Sosiologi

7 Tujuan Pengendalian Sosial dan Penjelasannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Beragamnya tipe masyarakat dengan pemikiran yang berbeda-beda dapat menimbulkan perselisihan, pertengkaran, hingga konflik lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya cara atau upaya untuk mengatur dan menertibkan anggota masyarakat tersebut. Cara ini disebut dengan pengendalian sosial. Apa itu pengendalian sosial?

Menurut ahli sosiologi Peter L. Berger, pengendalian sosial adalah cara untuk menertibkan atau mengatur anggota yang ada di dalam masyarakat apabila terjadi pembangkangan. Bruce J. Cohen yang juga ahli sosiologi menyebutkan bahwa pengendalian sosial berguna untuk mendorong individu dalam masyarakat agar memiliki perilaku selaras. Ada pula Robert M. Z. Lawang yang mengartikan pengendalian sosial sebagai cara untuk membantu pelaku penyimpangan kembali ke jalan yang benar.

Intinya, pengendalian sosial dilakukan agar seluruh anggota dalam masyarakat dapat berjalan seirama dengan menaati nilai dan norma yang ada.

Pengendalian sosial terbagi menjadi dua sifat, yakni pengendalian sosial preventif dan represif. Pengendalian sosial yang bersifat preventif dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan. Biasanya, langkah pengendalian sosial bersifat preventif ini dilakukan dengan sosialisasi, penyuluhan, serta nasihat agar menghindari penyimpangan.

Sementara pengendalian sosial bersifat represif dilakukan setelah terjadi penyimpangan. Langkah ini dapat berupa hukuman, sanksi, nasihat, serta penyuluhan pasca penyimpangan agar tidak terulang kembali.

Tujuan Pengendalian Sosial

Masyarakat akan sadar melakukan pengendalian sosial jika mengetahui tujuan dari upaya tersebut. Agar pengendalian sosial diaplikasikan dengan baik di kehidupan bermasyarakat, penting untuk mengetahui tujuannya. Lalu, apa tujuan pengendalian sosial?

  • Meminimalisir Perbuatan Penyimpangan Sosial

Tujuan pengendalian sosial yang pertama adalah mengurangi atau meminimalisir perilaku penyimpangan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penanaman nilai dan norma dalam lingkungan masyarakat. Contoh penanaman nilai dan norma ini dapat dimulai dari lingkungan keluarga.

Apabila seorang anak mendapat pengetahuan terkait nilai dan norma yang baik dan benar, maka anak tersebut akan berperilaku baik dalam hidup bermasyarakat. Namun sebaliknya, jika tidak ada penanaman nilai dan norma sejak dini, maka mungkin saja anak tersebut tumbuh menjadi seorang yang berperilaku menyimpang.

  • Menciptakan Kedamaian di Lingkungan Masyarakat

Jika perbuatan atau perilaku menyimpang berkurang, maka tujuan pengendalian sosial yang satu ini dapat tercapai. Terciptanya perdamaian dan ketenteraman dalam hidup bermasyarakat termasuk tujuan pengendalian sosial yang penting.

Selain ketenteraman dalam hidup, menciptakan keserasian dalam hidup berdampingan juga menjadi tujuan pengendalian sosial.

Kehidupan masyarakat yang damai dan tenteram akan menghadirkan integrasi sosial yang sesuai nilai dan norma. Dengan begitu, kehidupan masyarakat dapat berjalan selaras dan harmonis tanpa adanya perilaku menyimpang.

  • Menyadarkan Pelaku Penyimpangan atas Kesalahan yang Diperbuat

Selain menciptakan kehidupan bermasyarakat yang memegang prinsip nilai dan norma, pengendalian sosial juga bertujuan untuk menyadarkan pelaku penyimpangan. Pelaku penyimpangan yang salah akan tersadar betapa pentingnya kehidupan yang harmonis. Nantinya, pelaku tersebut akan memperbaiki diri untuk ke depannya.

Tidak hanya itu, pelaku penyimpangan yang sadar bahwa perbuatannya salah juga akan menjaga dan memperbaiki tingkah lakunya di hadapan orang lain. Dengan begitu, perbuatan menyimpang dapat berkurang karena pengendalian diri dari pelaku tersebut.

  • Membuat Pelaku Penyimpangan Sadar dengan Nilai dan Norma Masyarakat

Selain sadar atas kesalahannya, pelaku penyimpangan akan memperbaiki diri dengan mempelajari nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat.

Jika pelaku sudah mengetahui makna serta pentingnya keberadaan nilai dan norma, maka pelaku akan mematuhi nilai dan norma tersebut. Begitulah tujuan dari pengendalian sosial bagi pelaku penyimpangan.

  • Menumbuhkan Budaya Malu dalam Bermasyarakat

Tujuan pengendalian sosial yang berikutnya adalah mengembangkan budaya malu. Seorang individu yang tumbuh dengan prinsip nilai dan norma, tentu dapat mengendalikan dirinya selama berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.

Maka dari itu, apabila individu tersebut melakukan kesalahan atau pelanggaran, rasa malu akan menyelimuti dirinya.

Pengendalian sosial ini bertujuan untuk mengembangkan budaya malu pada individu dalam lingkungan masyarakat. Jika seorang individu merasa salah karena pelanggarannya, maka harga dirinya merasa jatuh saat itu juga. Dengan begitu, perbuatan menyimpang dapat berkurang karena adanya rasa malu tersebut.

  • Menciptakan Stabilitas Hukum

Pengendalian sosial juga bertujuan untuk menciptakan stabilitas hukum. Hukum yang diketahui sebagai peraturan berupa norma dan sanksi, dibuat untuk dipatuhi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Jika perilaku menyimpang jarang terjadi, maka stabilitas hukum dapat tercipta. Kondisi damai serta keadilan akan terwujud jika hukum berjalan dengan baik.

  • Membentuk Konformitas dan Solidaritas dalam Kehidupan Masyarakat

Konformitas adalah pengaruh sosial yang dapat mengubah tingkah laku agar sesuai dengan etika dan norma dalam hidup bermasyarakat. Contoh dari konformitas adalah mau mengantre di ATM sesuai gilirannya dan membawakan buah saat menengok orang sakit.

Sedangkan solidaritas adalah perasaan satu nasib antar anggota masyarakat. Contoh dari solidaritas adalah kompak dalam melaksanakan gotong royong di kampung dan mau berkontribusi saat acara 17 Agustus di kampung.

Apabila pengendalian sosial dilaksanakan dengan baik serta memegang nilai dan norma masyarakat, maka konformitas dan solidaritas dapat terwujud. Masyarakat yang hidup dengan sikap konformitas dan solidaritas akan mewujudkan lingkungan yang sehat dan sejahtera.