Seni

3 Unsur Formalis dalam Film yang Perlu diketahui

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Terdapat beberapa teori seni yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah teori seni yang dikemukakan oleh Clive Bell. Teori seni tersebut dikenal sebagai teori seni formalism atau seringkali disebut juga sebagai significant form. Dalam teori ini sebuah karya seni digambarkan sebagai suatu hal yang dibuat oleh manusia dengan berbagai bentuk signifikan yang menyusunnya.

Sehingga karya seni tersebut bisa menimbulkan suatu emosi estetik bagi setiap orang yang melihatnya. Atau lebih mudahnya teori formalism ini lebih ditekankan pada hal hal formal pembentuk atau komponen dasar dari sebuah karya seni. Tidak bisa dipungkiri, teori formalism ini juga seringkali digunakan oleh para ahli untuk melakukan sebuah apresiasi seni.

Apresiasi seni yang menggunakan patokan teori formalism ini lebih condong memahami dan memaknai sebuah karya dengan menelisik lebih detail semua komponen pembentuk dari sebuah karya seninya, seperti garis, warna, dan lain sebagainya. Tidak hanya bisa digunakan untuk mengapresiasi sebuah karya seni yang berbentuk lukisan dan patung, significant form ini bisa digunakan untuk menganalisis atau mengapresiasi sebuah film loh!

Berikut merupakan unsur unsur formalism yang diperhatikan dalam menganalisis atau memaknai lebih detail mengenai sebuah film.

1. Miss en Scene

Miss en scene merupakan bagian dari film yang bisa dilihat secara langsung oleh penonton. Miss en scene dalam film ini terdiri dari beberapa hal, seperti:

  • Setting
    Seperti yang kita tahu, setting dalam sebuah film berkaitan dengan penggunaan latarnya, baik latar suasana, tempat, dan waktu. Dengan penggambaran latar yang tepat suatu film bisa menyampaikan dengan baik pesannya kepada para penontonnya dan juga seperti karya seni pada umumnya yang memiliki nilai estetika. Sebisa mungkin dalam sebuah film, cerita yang akan divisualisasikan mirip dengan apa yang dibayangkan oleh sang penulis saat merangkai naskahnya
  • Tata Rias dan Kostum
    Tokoh tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan beraktingnya dalam menyampaikan karakternya, seorang tokoh juga akan dibantu dengan tata rias serta kostum yang semakin membuat karakter yang diperankan itu semakin hidup. Yang penting dalam hal ini adalah tata rias dan kostum bisa membawa sang tokoh memerankan karakternya dengan sangat sempurna.
  • Pencahayaan
    Selain setting, tata rias dan kostum dalam memproduksi sebuah film sangatlah dibutuhkan suatu tata cahaya atau pencahayaan yang sangat mewadahi. Pencahayaan ini yang nantinya bisa membantu visualisasi sebuah cerita dalam film yang lebih baik. Tanpa bantuan cahaya, dalam proses produksi film sangat dimungkinkan akan terjadi sebuah permasalahan tentunya, salah satu contohnya adalah munculnya noise pada video yang diambil. Bisa dikatakan jika suatu video sudah terdapat noise di dalamnya, video tersebut sudah bisa disebut rusak atau tidak bisa digunakan. Sehingga mau tidak mau, harus dilakukan shoting ulang. Untuk menghindari hal tersebut, oleh karenanya para pembuat film seringkali memperhatikan pencahayaan ini. Pencahayaan sendiri terbagi menjadi beberapa, diantaranya adalah key light, fill light, backlight, butterflylight dan chiaroscuro light.
  • Acting dan Blocking
    Sebuah cerita tidak akan bisa sampai pada penontonnya, apabila setiap karakter yang diperankan sangatlah kurang menjiwai. Disinilah pentingnya kualitas acting dari setiap tokoh. Dimana sebisa mungkin, si tokoh harus bisa merealisasikan naskah menjadi bentuk visual dengan sangat baik. Tidak hanya itu, blocking atau penempatan dari tokoh ini dalam frame kamera juga perlu diperhatian, sehingga nantinya gambar yang dihasilkan bisa lebih nyaman saat dilihat.

2. Sinematografi

Sinematografi merupakan unsur film yang terdiri atas type shot, angle camera, composition, dan juga lighting. Type shot adalah ukuran yang ditetapkan oleh sang sutradara dalam pengambilan gambar di setiap adegan, apakah itu medium shot ataupun close up.

Semuanya ditentukan oleh sutradara sehingga nantinya bisa dihasilkan visual yang sesuai dengan naskah. Sedangkan angle camera adalah cara pengambilan gambar oleh camera, apakah berasal dari bahwa (low angle), dari atas (high angle), atau justru setara dengan pandangan mata (eye level).

3. Suara

Visualisasi cerita yang baik dalam suatu gambar akan lebih berkualitas apabila dibarengi dengan kualitas audio yang baik. Seringkali untuk mendapatkan kualitas audio yang bagus, para penggiat film menggunakan mic bantuan seperti boom mic ataupun sejenisnya, sehingga mereka tidak hanya berpatok pada audio dari kamera yang cenderung kurang terdengar terkadang.