Sosiologi

4 Kasta di Bali Beserta Penjelasannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam budaya dan toleransi yang sangat tinggi. Keindahan alam yang ada di Bali, membuatnya menjadi salah satu iconic wisata di Indonesia.

Selain memiliki beragam budaya, Bali juga mempunyai sistem kasta yang sudah ada semenjak runtuhnya Kerajaan Majapahit.

Kasta di Bali di wariskan secara turun temurun berdasarkan garis keturunan. Sistem kasta digolongkan berdasarkan pekerjaan leluhur mereka. Sistem kasta di Bali dibagi menjadi empat. Berikut pembahasannya.

1. Sudra

Sekitar 90% penduduk Bali berkasta sudra. Kasta ini yang paling banyak ada di Bali.

Orang-orang dari kasta Sudra, dulunya memiliki nenek moyang yang bekerja sebagai petani.

Biasanya orang-orang yang berkasta Sudra memiliki nama Putu, Wayan, Gede, Made, Kadek, Komang, Nyoman, dan Ketut.

2. Waisya

Orang-orang dari kasta Waisya dulunya memiliki nenek moyang yang bekerja sebagai pedagang. Biasanya orang-orang dari kasta Waisya memiliki nama Si, Sang, Ngakan, dan Kompyang.

3. Ksatria

Orang-orang dari kasta Ksatria dulunya memiliki nenek moyang yang bekerja di kerajaan seperti prajurit, bangsawan, dan raja.

Orang-orang dari kasta Ksatria memiliki nama Anak Agung, Gusti, Cokorda, Desak, dan Dewa Ayu. Perbedaan kasta sudah terasa pada kasta ini, rumah mereka disebut Puri dan Jero.

4. Brahmana

Orang-orang dari kasta Brahmana dulunya memiliki nenek moyangnya adalah pemuka agama atau orang-orang yang dianggap suci.

Nama orang-orang dari kasta Brahmana adalah Ida Bagus dan Ida Ayu. Rumah mereka disebut Geria. Kasta Brahmana ini merupakan kasta yang paling tinggi di Bali.

Di Bali, ketika seorang wanita menikah anaknya harus meingikuti nama kasta dari suaminya.

Jika wanita Bali ‘berkasta‘ menikah dengan pria yang ‘tidak berkasta’ maka anaknya harus mengikuti kasta ayahnya.

Maka garis keturunan wanita ‘berkasta’ tersebut akan hilang. Sebaliknya, jika pria ‘berkasta’ menikah dengan wanita ‘tidak berkasta’, maka garis keturunannya akan tetap ada karena sang anak pasti mengikuti kasta ayahnya.