini bisa berkaitan dengan cara penikmat berhubungan dengan hasil karya tersebut, berhubungan dengan berbagai macam reaksi emosional yang tercampur pada karya seni dan juga berhubungan dengan rasa puas yang ada di dalam dirinya.
Ada tiga unsur yang membentuk estetika diantaranya:
Unsur rupa merupakan suatu unsur estetika yang berkaitan dengan tampilan atau wujud dari suatu objek hasil karya seni.
Unsur ini menjabarkan tentang bagaimana bentuk, struktur dan susunan suatu objek tersebut memiliki nilai-nilai keindahan yang pas dan saling berkaitan.
Unsur konten merupakan suatu unsur dalam estetika yang berkaitan dengan isi atau pesan pesan yang tersirat dalam suatu karya seni.
Isi dalam suatu karya seni ini akan dinilai apakah pesan di dalamnya dapat tersampaikan dengan baik kepada para penikmat atau justru sebaliknya.
Unsur penyajian di dalam suatu estetika berkaitan dengan bagaimana suatu karya seni yang telah diciptakan dapat disajikan atau ditampilkan dengan sangat baik kepada para penikmat.
Unsur ini dipengaruhi oleh bakat serta keterampilan yang dimiliki seorang seniman dan sarana serta media yang digunakan dalam penyampaian hasil karya seni.
Ada tiga aspek dalam estetika antara lain:
Aspek absolutisme merupakan aspek dalam menilai suatu hasil karya berdasarkan aturan-aturan dan pedoman-pedoman seni yang ada.
Aspek penilaian estetika jenis ini bersifat absolut, mutlak atau tidak dapat diganggu-gugat, serta dapat dipertanggung-jawabkan.
Aspek anarki merupakan aspek dalam menilai hasil karya seni yang bebas menurut pendapat masing-masing orang.
Namun meskipun penilaian estetika dalam aspek ini dapat dilakukan dengan bebas, tetap harus mengikuti kaidah-kaidah atau aturan-aturan seni yang ada.
Aspek anarki ini bersifat subjektif dan tidak perlu membutuhkan adanya pertanggung-jawaban.
Aspek relativisme merupakan jenis aspek dalam penilaian estetika suatu hasil karya seni yang bebas dan tidak perlu memperhatikan aturan-aturan atau kaidah-kaidah.
Aspek estetika ini bersifat objektif, tidak mutlak, dapat berubah dan tidak membutuhkan adanya pertanggung-jawaban.
Ada beberapa contoh nilai estetika diantaranya: