Salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia, terutama Suku Jawa, adalah sebuah aksara yang disebut Aksara Jawa atau Aksara Carakan. Huruf-huruf dalam Aksara Jawa diturunkan dari Aksara Brahmi dan sudah dikenal sejak zaman kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Ada 3 versi dari sejarah Aksara Jawa yang diketahui, yaitu:
1. Cerita Ajisaka
Dahulu kala ada seorang pemuda bernama Ajisaka yang tengah mengembara dengan ditemani oleh dua orang punggawa atau abdi bernama Dora dan Sembada. Ketika tiba di Pulau Majeti, Aji Saka meminta Dora untuk menetap dan menjaga barang serta pusaka miliknya. Dia berpesan bahwa tidak boleh ada yang mengambilnya selain Ajisaka sendiri.
Singkat cerita, setelah Ajisaka berhasil menjadi Raja di sebuah negeri, ia memerintahkan Sembada untuk menjemput Dora dan mengambil pusaka miliknya. Sembada pun bersegera menuju Pulau Majeti dan menyatakan perintah Ajisaka kepada Dora. Akan tetapi, Dora tetap pada titah Ajisaka dahulu bahwa tidak ada yang boleh mengambil kecuali Ajisaka sendiri.
Hal tersebut membuat kedua abdi Ajisaka itu saling beradu karena masing-masing ingin menjalankan perintah majikannya. Karena sama-sama kuat, keduanya pun tewas. Mengetahui hal tersebut, Ajisaka merasa berduka. Diapun pergi bertapa hingga mendapat ilham yang dituliskannya pada sebuah prasasti, yakni:
Ha Na Ca Ra Ka = ono wong loro ( ada dua orang )
Da Ta Sa Wa La = podho kerengan ( mereka berkelahi )
Pa Dha Ja Ya Nya = podho joyone ( sama-sama kuatnya )
Ma Ga Ba Tha Nga = mergo dadi bathang lorone ( keduanya sama-sama meninggal)
Tulisan Ajisaka itulah yang kemudian menjadi cikal bakal aksara jawa.
2. Pendapat Moch. Choesni
Menurutnya, keberadaan Aksara Jawa berkaitan dengan penyerangan bangsa Mongol ke kerajaan Singasari. Menurut Choesni, aksara Jawa menceritakan tentang Raden Wijaya dan Arya Wiraraja yang melakukan tipu muslihat kepada utusan Mongol sehingga mereka justru berbalik membantu Singasari untuk menaklukkan Kediri.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
Ha Na Ca Ra Ka = ada utusan
Da Ta Sa Wa La = tanpa peperangan
Pa Dha Ja Ya Nya = sama-sama berjaya
Ma Ga Ba Tha Nga = silahkan ditebak
3. Pendapat Warsito
Menurut Warsito, Aksara Jawa diciptakan oleh Jnanabhadra (Dahyang Smarasanta atau Semar), seorang sarjana asli Jawa dan juga pendeta Buddha Hinayana. Dia adalah seorang Mahapatih Mangkubumi yang menjabat di era kekuasaan Sanjaya di Mataram Kuno.