Daftar isi
Sudah menjadi pengetahuan umum bila Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan kualitas pendidikan terbaik. Bersaing dengan negara-negara tetangganya, seperti Cina dan Jepang.
Hal tersebut tak mengherankan jika kita menengok apa yang disajikan dalam drama seriesnya yang mendunia. Kita dapat melihat bagaimana sinergi dari orang tua yang sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya, sekolah yang ketat dengan sistem dan peraturannya, juga siswa yang begitu kompetitif, membuat standar pendidikan di Korea Selatan demikian tinggi.
Bahkan, begitu pedulinya Korea Selatan dengan pendidikan, saat para siswa akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, kegiatan publik akan ditunda hingga beberapa waktu. Dan para orang tua atau kerabat umumnya akan menunggu di depan gerbang gedung tes untuk mendukung anaknya dengan membawa berbagai atribut.
Lantas, apa sajakah fakta-fakta menarik lainnya mengenai pendidikan di Korea Selatan? Berikut akan kita bahas satu persatu.
Para siswa di Indonesia sering kali mengeluh akan panjangnya jam belajar di sekolah-sekolah umum Indonesia, yang umumnya berkisar antara lima hingga delapan jam perhari untuk jenjang SD hingga SMA. Namun nyatanya hal ini tak sebanding dengan jam belajar di sekolah Korea Selatan.
Untuk siswa di jenjang sekolah dasar saja, mereka biasa menghabiskan minimal enam hingga tujuh jam perhari di sekolah. Sedangkan untuk tingkat SMP, waktu belajar sekitar tujuh hingga sembilan jam perhari. Dan untuk SMA sekitar sepuluh hingga sebelas jam perhari. Bahkan, itu pun belum termasuk jam belajar secara mandiri di sekolah yang biasanya berlangsung hingga pukul sepuluh atau sebelas malam.
Jadi tak mengherankan bila tengah berada di Korea Selatan dan menemukan remaja yang menjelang tengah malam namun masih mengenakan seragam sekolah.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam duduk belajar di sekolah, para siswa di Korea Selatan umumnya akan mengikuti bimbingan belajar sepulang sekolah. Terutama untuk siswa di tingkat SMA.
Dapat dikatakan, masa terberat pelajar di Korea Selatan adalah saat berada pada tingkat SMA. Terutama pada tingkat akhir. Sebab hampir sepanjang hari mereka akan menghabiskan waktu untuk belajar dan latihan soal. Baik di sekolah, di tempat les, bahkan setelah pulang ke rumah. Hal ini menyebabkan siswa SMA seringkali kekurangan waktu tidur karena barus tiba di rumah lewat tengah malam.
Memang tidak semua siswa di Korea Selatan mengikuti bimbingan belajar, namun banyak dari mereka yang melakukannya. Para orang tua pun tak sungkan mengeluarkan uang berjuta-juta tiap bulan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.
Jenis les atau bimbingan belajar yang diikuti para siswa di Korea Selatan pun beragam. Tak hanya yang berhubungan dengan nilai akademik, namun juga keterampilan lain, seperti seni atau bela diri.
Untuk jumlah mata pelajaran, Korea Selatan dan Indonesia tak berbeda. Ada beberapa mata pelajaran penting seperti matematika, bahasa Korea, bahasa Inggris, juga rumpun IPA dan IPS. Dengan mata pelajaran tambahan seperti seni dan olahraga.
Sekolah-sekolah di Korea Selatan juga menyediakan berbagai macam ekstrakurikuler yang umumnya diikuti siswa demi menyempurnakan portofilio mereka untuk mendatar ke universitas impian nantinya.
Menjadi salah satu negara dengan kulitas pendidikan terbaik, serta menjadi negara dengan perkembangan terknologi yang demikian pesat, tak mengherankan jika sekolah-sekolah di Korea Selatan dilengkapi berbagai fasilitas elektronik. Seperti LCD yang sudah terinstal di tiap kelas serta proyektor dan komputer-komputer canggih yang menjadi media belajar.
Tak hanya itu, fasilitas seperti perpustakaan, gimnasium, dan bahkan kantin di sekolah-sekolah Korea Selatan pun begitu memadai. Membuat para siswa nyaman dalam menempuh pendidikan. Namun, kelengkapan fasilitas yang dapat dinikmati para siswa ini pun tentunya membuat biaya pendidikan menjadi cukup mahal.
Waktu belasan jam yang para siswa SMA habiskan untuk belajar sebetulnya tujuannya adalah untuk bisa masuk universitas. Sebab tingkat kesulitan tes masuk perguruan tinggi di Korea Selatan—terutama top three—sangatlah tinggi.
Top three universitas di Korea Selatan dikenal dengan sebutan ‘SKY’. Singkatan dari Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University. Begitu sulitnya menembus tiga universitas ini, digadang-gadang hanya satu persen orang Korea Selatan yang dapat masuk Seoul National University.
Karena penting dan sulitnya tes masuk inilah yang membuat hari tes masuk universitas tersebut sangatlah istimewa. Segala sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasi para peserta tes akan ditunda atau ditangguhkan sementara.
Pada hari tes masuk universitas, toko-toko di Korea Selatan akan buka lebih lambat. Kendaraan-kendaraan berat akan dilarang melintas, bahkan pesawat dapat ditunda keberankatannya. Dan para orang tua biasanya akan menunggu sekaligus menyemangati anaknya di depat gerbang tempat tes berlangsung atau berdoa di kuil.
Bila melihat semua perjuangan untuk lulus tes masuk perguruan tinggi ini, rasanya UN yang dulu menjadi polemik di Indonesia tak ada apa-apanya, bukan?