Disiplin sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita, namun terkadang saat kata-kata disiplin terdengar kita sering mengaitkannya dengan suatu hukuman, perlakuan yang keras kaku dan membuat kita tidak bisa bergerak. Dalam sebuah literatur disiplin disebut sebagai upaya untuk mengontrol dan menghukum perilaku buruk. Disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan ketaatan atau kepatuhan terhadap suatu peraturan.
Tanpa kedisiplinan bisa dibilang semua sendi kehidupan akan kacau balau. Manusia akan hidup tanpa aturan, sesuka hati, hukum dan aturan akan dianggap tidak penting. Jika itu berlangsung sudah pasti kehancuran suatu peradaban bisa terjadi. Kedisiplinan harus diajarkan sejak dini. Karena tanpa kedisiplinan anak-anak akan dijauhi oleh teman-teman sebayanya. Anak yang tidak disiplin bisa dianggap sebagai anak yang menyebalkan karena tidak mentaati aturan yang ada dan berlaku semaunya. Alhasil dia akan sulit untuk mendapatkan teman yang kemudian berimbas pada kebahagiannya juga.
Dalam bernegara kita sebagai warga negara juga harus disiplin. Disiplin dalam bernegara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan perwujudan dan sikap mental suatu bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan dan hukum yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Dalam berdisiplin dibutuhkan kesadaran yang tinggi serta kesediaan dari semua warga. Antrean merupakan salah satu bentuk kedisiplinan di mana yang pertama datang mendapatkan kesempatan pertama, mereka yang datang berikutnya harus mengantre di belakang orang pertama untuk mendapatkan kesempatan tersebut.
Tanpa adanya kesadaran dan kedisiplinan hal ini tidak mungkin terjadi. Semua rang dengan kalap mengerumuni apa yang dibutuhkan untuk kemudian berebut dan saling sikut, dapat dipastikan kondisi akan menjadi kacau dan tidak terkendali. Jika semua warga negara disiplin semua akan tertata dengan baik. Tidak ada saling serobot, saling sikut, saling berebut, kondisi lingkungan jelas akan menjadi tertib dan kondusif. Kedisiplinan secara tidak langsung akan berdampak pada kemajuan, ketenangan dan stabilitas suatu negara. Negara-negara yang paling disiplin di dunia adalah:
Orang-orang di Jepang diperkenalkan dengan kedisiplinan sejak dini. Disiplin atau shitsuke dalam bahasa Jepang artinya sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati peraturan di sekitar mereka.
Sejak kecil orang Jepang diajarkan untuk sadar, peduli dengan lingkungan sekitarnya terutama kepada orang-orang disekitarnya. Komunitas mempunyai nilai yang tinggi dalam budaya Jepang dibanding individualitas, karena itulah mereka sangat menghargai kedisiplinan dan keharmonisan agar kehidupan bermasayarakat dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu masyarakat Jepang mempunyai rasa tanggung jawab bersama yang tinggi, hal ini banyak dipengaruhi oleh mayoritas kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jepang yaitu agama Shinto.
Dalam kepercayaan Shinto mereka harus mengerjakan segala sesuatu dengan upaya terbaiknya apapun tugas yang mereka dapatkan.
Kepercayaan ini juga membuat mereka sangat patuh kepada figur otoritas. Letak geografis negara Jepang yang membuat negara mereka rawan bencana juga membentuk masyarakatnya menjadi lebih patuh, terorganisir dan disiplin.
Masyarakat Jerman mempunyai satu pedoman “Ordnung muss sein” atau “Harus ada aturan” yang menjadi dasar dalam keseharian mereka. Pedoman tersebut benar-benar melekat dan mendarah daging pada masyarakat Jerman sehingga meskipun mereka tinggal di negara lain mereka tetap mempraktekkannya dengan baik.
Contoh kecil, botol plastik harus dikelompokkan sesuai warnanya sebelum di masukkan ke sentra daur ulang. Karena sudah terinternalisasi maka masyarakat Jerman sangat disiplin dan patuh pada aturan-aturan yang ada.
Pedoman itu menjadi mendunia ketika pada tahun 1934 presiden terakhir Republik Weimar (sekarang Jerman) Paul Von Hindenburg manjadi cover majalah Times dengan Tulisan “Ordnung Muss Sein” tercetak dibawahnya, sejak saat itulah pedoman itu menjadi semakin “terikat” dengan masyarakat Jerman.
Sejak kecil anak-anak di Belanda terbiasa dengan rutinitas. Anak-anak tidur lebih awal di waktu yang sama untuk menciptakan kebiasaan yang baik bagi anak sejak dini. Orang Belanda sangat disiplin dan tepat waktu, karena bagi mereka waktu itu sangat berharga untuk itu mereka terbiasa membuat jadwal kegiatan harian.
Jadi kalau kita membuat janji bertemu dengan orang Belanda sebaiknya kita datang lebih awal dan harus memberi kabar jauh sebelum waktu bertemu jika kita meembatalkannya. Sama seperti orang Jerman, mereka juga sangat tertib dan mematuhi aturan sampah dipisah berdasarkan jenisnya, jika kita tidak mengikuti aturan pemilahan sampah akan ada denda yang menanti.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Singapura merupakan salah satu negara yang sangat ketat dalam menerapkan sangsi denda pada mereka yang melanggar peraturan di negaranya.
Bahkan kita dapat dengan mudah menemukan souvenir bertuliskan “Singapore is a Fine Country” karena ada banyak sekali hal yang akan didenda jika dilakukan di tempat publik seperti merokok, makan permen karet, meludah di tempat umum, bhkan memberi makan burung-burung dara yang hidup bebas disana.
Kentalnya budaya Cina pada masyarakat Singapura karena mayoritas penduduknya mempunyai akar budaya Cina, membuat mereka sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan etos kerja yang baik. Hukuman fisik pada anak dengan alasan mendisiplinkan mereka juga diperbolehkan, latar belakang budaya dan ketatmya peraturan secara tidak langsung membentuk masyarakat Singapura menjadi disiplin.
Inggris terkenal dengan orang-orang yang menjunjung tinggi tata krama, kesopanan dan juga rasa hormat. Seperti kebanyakan negara Eropa, mereka sangat mentaati peraturan.
Semua rambu yang ada mereka patuhi, seperti tempat-tempat mana yang tidak boleh difoto, di mana kita tidak boleh makan dan lain sebagainya. Pengendara di Inggris juga sangat mematuhi rambu lalu lintas, meski tidak ada kendaraan lain saat lampu merah menyala mereka tidak akan melanggarnya.
Budaya antre juga merupakan kebanggan warga Inggris karena mereka bisa menunggu dalam antrean yang panjang dengan sabar. Bagi mereka mengantre adalah suatu hal yang biasa dan wajar, mereka yang berani memotong antrean akan langsung mendapatkan hujatan.
Mereka sangat menghargai waktu, untuk itu mereka terbiasa tepat waktu, tapi bukan berarti mereka akan datang jauh lebih awal jika mendapatkan undangan. Membuat orang lain menunggu akan dianggap sebagai sesuatu yang tidak sopan di budaya mereka.