Dalam kehidupan masyarakat saat ini, setiap orang pastinya memiliki pemikiran yang berbeda-beda antarsesama. Ada orang yang mempunyai pemikiran positif dan ada pula orang yang mempunyai pemikiran yang negatif.
Dengan memiliki pemikiran, cara pandang, hingga kepercayaan negatif tersebut, maka itu lebih banyak disebut sebagai stigma. Hadirnya stigma merupakan sebuah hal yang diciptakan oleh masyarakat tentang sesuatu yang terlihat menyimpang ataupun terdapat sebuah hal aneh yang tak sewajarnya dalam kehidupan ini.
Masih banyak hal-hal menarik yang bisa dibahas mengenai stigma itu sendiri karena akan berkaitan dengan tingkah langku kehidupan bermasyarakat.
Stigma berasal dari kata bahasa Inggris yang memiliki arti sebuah noda atau cacat. Apabila diartikan lagi lebih lanjut, maka stigma merupakan sebuah ketidak setujuan masyarakat terhadap sesuatu yang contohnya adalah suatu tindakan atau suatu kondisi yang salah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stigma memiliki arti sebagai suatu ciri negatif yang ada dalam diri seseorang karena faktor pengaruh lingkungan sekitarnya. Sedangkan, menurut Kementerian Kesehatan, stigma merupakan sebuah tindakan pemberiansosial dengan tujuan untuk mencemari individu ataupun suatu kelompok orang dengan cara pandang yang salah.
Stigma juga bisa diartikan sebagai sebuah proses devaluasi dimensi yang terasa begitu signifikan untuk mendeskripsikan sikap seseorang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika, stigma bisa terlihat ketika masyarakat melihat hal-hal yang menyimpang atau aneh karena hal tersebut tidak seperti sewajarnya.
Adanya stigma terkadang juga dapat memunculkan rasa penurunan kepercayaan diri, motivasi, penutupan diri dari lingkungan sosialnya, dan menghindari pekerjaan hingga kehilangan masa depan.
Labeling merupakan sebuah pembedaan yang jelas dan juga pemberian suatu label maupun penamaan yang didasarkan karena adanya perbedaan yang ada dalam diri orang lain.
Mereka yang diberi label tersebut sudah dianggap jika ia tidak sama secara sosial dan ketidaksamaan tersebut dirasa terlalu menonjol jika dilihat.
Stereotip bisa diartikan sebagai adanya suatu kerangka berpikir maupun aspek kognitif yang terdiri dari pengetahuan serta keyakinan akan kelompok sosial dan traits tertentu.
Stereotip juga menjadi sebuah keyakinan mengenai karakteristik yang berhubungan dengan suatu atribut personal yang dimiliki orang-orang dalam sebuah kelompok sosial maupun kategori sosial tertentu.
Jenis separator yang bisa dijadikan sebagai pemisah antara kita yang mempunyai kedudukan antara pihak yang tidak memiliki stigma atau pemberi stigma dengan mereka yang nantinya akan diberikan suatu stigma tersebut.
Hubungan dengan atribut negatif tersebut akan menyebabkan sebuah pembenaran bagi individu yang memiliki label tersebut percaya jika dirinya memang seseorang yang berbeda. Ketika hal itu sudah terjadi, maka bisa dikatakan jika pemberian stereotip telah berhasil diberikan kepadanya.
Diskriminasi bisa diartikan sebagai sebuah perilaku yang digunakan untuk merendahkan orang lain dan disebabkan karena keanggotaannya di dalam suatu kelompok.
Diskriminasi menjadi suatu komponen behavioral mengenai perilaku negatif terhadap suatu individu yang disebabkan karena adanya individu tersebut menjadi suatu anggota dari kelompok tertentu.
Pengucilan bisa menyebabkan seseorang akan merasakan terasingkan dan dapat membuatnya ditolak hingga dijauhi dari pergaulan masyarakat. Pengecualian ini juga bisa menyebabkan mereka yang memiliki stigma tersebut merasakan bahwa ia tidak diterima dalam suatu kelompok maupun orang-orang di sekitarnya.
Adanya sebuah stigma tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dalam diri seseorang yang terkait dengan suatu hal. Bisa dibilang apabila pengetahuannya tersebut bisa dipengaruhi karena adanya beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan serta sosial budayanya.
Persepsi antar kehidupan masyarakat terhadap seseorang yang berbeda dari orang lain bisa menimbulkan beberapa perilaku maupun sikap terhadap orang tersebut. Persepsi antar masyarakat selalu berbeda setiap orangnya, sehingga bisa mempengaruhi terbentuknya stigma.
Tingkat pendidikan masyarakat juga bisa memicu timbulnya sebuah stigma dalam diri seseorang terhadap orang lain. Mereka yang mendapatkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentunya akan mendapatkan tingkat pengetahuan yang lebih luas pada suatu hal.
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dari stigma seseorang. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan semakin bisa berubah sikap dan perilaku dalam dirinya. Oleh karena itu, biasanya pemikiran dari mereka juga akan ikut bisa berubah.
Konsekuensi yang ditimbulkan oleh stigma bisa dibilang sangat serius dan mungkin akan berakibat menghancurkan sesuatu. Stigma dapat menyebabkan suatu kondisi kurangnya pemahaman dari orang lain di lingkungannya. Selain itu, stigma juga dapat membawa suatu dampak yang berkonsekuensi serius seperti memicu ketakutan, kemarahan, serta timbulnya intoleransi yang ditujukan untuk orang lain.
Pengobatan yang tertunda bisa saja mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas serta penolakan sosial dan penghindaran serta isolasi.
Seseorang yang memberikan suatu label terhadap perbedaan dalam diri orang lain akan menimbulkan munculnya kesejahteraan psikologi yang buruk dimiliki oleh seseorang terhadap karakteristik orang lain maupun kelompok lain yang bisa menimbulkan suatu stereotip.
Adanya stigma yang melalui beberapa proses bisa membentuk satu stigma pada seseorang. Stigma menimbulkan sebuah kesan yang buruk dalam menjalankan hubungan dalam pertemanan maupun keluarga. Pelecehan, penindasan, dan kekerasan yang berujung pada peningkatan rasa malu dan keraguan diri.
Stigma menempatkan individu maupun kelompok yang diberikan label yang berbeda sehingga menimbulkan suatu separation. Nantinya mereka akan merasakan suatu diskriminasi dengan kualitas hidup yang buruk yang akhirnya menjadi kecacatan serta adanya peningkatan beban sosial ekonomi.