Daftar isi
Di Indonesia, baru Bung Karno lah sosok yang memahami cara mengguggah semangat pendengarnya melalui kekuatan kata-kata. Keterampilan inilah yang disebut dengan retorika.
Pengertian Secara Umum
Secara umum, retorika diartikan sebagai seni berbicara di depan umum.
Pengertian Menurut KBBI
Menurut KBBI, retorika diartikan sebagai keterampilan berbahasa secara efektif. Retorika juga diartikan sebagai studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang mengarang.
Pengertian Menurut Para Ahli
Adapun pengertian retorika menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut.
Menurut sejarah, awalnya retorika berasal dari peradaban Mesopotamia. Baru pada tahun 2080-1640 SM, retorika dkenal di Mesir Kuno. Selain di Mesopotamia dan Mesir Kuno, Cina Kuno juga baru mengenal retorika tahun 551-479 SM.
Bagaimana dengan Yunani? Masyarakat Yunani mengenal retorika sebagai sebuah studi yang mengandung ajaran tentang cara berbicara yang menarik pada abad ke 5 SM.
Adalah Aristoteles (384-332 SM) yang disebut sebagai tokoh retorika Yunani. Bukunya berjudul “the Five Canons of Rhetoric” merupakan buah pemikirannya terkait retorika.
Jika di Yunani retorika begitu berkembang, tidak demikian halnya dengan di Romawi. Hampir selama dua abad, retorika tidak begitu banyak berkembang di Romawi.
Yang ada hanya warisan retorika gaya Yunani yang dibukukan dengan judul Ad Herrenium dan ditulis dalam bahasa Latin pada tahun 100 SM.
Meskipun retorika tidak begitu berkembang di Romawi, namun sekolah-sekolah retorika tumbuh subur di Romawi. Selain itu, Romawi juga mampu melahirkan beberapa orator ulung seperti Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius, dan Cicero.
Sekitar abad ke-5-15 M, retorika mulai dikaitkan dengan sikap kenegarawanan. Retorika yang berkembang di eraini adalah retorika model demokratis.
Di penghujung abad pertengahan, timbul berbagai macam upaya untuk menciptakan kebudayaan baru yang didasarkan kepada pengetahuan retorika yang bersifat teoritis.
Sekitar abad ke-15-18 M, berdiri aliran retorika Ramisme yang dirintis oleh Peter Ramus.
Aliran ini membagi retorika menjadi dua bagian, yaitu penemuan (Inventio) dan disposisi (Dispositio) yang dimasukkan dan diperkenalkan sebagai bagian dari dialektika (logika).
Retorika terus berkembang hingga zaman modern. Pada abad 20 bahkan retorika mengalami pergeseran arah yakni epistemologis dan elokusionis.
Tujuan retorika diantaranya adalah sebagai berikut.
Strategi retorika yang pernah berkembang sejatinya mengacu pada strategi pengembangan pidato di era Yunani dan Romawi sebagai berikut.
1. Inventio atau heureusis
Inventio atau heureusis adalah pengidentifikasikan materi yang meliputi menemukan, mengumpulkan, menganalisis, dan memilih materi yang sesuai untuk dijadikan pidato.
Materi-materi ini haruslah mendidik, membangkitkan kepercayaan, dan menggerakkan hati.
2. Dispositio atau taxis atau oikomia
Dispositio atau taxis atau oikomia adalah penyusunan materi yang meliputi pengurutan materi berdasarkan prinsip-prinsip yang masuk akal, menganalisis penemuan yang ada, serta membandingkan pemikiran masa lalu dengan masa kini.
3. Elocutio atau lexis
Elocutio atau lexis adalah penyajian gagasan dengan menggunakan bahasa yang sesuai berdasarkan komposisi, kejelasan, langgam pidato, kerapian, kemurnian, ketajaman, kesopanan, kemegahan, dan hiasan pikiran.
4. Memoria dan mneme
Memoria dan mneme adalah menghafalkan pidato dengan cara mengingat gagasan-gagasan dalam pidato yang disusun.
5. Actio atau hypokrisis
Actio atau hypokrisis adalah menyajikan pidato dengan memperhatikan suara, sikap, dan gerak-gerik.
Adapun fungsi retorika di antaranya adalah sebagai berikut.
Secara umum, terdapat dua jenis retorika yaitu retorika persuasif dan retorika dialektika.
Menurut Suhandang (2009), manfaat mempelajari retorika di antaranya adalah sebagai berikut.