Daftar isi
Rumah adat adalah hunian tradisional yang dibangun oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Sebagaimana Indonesia memiliki 1.340 suku yang berada maka ada berbagai macam pula rumah adat di negara kita. Tak jarang di suatu tempat atau lingkungan memiliki lebih dari satu rumah adat.
Rumah adat ini adalah hunian tradisional yang umum dibangun oleh masyarakat di pulau Jawa terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bentuk rumah ini mirip dengan rumah adat Joglo namun keduanya memiliki perbedaan.
Perbedaan keduanya terlihat pada bentuk atap dimana Limasan memiliki bentuk yang lebih mirip dengan rumah adat di Sumatera. Bentuk atap Limasan terdiri dari trapesium dan segitiga sama kaki yang kemudian membentuk limas.
Sedangkan atap rumah joglo membentuk seperti gunung serta memiliki 4 tiang penyangga yang disebut dengan saka guru. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai rumah adat Limasan yang ada di Pulau Jawa.
Setiap rumah baik yang modern maupun yang tradisional umumnya terdiri dari beberapa bagian yang juga memiliki fungsi masing-masing. Adapun bagian-bagian dari rumah Limasan terbagi ke dalam 3 tingkatan yang berbeda. Tingkatan tersebut mengandung filosofi kekijing yang artinya setiap ruangan didasarkan pada usia, jenis kelamin, jabatan, pangkat, bahkan juga bakatnya. Berikut adalah tingkatan-tingkatan dalam rumah adat Limasan.
Pagar Tenggalung adalah bagian atau ruangan rumah Limasan yang paling pertama. Ruangan ini bagian tanpa pembatas dinding atau sekat lainnya. Fungsinya adalah untuk menerima dan menjamu tamu seperti pada saat upacara adat berlangsung.
Bagian yang khas dari ruangan ini adalah pintu yang mengusung konsep kipas yang dapat digunakan sebagai atap ketika dibuka. Meskipun berupa ruangan terbuka namun kegiatan di dalam ruangan pagar tenggalung tidak terlihat dari luar.
Bagian atau tingkat kedua disebut dengan “jogan” yakni sebuah ruangan khusus untuk para laki-laki yang masih merupakan anggota keluarga pemilik rumah. Mereka biasanya akan berkumpul di ruangan ini.
Setelah ruangan jogan maka selanjutnya adalah ruangan ketiga atau kekijing yakni tempat yang digunakan untuk tamu khusus. Ruangan ini dibuat lebih tinggi dari dua ruangan sebelumnya dan bersekat sekat. Ruangan ini umumnya digunakan ketika pemilik rumah sedang mengadakan hajatan.
Rumah adat Limasan terdiri dari banyak ragamnya. Masing-masing jenis tersebut memiliki ciri khas yang unik. Berikut ini adalah jenis-jenis rumah adat Limasan yang tersebar di seluruh Pulau Jawa.
Jenis yang pertama adalah rumah Limasan Lambang Sari yakni hunian tradisional yang terbuat dari kayu jati, sonokeling, ataupun kayu nangka. Dibandingkan dengan jenis lainnya penampilan dari Limasan Lambang Sari sedikit berbeda dari jenis lainnya yakni atap-atapnya dihubungkan oleh sebuah balok.
Balok tersebut menyangga antara atap brunjung dan atap penanggap dari setiap sudutnya. Rumah ini berdiri berdiri dengan ditopang oleh 16 tiang penyangga dengan 4 sisi atap. Di setiap sisi bangunan terdapat dua susun bubungan dan tiang penyangga.
Rumah Limasan Gajah Ngombe adalah jenis limasan yang memiliki ciri khas pada atapnya yang memiliki emperan. Fungsi dari emperan tersebut adalah sebagai serambi rumah yang umumnya hanya ada di satu sisi saja. Serambi atau emperan tersebut dibuat dengan posisi yang lebih rendah dari atap utama.
Karena terdapat serambi tersebut bentuk rumah ini mirip seperti seekor gajah yang sedang minum. Dalam bahasa Jawa disebut dengan “gajah ngombe“. Konsep dari rumah limasan adalah bertingkat dan hanya memiliki 6 tiang penopang utama.
Disebut sebagai rumah Limasan Lambang Gantung karena atap bagian depan dan tiang penopang tidak saling terhubung. Sehingga rumah ini terlihat seperti menggantung. Ciri lainnya juga terlihat pada bagian atap yang memiliki bentuk trapesium 4 sisi.
Dari segi ukuran rumah Limasan ini lebih luas dan lebar daripada jenis lainnya. Selain itu tiang penyangga juga lebih banyak yakni berjumlah sekitar 8–10 tiang.
Rumah Limasan jenis ini juga sering disebut sebagai Limasan Semar Tinandhu. Jenis ini lebih banyak memiliki tiang penyangga dari jenis lainnya yaitu berjumlah 16 buah namun tetap memilikinya 4 tiang saka guru atau tiang utama. Ke 4 tiang utama tersebut berada tepat di tengah bangunan.
Ciri khas yang melekat pada rumah limasan ini adalah atapnya yang menjulang tinggi dibandingkan jenis lainnya dan hanya terdiri dari satu bubungan. Atapnya terdiri dari 4 atap emper dan dua susun atap utama.
Rumah Limasan Trajumas Lawakan adalah jenis yang bentuk trajumas namun lebih rumit dan lebih modern. Rumah ini memiliki jumlah tiang penyangga sebanyak 20 buah.
Pada bagian atap tersusun atas dua bagian yang masing-masing terhubung oleh bubungan. Di sekeliling rumah ini terdapat halaman luas yang disebut dengan emperan.
Rumah Limasan Trajumas adalah bentuk awal dan sederhana dari rumah Trajumas Lawakan. Bangunannya pun hanya ditopang oleh 6 buah tiang namun sama-sama memiliki 4 sisi atap dengan ukuran yang sama. Bentuk ini masih banyak digunakan sebagai desain gazebo.
Jenis ini memiliki ciri khas atap yang menempel hanya pada bagian emperan dan atap utama saja. Sehingga terlihat adanya ruang atau regangan. Pada sisi kanan dan kiri rumah terdapat balok dudur. Dibandingkan dengan rumah Limasan lainnya jenis ini memiliki jarak atap dan lantai yang lebih tinggi sehingga terkesan mewah.
Limasan Gajah Njerum yakni jenis rumah adat di Jawa yang memiliki dua sisi emperan di bagian panjangnya. Dua emperan tersebut biasanya terletak dibagian depan dan belakang rumah.
Namun ada juga yang menambahkan satu emperan lagi dan bagian samping bangunan. Ciri lainnya dari rumah ini adalah memiliki jumlah tiang yang banyak yakni sekitar 12–24 buah. Bagian atap terdiri dari dua susun dan terbagi menjadi tiga belahan.
Limasan Gajah Mungkur adalah perpaduan antara bentuk rumah Limasan dengan rumah tradisional kampung. Karena itu lah terdapat tutup rumah keong yang khas dari rumah kampung.
Sepertinya rumah adat Jawa lainnya yang umumnya ditopang oleh tiang, rumah ini juga memiliki tiang penyangga mulai dari 8–10 buah dan sebuah bubungan.
Limasan Klabang Nyender adalah rumah adat yang memiliki setidaknya 4 sampai 6 pengeret. Jumlah tiang penopang pun cukup banyak yakni 16–28 atau bisa juga lebih.
Sama seperti Limasan Gajah Mungkur rumah ini juga merupakan perpaduan antara gaya rumah limasan dengan rumah kampung sehingga rumah ini tutup keong.
Jumlah tutup keong pun tak hanya satu melainkan dua buah dan satu bubungan atau wuwungan.
Bentuk rumah ini mirip seperti rumah Limasan Klabang Nyender terutama pada bagian atap. Namun rumah ini hanya memiliki 4 buah penyangga saja sebuah ander yakni tiang yang berada di tengah bangunan. Pembeda lainnya yakni rumah ini tidak memiliki tutup keong.
Bentuk atapnya yakni trapesium dan terdiri dari 4 belahan. Rumah ini hanya memiliki satu wuwungan atau bubungan saja.
Limasan Pacul Gowang adalah jenis yang menambahkan emperan pada bagian rumah yang berukuran panjang. Sementara pada sisi yang pendek diberi tritisan atau kerap disebut sebagai cukit.
Denah rumah ini berbentuk persegi panjang dan ditopang oleh 12–18 tiang.
Limasan Cere Gancet merupakan bentuk pengembangan dari rumah Pacul Gowang. Rumah ini adalah dua buah rumah Pacul Gowang yang disatukan. Bagian yang terhubung yakni yang tidak memiliki emperan. Rumah jenis ini terdiri dari dua bubungan dan 20–24 tiang.