Indonesia merupakan negara yang majemuk dan terbentuk atas dasar berbagai perbedaan yang ada di dalamnya. Bentuk negara yang berupa kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan pulau-pulaunya yang mencapai angka 17.000 ini merupakan alasan dibalik keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia.
Mulai dari ras, suku, agama, adat istiadat, hingga bahasa turut mewarnai keanekaragaman dan perbedaan yang menjadi ciri khas bangsa ini. Tahun 2018, Indonesia mempunyai 652 bahasa daerah yang sudah terverifikasi (Kemendikbud). Sebuah angka yang fantastis bagi suatu negara untuk memiliki bahasa yang jumlahnya hingga ratusan.
Indonesia dengan kelima pulau besarnya yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua merupakan contoh bahwa di satu pulau sekalipun, bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya di kehidupan sehari-hari dapat berbeda sesuai dengan daerahnya masing-masing.
Pulau Kalimantan contohnya, tercatat ada sekitar 58 bahasa daerah yang sudah dipetakan dan diverifikasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Namun, kali ini kita hanya akan membahas 10 bahasa daerah Kalimantan yang familiar di telinga kita.
Adalah bahasa ibu suku Banjar, Kalimantan Selatan. Bahasa yang termasuk ke dalam rumpun Austronesia ini merupakan anak cabang bahasa Melayu. Meskipun begitu, bahasa ini banyak dipengaruhi pula oleh bahasa Jawa dan bahasa Dayak.
Bahasa ini biasanya dituturkan oleh masyarakat daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Di daerah asalnaya sendiri yaitu Provinsin Kalimantan Selatan, dapat ditemui berbagai jenis bahasa Banjar, mulai dari Banjar Amuntai, Alabiu, Alai, Kalaua, Kandangan, dan masih banyak lagi.
Bahasa Bugis pada awalnya merupakan bahasa yang berasal dari Sulawesi Selatan. Namun, bahasa ini juga menjadi salah satu bahasa daerah yang banyak dituturkan oleh masyarakat yang ada di Pulau Kalimantan, terutama Kalimantan Selatan, Timur, dan Utara.
Hal tersebut dikarenakan imigrasi atau perpindahan besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat Bugis di Sulawesi ke Pulau Kalimantan pada tahun 1710, 1946 akhir hingga 1947 awal, serta tahun 1950. Di Kalimantan Timur sendiri, bahasa ini mempunyai 5 dialek, yaitu dialek Muara Badak Ulu, Sepatin, Tanjung Tengah, Muara Telake, dan Karingau.
Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dengan penutur yang banyak di daerah Kalimantan. Bahasa yang termasuk ke dalam rumpun Austronesia ini dituturkan oleh suku Dayak, penduduk asli Kalimantan yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Suku ini diperkirakan berasal dari para imigran Provinsi Yunan, China Selatan. Bahasa ini banyak dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, bahasa ini juga berbeda tergantung daeerahnya masing-masing.
Adapun jenis-jenis bahasa Dayak yang ada di Pulau Kalimantan terdiri dari bahasa Dayak Bara Injey, Dayak Baream, Dayak Kapuas, Dayak Ngaju, Dayak Pulau Telo, dan Dayak Sei Dusun. Bahkan, untuk bahasa Dayak Ngaju sendiri memiliki 32 dialek.
Karena daerahnya yang berbatasan dengan Malaysia dan Brunei serta sejarah panjang nenek moyang yang sama maka tidak heran jika bahasa Melayu memiliki banyak penutur di Pulau Kalimantan. Sejak memasuki abad ke-7, bahasa ini mulai dipakai di daerah Asia Tenggara.
Alasannya adalah karena bahasa ini kebanyakan digunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antara pedagang dan juga pembeli yang datang ke wilayah Nusantara. Di Pulau Kalimantan sendiri, bahasa Melayu banyak dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat yang kemudian disusul dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Di Kalimantan Barat, terdapat sekitar 15 dialek. Di provinsi ini juga ada sebagian masyarakatnya yang menyebut bahasa Melayu dengan sebutan bahasa Melayik. Sementara, di Kalimantan Tengah terdapat 3 dialek dan di Kalimantan Timur terdapat 7 dialek.
Bahasa daerah ini berasal dari suku Punan yang masih satu rumpun dengan suku Dayak. Suku Punan sendiri merupakan salah satu suku pedalaman yang mendiami Kalimantan. Suku ini kerap dilabeli “Penjaga Hutan Rimba” karena cara bertahan hidup mereka yang masih memburu dan meramu.
Bahasa Punan memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan daerahnya, seperti Bahasa Punan di Kalimantan Barat, Punan Long Lamcin dan Punan Merah di Kalimantan Timur, dan Punan Paking di Kalimantan Utara.
Bahasa ini berbeda-beda tergantung daerahnya, seperti bahasa Dusun (Kalimantan Timur), Dusun Deyah (Kalimantan Selatan), Dusun Kalahien (Kalimantan Tengah). Bahasa ini berasal dari salah satu suku yang mendiami daerah Sabah dan sekitarnya, yaitu suku Kadazan atau Dusun. Suku ini juga masih termasuk ke dalam rumpun suku Dayak karena perawakan dan adat istiadatnya yang mirip.
Bahasa ini dapat ditemukan di daerah Kalimantan Timur. Meskipun begitu, bahasa ini memiliki 2 jenis, yaitu Bahau Diaq Lay dan Bahau Ujoh Bilang. Bahasa ini juga sering dikenal sebagai bahasa Dayak Bahau karena berasal dari suku Dayak Bahau yang banyak mendiami daerah Kutai Barat.
Terdapat 2 jenis bahasa Bajau yang dibedakan berdasarkan daerahnya, yaitu Bajau Pondong (Kalimantan Timur) dan Bajau Semayap (Kalimantan Selatan). Bahasa Bajau Pondong sendiri memiliki 3 dialek, yaitu dialek Pulaeu Derawan, Penajam, dan Pondong.
Bahasa ini merupakan bahasa daerah suku Dayak yang tinggal di daerah DAS Barito. Selain itu, yang membuat bahasa ini unik adalah karena adanya pengaruh bahasa Banjar. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Untuk bahasa Bakumpai yang ada di Kab. Barito Selatan, Kalimantan Tengah, terdapat 2 dialek, yaitu dialek Rangga Ilung dan Balawang.
Merupakan bahasa daerah suku Dayak Kayan yang mendiami daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Serawak, Malaysia. Suku ini lebih suka disebut sebagai “Orang Ulu” daripada “Dayak” karena menurut mereka “Dayak” lebih mengarah ke suku lain. Bahasa ini juga memiliki beberapa dialek, seperti Bahasa Kayan Busan dan Kayan Mahakam.