Edukasi

3 Tokoh Psikologi Indonesia dan Biografinya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Setelah membahas mengenai tokoh sosiologi Indonesia, maka kali ini akan kita bahas mengenai tokoh psikolog. Berikut pembahasannya.

1. Seto Mulyadi

Siapa yang tidak mengenal beliau? Seto Mulyadi lahir di Klaten, 28 Agustus 1951 sekarang berumur 69 tahun atau biasa dikenal sebagai Kak Seto ini merupakan psikolog anak dan pembawa acara televisi untuk anak-anak bersama dengan Henny Purwonegoro.

Beliau juga menjabat ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak. Seto Mulyadi memiliki seorang saudara kembar laki-laki bernama Kresno Mulyadi yang adalah seorang psikiater anak di Surabaya, dan satu – satunya seorang kakak bernama Maruf Budiharjo Mulyadi.

2. Prof. Dr. Slamet Iman Santoso

Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, beliau lahir di Wonosobo, 7 September 1907 – meninggal di Jakarta, 9 November 2004 pada umur 97 tahun.

Beliau merupakan seorang pakar psikologi Indonesia. Ia memelopori berdirinya Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan menjabat sebagai dekan pertama fakultas tersebut.

Profesor emeritus Fakultas Psikologi UI yang meninggal dalam usia 97 tahun. Selasa 9 November 2004, tidak saja perintis dan pendiri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tetapi juga perintis studi psikologi di Indonesia.

Beliau ini merintis dan mendirikan sebuah fakultas psikologi, karena sebagai psikiater menemukan banyak masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh psikiater Beliau menduduki posisi Pembantu Rektor I ketika Sjarif Thajeb (1962–1964) dan Sumantri Brodjonegoro (1964–1973) menjabat sebagai Rektor UI.

Menyusul kematian Sumantri Brodjonegoro pada tahun 1973 ketika tengah menjabat sebagai rektor, Slamet Iman Santoso ditunjuk menjadi Pejabat Rektor UI.

Ia mengakhiri jabatannya pada tahun 1974, ketika jabatan itu beralih ke Mahar Mardjono.

3. Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono

Sarlito Wirawan Sarwono lahir di Purwokerto, 2 Februari 1944. Pria yang biasa dipanggil Ito ini meraih gelar sarjana psikologinya dari Universitas Indonesia di tahun 1968.

Sarlito kemudian meneruskan studinya dengan mengambil program doktor di UI dan University of Leiden, Belanda.

Disertasinya yang berjudul “Perbedaan Antara Pemimpin & Aktivitas dalam Gerakan Protes Mahasiswa” berhasil memberinya gelar doktor pada tahun 1978. Lima tahun sebelumnya, Sarlito sempat menimba ilmu di Edinburg University, Skotlandia dan meraih gelar Diploma in Community Development.

Sepulangnya ke Tanah Air, Sarlito disibukkan dengan berbagai kegiatan di bidang akademis baik sebagai peneliti, ilmuwan, hingga penulis. Sebagai peneliti, ia pernah menjadi ‘fellow’ di East West Center di Hawaii, Amerika Serikat (1982 dan 1986).

Bidang kajiannya sangat beragam, terutama menyoroti masalah sosial, mulai dari masalah Keluarga Berencana (KB), anak jalanan, pemukiman, lalu lintas, sampai yang paling mutakhir tentang terorisme (2006-2009).