Manusia diciptakan sebagai makhluk yang terbaik dan sempurna, seperti yang tertera pada Al Quran.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS 95:4).
Mulanya Allah menciptakan manusia dari tanah liat yang kering berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk (min shal-shalin min hamain masnun).
“Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS 15:26).
Kemudian penciptaan berikutnya dari saripati tanah (min turabin).
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya). “(QS 40:67).
Kemudian dari saripati tanah (min sulalatin min thin).
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS 23:12-14).
Penyebutan kata “tanah” dengan beberapa istilah oleh Tuhan di dalam Al-Qur’an, menurut para ahli menunjukkan bahwa penciptaan manusia memang dari berbagai jenis dan unsur yang terkandung pada tanah, seperti tanah liat, tanah lempung, pasir, bebatuan, partikel-partikel lainnya, dan salah satu unsur penting adalah air.
Maka pada beberapa ayat Al-Qur’an disebutkan bahwa Tuhan menciptakan segala yang hidup di bumi ini, seperti hewan, tumbuhan, termasuk juga manusia dari unsur air, unsur-unsur tambang dan humus.
“… dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS 21:30).
Kemudian lihat: hewan dari air (QS An-Nur 24:45) termasuk manusia (QS Al-Furqan, 25:54). Pada QS Al-Mu’minun 23:12-14 disebutkan proses kejadian manusia yang berasal dari sari pati tanah, tersimpan di dalam rahim (kandungan ibu), menjadi segumpal darah, kemudian terjadi proses pembentukan dalam rahim.
Berbagai macam bunyi ayat yang menjelaskan bahan baku tanah tersebut, misalnya turob artinya debu; shal-shal min hamain masnun artinya tanah kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk; sulalah min thin artinya saripati tanah.
Ketika sudah berbentuk manusia, sudah sempurna kejadiannya, maka Allah meniupkan ke dalam unsur tanah itu, ruh (ciptaan-Nya) dan bayi dalam kandungan itu hidup. Unsur tanah sifatnya rendah, berada di bawah dan kotor. Sedangkan unsur ruh sebaliknya, sifatnya suci, tinggi, halus, non materi.
Perpaduan kedua sifat itu menjadikan manusia bersifat unik. Di dalam diri- nya terkandung sifat-sifat yang saling bertentangan dan saling mempengaruhi. Sifat tanah yang rendah membawa dan mengajak kepada kehendak yang kotor, dan kasar. Sedang sifat ruh yang halus dan tinggi mengajak pada kebaikan, dan membawa kepada martabat yang tinggi.
Dalam segi bahasa dua unsur itu sering disebut dengan istilah raga dan jiwa, jasmani dan ruhani, fisik dan mental, lahir dan batin. Dengan adanya dua unsur tersebut masing-masing bertolak belakang, membuat manuusia sering tidak konsisten dalam ucapan, tindakan dalam perbuatannya.
Kadangkala bicara A, dan kadangkala bicara B. Sebentar hendak ke masjid, dan pada waktu yang bersamaan kuat dorongan untuk ke mall, dan meninggalkan shalat. Sekarang berzikir, setelah itu bergosip, membicarakan celaan orang, dsb.