Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Rekayasa Sosial, berikut pembahasannya.
Rekayasa sosial (bahasa Inggris: Social engineering atau disingkat soceng) adalah manipulasi psikologis dari seseorang dalam melakukan aksi atau menguak suatu informasi rahasia. Rekayasa sosial umumnya dilakukan melalui telepon atau Internet.
Rekayasa sosial merupakan salah satu metode yang digunakan oleh peretas untuk memperoleh informasi tentang targetnya, dengan cara meminta informasi itu langsung kepada korban atau pihak lain yang mempunyai informasi itu.
Rekayasa sosial mengkonsentrasikan diri pada rantai terlemah sistem jaringan komputer, yaitu manusia. Tidak ada sistem komputer yang tidak melibatkan interaksi manusia.
Dan parahnya lagi, celah keamanan ini bersifat universal, tidak tergantung platform, sistem operasi, protokol, perangkat lunak, ataupun perangkat keras. Artinya, setiap sistem mempunyai kelemahan yang sama pada faktor manusia.
Setiap orang yang mempunyai akses kedalam sistem secara fisik adalah ancaman, bahkan jika orang tersebut tidak termasuk dalam kebijakan kemanan yang telah disusun. Seperti metode peretasan yang lain, rekayasa sosial juga memerlukan persiapan, bahkan sebagian besar pekerjaan meliputi persiapan itu sendiri.
Jadi, secara singkatnya, rekayasa sosial adalah upaya intervensi terencana dalam mempengaruhi sikap dan perilaku sosial tertentu untuk mencapai perubahan sosial.
Moda transportasi bus Transjakarta adalah salah satu contoh rekayasa sosial berdampak luas. Bebas macet dan polusi, peningkatan disiplin dan solidaritas sosial, serta membaiknya kesehatan adalah beberapa manfaat yang dapat terjadi bagi warga Jakarta yang memilih Transjakarta.
Selain itu dengan adanya kecanggihan Internet seperti sekarang, banyak sekali kasus penipuan melalui Internet ini. Di Indonesia sendiri, pengguna Internet mencapai 170 juta pengguna, namun karena kurangnya literasi, menyebabkan banyaknya orang yang masih tertipu oleh beberapa oknum yang mampu mencari celah dan melakukan berbagai rekayasa sosial.
Contoh yang lain lagi adalah dalam masyarakat Minangkabau. Dahulu ada semacam atauran tidak tertulis dalam masyarakat bahwa setiap anak lelaki yang telah baligh harus ditempa di Surau (semacam langgar kalau di Jawa). Mereka belajar Al Quran disana dan juga Pencak Silat.
Surau juga merupakan tempat yang paling sering mereka jadikan sebagai tempat beristirahat di malam hari. Tapi pada kurun waktu terakhir ini, budaya seperti ini tidak lagi dilakoni oleh anak-anak muda yang baru baligh.
Surau pun lebih sering kosong melompong. Perubahan sosial semacam ini dapat disebut sebagai perubahan sosial yang tidak direncanakan (unplanned social change).
Ciri utama perubahan semacam ini yaitu terjadi secara terus menerus dan perlahan-lahan tanpa ada yang mengarahkan dan merencanakan. Perubahan model begini lebih sering merupakan akibat perkembangan teknologi, pengetahuan dan globalisasi.