Daftar isi
Setelah mempelajari hukum proust dan hukum newton, kali ini kita akan mempelajari hukum kekekalan massa.
Sebenarnya kekekalan massa sudah dibuktikan pertama kali oleh kimiawan Rusia bernama M.V. Lomonosov, karena masalah bahasa, akibatnya karyanya tidak dikenal di bagian Eropa barat.
Ditempat yang terpisah, seorang kimiawan Perancis, Antoine Lavoisier melakukan hal yang sama.
Namun, dengan menggunakan neraca kimia (modern) untuk menunjukan bahwa jumlah dari massa hasil reaksi kimia sama dengan jumlah massa reaktan.
Karena hal itu, Lavoiser dianggap menjadi Bapak Kimia Modern. Lalu bagaimana memahami Hukum Kekekalan Massa ini? akan dijabarkan dibawah ini.
Hukum kekekalan massa atau biasa disebut oleh kimiawan sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier.
Hukum kekekalan massa adalah hukum yang menyatakan bahwa massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut.
Asal teori ini ditemukan dan dikemukakan pertama kali oleh seorang ilmuwan yang bernama Mikhail Lomonosov pada tahun 1784.
Kemudian teori ini diformulasikan kembali oleh seorang ilmuwan dari Perancis pada tahun 1789 yaitu Antoine Lavoisier yang mendapat julukan Bapak Kimia Modern.
Maka dari itu hukum kekekalan massa ini disebut juga hukum Lomonosov-Lavoisier. (Penggabungan dari dua nama penemu tersebut)
Bunyi dari hukum kekekalan massa adalah
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap/konstan.”
Massa dari suatu sistem yang tertutup tidak akan mengubah massa sebelumnya.
Lavoisier meneliti reaksi cairan merkuri dengan gas oksigen dalam suatu wadah di ruang tertutup sehingga menghasilkan merkuri oksida yang berwarna merah.
Awalnya tabung penampung udara dihubungkan di alat pemanas, kemudian Lavoisier meletakkan mercury calx di atasnya.
Lalu zat tersebut dipanaskan pada suhu tertentu. Hasil pemanasan selama jangka waktu tertentu ini menghasilkan gas oksigen (O2) dan logam mercuri.
Lalu, apabila pemanasan ini dibalik, yaitu dilakukan pemanasan terhadap oksigen dan logam merkuri, maka akan dihasilkan senyawa merkuri oksida.
Hasil ini menunjukkan suatu keunikan. Massa oksigen yang dihasilkan dari pemanasan merkuri calx sama dengan massa oksigen yang dibutuhkan untuk memanaskan logam merkuri untuk menghasilkan senyawa tersebut.
Lavoiser merumuskan persamaan reaksinya:
[2HgO -> 2Hg + O2]
Contoh persamaan reaksinya:
Fe(s) + S(s) -> FeS(s)
(28 gram) (16 gram) (44 gram)
(56 gram) (32 gram) (88 gram)
(112 gram) (64 gram) (176 gram)
Soal 1
Besi direaksikan dengan belerang, data-data sebagai berikut.
Fe + S → FeS
(56 gram) (32 gram) (88 garam)
Jika besi belerang yang dapat direaksikan masing-masing 64 gram, maka hitunglah massa besi dan belerang yang bereaksi, massa FeS yang terbentuk, dan massa zat yang tersisa!
Jawaban: Dari data reaksi diperoleh persamaan sebagai berikut.
Massa Fe : S : FeS = 56 : 32 : 88
Jika 64 gram S habis bereaksi, maka Fe yang dibutuhkan adalah:
56/32 x 64 gram = 112 gram [tidak mungkin karena Fe yang ada hanya 64 gram].
Berarti zat yang habis bereaksi adalah Fe = 64 gram
S yang dibutuhkan adalah 32/56 x 64 gram = 36,6 gram
S sisa adalah [64-36,6] gram = 27,4 gram
FeS yang terbentuk = 88/56 x 64 gram = 100,6 gram.
Massa zat sebelum reaksi = massa Fe + S yang direaksikan
= [64+64] gram = 128 gram
Massa zat setelah reaksi = massa FeS + S sisa = [100,6 + 27,4] gram = 128 gram.
Soal 2
Sebanyak 18 gram glukosa dibakar dengan oksigen menghasilkan 26,4 gram gas karbon dioksida dan 10,8 gram uap air. Berapa gram oksigen yang telah bereaksi pada pembakaran tersebut?
Persamaan reaksinya:
C6H1206(s) + 6O2(g) -> 6CO2(g) + 6H2O(l)
(18 gram) (x gram) (26,4 gram) (10,8 gram)
Menurut hukum kekekalan massa:
(Massa sebelum bereaksi = Massa sesudah bereaksi)
(18 + x)gram = (26,4+10,8) gram
(18 + x)gram = 37,2 gram
x = (37,2-18) gram = 19,2 gram
Maka massa gas oksigen adalah 19,2 gram.