Daftar isi
Pakaian adat adalah pakaian tradisional yang digunakan oleh kelompok etnis tertentu. Umumnya jenis pakaian yang dikenakan akan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, budaya dan geografis kelompok tersebut. Masing-masing etnis memiliki ciri khas yang kemudian menjadi identitas mereka.
Perbedaan pakaian adat antar kelompok ini lah yang menjadi pembeda sekaligus kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tak jarang dalam satu kelompok etnis tertentu memiliki lebih dari satu jenis pakaian adat. Berikut ini adalah pakaian adat yang ada di Bali beserta penjelasannya.
Salah satu pakaian adat Bali yang umum dikenal banyak orang adalah Payas Agung yakni sebuah pakaian tradisional yang hanya digunakan pada waktu tertentu seperti pernikahan, ritual potong gigi atau mesagih, munggah dhewa, ngaben, dan ritual lainnya.
Payas Agung memiliki ciri khas yakni pada warnanya yang dominan emas serta mahkota yang tinggi untuk sang wanita. Sementara itu kain pakaiannya didominasi oleh warna merah menyalah dan terkesan mewah.
Ketika mengenakan pakaian adat Payas Agung mempelai wanita akan dilengkapi dengan riasan khas yang mana terdapat simbol agama Hindu (Bindi) di kedua alisnya. Pada zaman dahulu Payas Agung hanya dikenakan oleh para bangsawan saja namun kini semua kalangan boleh memakainya.
Jangkep dalam bahasa lokal Bali artinya adalah lengkap. Sehingga maksud dari pakaian adat Payas Jangkep adalah pakaian adat Bali yang lebih lengkap daripada pakaian Payas Agung baik dari segi riasan maupun aksesorisnya. Meski lebih lengkap namun mahkota yang dikenakan pada pakaian ini tidak seberat yang ada di Payas Agung.
Wanita akan mengenakan atasan berupa kebaya brokat khas Bali lengkap dengan korsetnya. Para lelaki akan mengenakan baju safari dan dilengkapi dengan keris khas Bali dan kain tenun songket. Payas Jangkep biasanya digunakan pada waktu lamaran.
Payas Madya adalah turunan dari Payang Jangkep namun lebih sederhana tetapi tetap formal. Pakaian ini umum digunakan untuk menghadiri upacara atau ibadah ke pura. Pakaian ini adalah pakaian kelas menengah yang artinya tidak begitu mewah namun juga tidak terlalu sederhana.
Pakaian ini didominasi oleh warna putih dengan konsep Swastika atau tapak dara. Bagian kepala hingga leher disebut dengan Dewa Angga, bagian leher ke pusar disebut Manusia Angga dan pusar ke kaki disebut Buta Angga.
Payas Alit adalah pakaian adat Payas Madya namun lebih sederhana lagi dan terkesan lebih santai namun tetap menjunjung nilai kesopanan.
Pada pakaian ini boleh diperkenankan kaos atau kemeja putih sebagai atasan namun bagian bawah tetap menggunakan kain tradisional. Untuk sang wanita umumnya menggunakan kebaya berwarna putih.
Pakaian ini boleh digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga kerap digunakan untuk pergi sembahyang ke pura dan untuk pakaian sehari-hari
Dibandingkan dengan pakaian Payas lainnya, pakaian yang disebut juga dengan nama Payas Nista ini adalah yang paling rendah tingkatannya. Pada zaman dahulu pakaian ini adalah pakaian yang biasa digunakan oleh golongan rakyat biasa.
Kebaya adalah pakaian yang lekat dengan kebudayaan Indonesia termasuk Bali. Pakaian ini dikhususkan untuk wanita dan umumnya terbuat dari kain renda. Bagian yang membedakan kebaya Bali dengan kebaya Jawa adalah lengan bajunya yang lebih terbuka serta memiliki warna yang lebih cerah.
Namun pada saat acara berduka kebaya yang digunakan cenderung berwarna gelap untuk menunjukkan rasa berduka. Ciri khas lainnya dari kebaya Bali adalah ketika mengenakannya akan dikombinasikan dengan selendang prada yang dililitkan ke pinggang.
Kain Kamen adalah kain yang digunakan oleh orang-orang Bali untuk bagian bawah baik wanita maupun laki-laki. Kamen laki-laki hampir mirip dengan kain sarung namun memiliki corak persegi yang lebih mencolok. Sementara itu Kamen yang dikenakan oleh wanita memiki warna yang lebih bervariasi.
Tak hanya motif yang berbeda, cara menggunakan kain Kamen antara wanita dan laki-laki juga berbeda. Pada laki-laki harus diberi jarak satu jengkal dengan diatas telapak kaki.
Hal ini bermakna seorang pria adalah pemimpin yang memiliki tanggung jawab yang besar sehingga harus selangkah lebih jauh dari wanita. Sedangkan Kamen wanita berjarak satu telapak tangan dari telapak kaki karena langkah perempuan lebih pendek.
Adapun cara melilitkan kain ini adalah dari kiri ke kanan untuk pria dengan membiarkan ujung simpul menyentuh tanah untuk melambangkan bakti kepada tanah air. Sementara itu perempuan menggunakannya dari kanan ke kiri yang dimaksudkan agar menjadi penyeimbang laki-laki.
Saput adalah kain yang ada di bagian luar dari kain Kamen dengan ciri khas dari kain ini yakni motifnya yang kotak-kotak. Kain ini digunakan dalam ritual-ritual keagamaan dan juga upacara pernikahan.
Sama halnya seperti kain Kamen, kain saput juga memiliki cara penggunaannya sendiri yakni berlawanan dengan arah jarum jam. Jarak antara tinggi Kamen dengan Saput yakni sekita satu jengkal.
Kain Saput memiliki tiga jenis berdasarkan warnanya. Jenis yang pertama hanya memiliki dua warna yakni hitam dan putih yang disebut dengan Saput poleng Rawa Bhineda.
Jenis kedua memiliki tiga warna yakni putih, hitam, dan abu-abu yang disebut dengan Saput poleng Sudhamala. Jenis yang terakhir adalah yang memiliki warna putih, hitam dan merah disebut sebagai saput Poleng Tridatu.
Baju Safari adalah pakaian khas Bali khusus untuk pria. Baju Safari mirip seperti kemeja dengan warna putih bersih pada umumnya. Namun bagi masyarakat Bali baju safari kental akan filosofinya.
Selama mengabaikan pakaian ini pemakai nya harus menjaga kesopanan dan kebersihan diri. Meski terlihat sederhana namun pakaian ini umum digunakan dalam upacara dan ritual keagamaan.
Sabuk Prada adalah kain yang melilit pada bagian pinggang baik pria maupun wanita. Pada pria sabuk Prada digunakan untuk menahan kain Kamen sedangkan pada wanita digunakan untuk memperindah agar lebih terlihat anggun.
Sabuk Prada pada wanita memiliki filosofi yakni melindungi diri dan bagian rahim. Pada umumnya sabuk Prada memiliki warna yang kontras dan cenderung mencolok.
Umpal adalah selendang kecil dan terkadang disebut juga sebagai senteng. Selendang ini digunakan pada pria untuk mengikat kain Kamen dan Saput.
Ada tata cara tersendiri dalam mengenakan umpal yakni dengan menggunakan simpul hidup di sebelah kiri dan harus terlihat tidak tertutup pakaian. Makna dari selendang ini adalah untuk menahan diri dari segala nafsu duniawi.
Ketika membahas pakaian tradisional Bali maka lekat kaitannya dengan penutup kepala yang disebut dengan udeng. Penutup kepala ini khusu dikenakan untuk para laki-laki untuk menghadiri acara tertentu seperti dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Namun jika hendak beribadah ke pura maka diwajibkan untuk mengenakan udeng yang berwarna putih. Warna tersebut melambangkan kembalinya jiwa manusia ke fitrahnya, kejernihan, kemurnian, dan ketenangan batin. Sedangkan untuk acara kematian berwarna hitam sedangkan untuk sehari-hari bisa selain dari dua warna tersebut.