Daftar isi
Suku Sunda memiliki tarian khas yaitu tarian sintren. Seni tari ini tepatnya berasal dari tanah Cirebon dan terkenal di daerah Pantura Jawa Barat.
Perbedaan tarian ini dari tarian lainnya, yaitu penari harus perempuan dan mengandung unsur mistis. Masyarakat meyakini bahwa penari tersebut kerasukan “roh” atau “bidadari”.
Dipercayai kata sintren berasal dari dua kata yaitu “si” yang maknanya “ia” dan “tren” yang artinya “putri”. Jadi sintren artinya “si putri”, namun ada juga yang mengatakan dua kata tersebut yaitu “sindir” dan “tetaren” yang artinya menyindir melalui syair dan sajak.
Awal mula tarian ini masih belum diketahui secara pasti. Ada banyak versi yang berbeda-beda. Salah satunya mengatakan sintren berasal dari kisah asmara Ki Joko Bahu dan kekasihnya Rantamsari, namun keduanya tidak direstui kemudian mereka dipisahkan.
Suatu hari Ki Joko Bahu diberitakan meninggal dunia, Rantamsari tidak percaya begitu saja. Rantamsari mencari Ki Joko Bahu dengan menyamar sebagai penari. Dikisahkan mereka masih bertemu hingga setelah mereka meninggal.
Sejarawan lain mengatakan kesenian ini dipentaskan untuk memperdaya para penjajah. Pada saat itu semua jenis kesenian yang mengandung unsur perjuangan dilarang keras untuk ditampilkan.
Namun pemuda pantura tidak kehabisan akal yaitu dengan membuat tarian sintren ini namun berisikan sajak dan syair perjuangan dalam bahasa Tayub yang tidak dimengerti oleh para penjajah.
Sejarawan Cirebon membedakan sintren ke dalam tiga fase. Fase pertama yaitu pada masa Sunan Gunung Jati, sintren digunakan sebagai media dakwah.
Fase kedua, sintren digunakan sebagai media perjuangan mengalahkan penjajah, dan fase ketiga yaitu sintren sebagai hiburan.
Meski belum diketahui secara pasti asal muasal kesenian tradisional khas Pantura Jawa Barat ini, namun keberadaannya patut kita jaga sebagai budaya dari leluhur kita.
Pertunjukan tari sintren tidak semata-mata hanya untuk hiburan saja, tetapi memiliki fungsi lainnya diantaranya adalah:
Masing-masing dari unsur tari sintren mengandung nilai atau pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada manusia.
Menurut Sultan Kasepuhan Cirebon, makna dari kesenian sintren yaitu supaya manusia tidak terlena dengan kehidupan duniawi.
Unsur-unsur dari tarian sintren antara lain:
Keunikan lainnya dari tari sintren yaitu ketika penari mendapat uang saweran maka penari akan terjatuh. Adegan penari yang jatuh saat diberi uang saweran bermakna uang bisa saja membuat manusia lupa diri dan bisa menjadi awal kehancurannya.
Dalam pagelaran tari sintren terdapat beberapa tahapan di dalamnya. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam tari sintren:
Tahap ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan sebelum pentas dimulai demi keselamatan dan kelancaran pagelaran sintren.
Paripurna yaitu bagian saat penari dan yang lainnya bersiap-siap untuk masuk ke dalam kurungan atau bersiap untuk menjadi sintren.
Balangan yaitu bagian dimana penonton melempar uang untuk pemain sintren.
Temohonan yaitu pada saat pemain sintren mendatangi penonton untuk meminta sesuatu sebagai tanda terima kasih. Bagian ini merupakan akhir dari pertunjukan seni tari sintren.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi jalannya pertunjukan antara lain:
Adapun lagu yang dilantunkan dalam pertunjukkan tari sintren antara lain:
Sebelum menampilkan kesenian tari sintren, penari harus melakukan puasa terlebih dahulu beberapa hari. Puasa dipercaya dapat menjaga perilaku penari dari perbuatan-perbuatan dosa yang dapat menghilangkan kesucian penari.
Pada awalnya penari hanya mengenakan pakaian biasa sebelum masuk ke dalam kurungan. Penari masuk ke dalam kurungan dengan keadaan tangan terikat oleh tali, kemudian sembari diiringi musik penari tersebut akan keluar dan menari-nari.
Di dalam kurungan tersebutlah Roh akan masuk ke dalam tubuh penari. Ketika penari keluar dari dalam kurungan dan menari, hal itu menandakan bahwa “roh” telah berhasil masuk ke dalam tubuhnya.
Pada saat penari keluar dari kurungan pakaian yang dikenakan penari tersebut bukan lagi kaos biasa tetapi kostum yang telah disediakan yaitu baju goleh lengkap dengan selendang dan kacamata hitamnya. Tidak ada batasan jumlah pemain dalam kesenian sintren.
Pola lantai tari sintren sangatlah sederhana karena pada dasarnya yang melakukan tarian adalah roh leluhur. Biasanya pola lantai yang digunakan yaitu membentuk garis lurus sembari mengikuti alunan musik.
Sebenarnya gerakan atau koreografi tari sintren tidak pernah diciptakan. Namun gerakan-gerakan yang kerap ditunjukkan roh cenderung monoton, sehingga dapat dibedakan menjadi tiga bagian sesuai dengan frekuensi kemunculan gerakan tersebut.
Tiga gerakan tersebut adalah:
Gerakkan awal ini disebut juga dengan turun sintren. Beberapa gerakan yang sering muncul adalah sembahan, salaman, lembehan, geolan bokong, kosoki, belulukan, ngoyok, dan lengkung.
Temohonan dan balangan dilakukan di gerakan inti pertunjukan. Gerakkan dalam inti pertunjukan diberi nama cincing colak, lembehan bareng, murub mubyar, dan gebyar.
Pertunjukan seni tari sintren akan berakhir apabila pemain sintren lainnya meminta saweran kepada penonton. Gerakan pada akhir pertunjukan diberi nama nyatu dan tangis layu