Sejarah

Australopithecus Sediba: Ciri – Sejarah Penemuan dan Kehidupannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Manusia purba diyakini sebagai nenek moyang dari manusia modern yang hidup di masa kini. Eksistensi dan kebudayaan kehidupannya dapat ditelusuri melalui artefak-artefak yang berhasil ditemukan. Artefak tersebut umumnya berupa tulang belulang atau bisa juga benda-benda. 

Artefak tersebut dapat dijumpai di berbagai tempat di belahan Bumi yang salah satunya yakni di Afrika. Di Afrika ditemukan berbagai spesies manusia purba yang kemudian dikelompokkan dalam genus Australopithecus. Salah satu anggota dari genus Australopithecus adalah Australopithecus Sediba yang akan kita ulas lebih lanjut di bawah ini.

Siapa itu Australopithecus Sediba?

Australopithecus Sediba merupakan bagian dari genus Australopithecus yakni manusia purba yang ditemukan di wilayah Afrika. Au sediba sendiri baru ditemukan pada tahun 2008 di Afrika Selatan tepatnya di situs Cradle of Humankind, Malapa yang berada di wilayah barat laut Johannesburg. 

Kelompok manusia purba ini hidup sekitar 1,9– 1,7 juta tahun yang lalu. Penemuan manusia purba jenis ini menjadi salah satu yang ditunggu oleh para ilmuwan karena mereka merupakan spesies peralihan dan mata rantai yang telah lama hilang.

Ciri Fisik Australopithecus Sediba

Setelah melalui berbagai proses penelitian para ahli menjelaskan bahwa spesies Australopithecus Sediba memiliki ciri fisik seperti berikut ini. 

  • Otak dan Tengkorak 
    Australopithecus Sediba memiliki rata-rata volume otak yang setara dengan spesies lainnya yakni antara 420 cc– 440 cc. Bagian korteks orbitofrontal lebih mirip dengan manusia modern saat ini namun konfigurasinya masih menyerupai australopithecine. Sementara itu tengkorak bagian kuahnya serupa dengan yang dimiliki oleh spesies Africanus yakni melebar dan melintang. Oleh sebab itu ada kemiripan fisik antara kedua spesies ini yakni bagian pipi yang tidak begitu melebar dan sedikit menonjol. Bagian alis juga tidak begitu menonjol. Gigi Sediba tergolong berukuran kecil dibandingkan dengan spesies australopithecus lainnya. Sementara itu ukurannya lebih mendekati ukuran gigi manusia homo hanya saja bagian geraham semakin kebelakang akan semakin besar. Enamel gigi yang dimiliki oleh Au. Sediba ini cenderung tebal. Postorbital yang struktur melengkung yang menjadi penghubung antara  tulang depan tengkorak dengan lengkung zigomatik memiliki bentuk yang menyempit. 
  • Tubuh Australopithecus Sediba digambarkan memiliki tinggi tubuh rata-rata sekitar 130 cm. Sebagian besar tulang-tulang menunjukkan kemiripannya dengan struktur anatomi manusia namun ada juga bagian yang lebih mirip dengan kera yakni pada leher. Anatomi leher Au sediba lebih kaku dibandingkan dengan manusia serta tidak memiliki pleksus brakialis. Namun untuk lordosis yakni kelengkungan tulang belakang sudah memperlihatkan perilaku postur tegak yang konsisten. 
  • Tangan dan Lengan 
    Tangan terutama bagian atas menunjukkan fitur yang juga dimiliki oleh spesies Australopithecus dan manusia homo awal lainnya yakni cenderung panjang. Bagian bahu menunjukkan adanya perkembangan yang cukup baik yakni pada aksila di tulang belikat dan juga tuberculum conoid. Klavikula menunjukkan bahwa gerakkan mereka mirip dengan manusia karena ditemukan adanya pola jaringan parut otot
  • Panggul 
    Panggul atau pelvis yang dimiliki Au. Sediba memiliki bentuk yang hampir serupa dengan manusia Homo Ergaster. Hanya saja acetabulum dan sakrum Sediba lebih banyak memiliki penopang sehingga ekstensinya lebih meningkat serta bagian perlekatan ligamen iliofemoral lebih besar. Bagian persendian pinggul juga lebih mirip dengan manusia modern. 
  • Kaki
    Struktur kaki Au. sediba mirip dengan spesies lainnya yaitu Au. afarensis dimana bagian bagian sendi pergelangan kaki dan lutut menunjukkan mereka bergerak dengan menggunakan kedua kakinya. 

Sejarah Penemuan Australopithecus Sediba

Pada tanggal 15 Agustus 2008, Matthew Berger menemukan sebuah tulang klavikula bagian kanan di gua Malapa, Afrika Selatan. Matthew Berger sendiri kala itu masih berusia 9 tahun dan sedang mengikuti ekspedisi ayahnya yang merupakan seorang Paleoantropolog Afrika yakni  Lee Rogers Berger.

Setelah penemuan Berger penggalian pun dilanjutkan dengan lebih teliti dan menghasilkan penemuan tulang belulang lainnya yakni bagian lengan, jari, tulang rusuk, tulang belakang, tulang panggul, tulang kaki, dan tulang bahu. Penemuan-penemuan ini kemudian dibawa untuk diteliti kemudian diberi nama “Karabo” yang artinya “jawaban”. Nama tersebut disematkan karena spesies ini mewakili spesies lainnya untuk membantu kita memecahkan misteri asal usul manusia.   

Pada tahun yang sama namun bulan yang berbeda yakni 04 September 2008, Lee Roger Berger kembali menemukan tulang belulang. Kali ini ia menemukan sebuah gigi atas, tulang rahang, tulang panggul, tulang sendi lutut dan tulang kaki. Ia meyakini pemilik dari tulang belulang ini merupakan seorang perempuan.         

Selama dua tahun, para ahli mencoba untuk meneliti tulang-tulang yang telah dikumpulkan tersebut. Pada  akhirnya, para ahli mengumumkan penemuan tersebut kepada publik pada April 2010 melalui jurnal Science. 

Nama Sediba sendiri memiliki kata “mata air” atau “air mancur” yang diambil dari bahasa seSotho yakni salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di Afrika Selatan. Sementara itu Australopithecus diambil dari nama genusnya yang berarti “manusia kera yang hidup di selatan”. 

Kehidupan Australopithecus Sediba

Setiap kelompok manusia memiliki kehidupan yang berbeda-beda dengan spesies lainnya terutama yang tinggal di era berbeda. Begitu juga dengan Au sediba yang memiliki kehidupannya sendiri seperti di bawah ini. 

  • Kebudayaan 
    Hingga saat ini belum ada seorang pun yang menemukan adanya tanda-tanda penggunaan alat dari spesies manusia kera ini. Kesimpulan dari para ahli tentang Au Sediba adalah mereka hidup masih sangat sederhana. Mereka tidak menciptakan alat bantu dari apapun seperti kerabatnya yakni Australopithecus Africanus. Kemungkinan terbesarnya adalah Au Sediba hanya menggunakan tongkat atau kayu, tulang belulang, ataupun batu seadanya tanpa memodifikasi terlebih dahulu. 
  • Makanan
    Para ahli dapat menjelaskan kemungkinan yang mereka makan melalui plak pada gigi yang ditemukan. Sebagian besar menunjukkan bahwa spesies Au Sediba merupakan rumput yang mereka dapatkan dari tempat yang berair. Kemungkinan lainnya adalah mereka juga memakan buah, kulit kayu, daun-daunan dan kayu. Para ahli menyimpulkan mereka adalah pemakan tumbuhan atau herbivora sebab tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan mereka mengkonsumsi daging. 
  • Tempat Tinggal 
    Berdasarkan analisis para ilmuwan, sekitar 2,5 juta tahun yang lalu hutan-hutan di Afrika mulai mengering. Sehingga sebagian besar makhluk hidup memilih tempat tinggal lainnya seperti sabana begitu juga dengan spesies Australopithecus Sediba. Hal tersebut didukung berdasarkan hasil analisis makanan A Sediba yang menunjukkan berasal dari sabana. 
  • Perilaku
    Tulang belulang milik Australopithecus Sediba cukup lengkap sehingga tidak begitu sulit untuk menganalisis tentang mereka. Dari tulang-tulang temuannya menunjukkan bahwa mereka merupakan telah berevolusi pada perilaku berjalan tegak secara  teratur. Hal tersebut dapat terlihat pada evolusi tulang panggul. Cara berjalan Au sediba sangat unik yakni memutar kaki ke bagian dalam setiap melangkahkan kaki dan seluruh berat badan terpusat di kaki bagian luar. Cara ini menunjukkan bahwa manusia pada masa ini memang masih beradaptasi dalam menggunakan kaki untuk berjalan. Namun pada bagian lain Australopithecus masih memiliki fitur-fitur tubuh spesies terdahulunya. Sehingga mereka juga masih menunjukkan perilaku yang lebih mirip dengan kera. 

Hubungan dengan Spesies Lainnya 

Selain menggambarkan bagaimana kehidupan dan ciri-ciri karakteristik, para ahli juga berupaya untuk mengungkap hubungan Au. Sediba dengan spesies lainnya. Dari hasil penelitian hipotesis terkuatnya yakni mereka merupakan keturunan dari spesies Au. Africanus. 

Anggapan lainnya mengatakan bahwa Australopithecus Sediba merupakan nenek moyang dari manusia homo awal. Namun hingga saat ini para ilmuwan masih memiliki banyak perdebatan mengenai hal ini.