Daftar isi
Benteng adalah bangunan yang digunakan untuk pertahanan sebuah pasukan termasuk pada saat pasukan Belanda berada di Indonesia. Belanda membangung benteng-bentengnya di seluruh wilayah di Indonesia. Beberapa benteng tersebut ada yang sudah hancur namun ada juga yang masih ada hingga saat ini. Benteng-benteng yang masih bertahan antara lain:
Benteng ini berada di daerah Gladak, Kelurahan Kedunglumbu, Kecamatan Pasar Kliwon Solo. Bangunan berbentuk bujur sangkar merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Benteng Vastenburg dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur jenderal Baron Van Imhoff.
Bangunan setinggi 6 meter ini masih nampak kokoh hingga sekarang. Pada masa pra kemerdekaan RI, benteng ini dialih fungsikan sebagai markas TNI. Sedangkan pada tahun 1970-1980an benteng ini digunakan sebagai tempat pelatihan Prajurit TNI yang bertugas di wilayah karesidenan Surakarta dan sekitarnya. Benteng ini kemudian dijadikan sebagai cagar situs budaya sejak tahun 2010 dan dilakukan pemugaran. Benteng ini kerap dikunjungi oleh wisatawan bahkan dijadikan tempat diadakannya acara oleh pemerintah dan juga swasta.
Benteng Van der Wijck berlokasi di Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Benteng ini dibangun pada tahun 1833 dan berfungsi sebagai tempat logistik pasukan Belanda. Belanda membangun benteng ini untuk mempersiapkan perangnya dengan pangeran Diponegoro yang terjadi pada tahun 1825-1830.
Benteng ini diberi nama Van der Wijck karena pada saat itu pasukan Belanda berada di bawah komandan yang cemerlang dalam membungkam perlawanan Acheh. Komandan tersebut adalah Van der Wijck. Namun Van der Wijck bukanlah nama awal yang disematkan pada benteng ini. Sebelumnya benteng Van der Wijck bernama Fort Cochius yang merupakan nama dari gubernur jenderal kala itu.
Benteng Van der Wijck dialih fungsikan sebagai tempat sekolah bagi calon militer keturunan Eropa pada tahun 1856. Sekolah tersebut bernama Pupillen School. Saat ini benteng Van der Wijck berfungsi sebagai area bermain sedangkan bagian atap benteng dimanfaatkan sebagai jalur kereta mini.
Benteng Belgica berdiri di atas bukit Tabaleku Naira Tenggara, Maluku. Benteng ini pada awalnya dibangun oleh bangsa Portugis pada abad ke 16. Namun pembangunan ini sempat berhenti kemudia di bangun kembali oleh Belanda pada tanggal 4 September 1611. Pembangunan kedua benteng ini dibangun atas perintah gubernur jenderal VOC pertama yaitu Pieter Both. Pembangunan benteng Belgica bertujuan untuk menghalau rakyat Maluku yang kala itu menentang monopoli perdagangan VOC.
Bangunan ini memiliki bentuk yang unik yaitu persegi lima dan berada di ketinggian 30 meter. Benteng ini jika dilihat dari udara maka akan terlihat dengan bangunan pentagon di Amerika Serikat. Oleh sebab itu benteng ini disebut sebagai “The Indonesian Pentagon”. Sayangnya bangunan ini sudah terbengkalai sejak tahun 1995. Meski demikian bangunan ini masih terlihat kokoh dan eksotis.
Benteng de Kock adalah salah satu peninggalan Belanda yang berada di bukit jirek, Bukittinggi, Sumatera Barat tepatnya di jalan Banteng, Kecamatan Guguk. Benteng ini dibangun pada tahun 1825 atas perintah pemerintahan Belanda yang pada saat itu berada di bawah pimpinan Gubernur jenderal Markus de Kock. Hal yang melatar belakangi dibangunnya benteng adalah perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol.
Benteng ini dipersiapkan Belanda dalam perang Padri yang terjadi pada tahun 1821-1837. Secara fisik benteng ini hanya menyisakan satu bagian bangunannya dan persenjataannya seperti meriam. Pada tahun 2012 pemerintah memperbaiki bangunan ini agar tetap ada hingga saat ini benteng Van der Kock dijadikan sebagai tempat wisata bersejarah.
Benteng Van den Bosch lebih dikenal sebagai dengan benteng pendem. Benteng ini berada di jalur pertemuan bengawan Solo dan Bengawan Madiun atau tepatnya berlokasi di jl.Suropati No.III, Pelem II, Kabupaten Ngawi. Benteng pertahanan ini dibangun pada tahun 1829 atas perintah gubernur jenderal Defensielijn Van den Bosch. Pemerintah Belanda mendirikan benteng ini untuk mematahkan transportasi logistik pasukan Diponegoro.
Benteng ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat selama puluhan tahun karena benteng ini tidak boleh dijamah oleh publik. Sejak tahun 1962 benteng ini digunakan sebagai markas militer Yon Armed 12 yang sebelumnya berada di Malang. Selain itu benteng ini juga dimanfaatkan sebagai gudang persenjataan. Namun pada tahun 2011 gudang persenjataan tersebut dipindahkan ke jalan Siliwangi, Kota Ngawi. Sejak saat itu pula benteng ini mulai dibuka untuk umum.
Benteng Martello berada di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta. Benteng yang dibangun pada tahun 1850 adalah garda terdepan dari pertahanan Belanda di wilayah Batavia. Benteng berbentuk bundar dengan diameter 23 meter ini terbuat dari batu-bata. Oleh sebab itu benteng ini tidak dapat digunakan untuk jangka waktu panjang. Benteng ini beroperasi hanya sampai tahun 1878.
Setelah itu benteng ini digunakan sebagai gudang penyimpanan mesiu. Kondisi bangunan benteng semakin rusak parah akibat gempa dan tsunami yang disebabkan oleh meletusnya gunung krakatau pada tahun 1883. Benteng ini mulai berhenti digunakan sejak 1903 selain sebagai objek penelitian sejarah. Selain di Pulau Kelor benteng ini juga terdapat di Pulau bidadari dan Pulau Onrust.
Benteng ini merupakan ikon budaya Gorontalo. Benteng ini diperkirakan sudah ada sejak lima abad lalu sekaligus menjadi penanda awal mula kedatangan Portugis. Bangunan ini dibangun untuk pertahanan dan juga mengontrol jalur pelayaran. Ketika Portugis kalah dari Belanda, benteng ini pun diambil alih dan perbaiki pada abad ke 18. Belandan menambahkan banguna kecil di atas bukit.
Bangunan ini kemudian difungsikan sebagai pusat penembakan dan juga pusat pengawasan. Hingga saat ini sisa bangunan tersebut masih berdiri dengan kokoh setelah mengalami empat kali perbaikan. Benteng ini sekarang menjadi tempat wisata bersejarah dan juga tujuan study tour para siswa.