Pernahkah kamu menjumpai pemukiman kumuh yang terletak bersebelahan dengan gedung tinggi di daerah perkotaan? Kalau iya, berarti kamu telah menyaksikan salah satu fenomena yang sering menjadi permasalahan bagi banyak negara di dunia.
Fenomena tersebut disebut dengan ketimpangan sosial (social inequality). Fenomena ini selain ditemukan di banyak negara berkembang, tak jarang juga dapat dijumpai di negara-negara maju. Lalu, apa sih ketimpangan sosial itu?
Menurut beliau, ketimpangan sosial terjadi karena pembangunan yang terus-menerus digalakkan dan hanya berfokus pada ekonomi semata tanpa memperhatikan tentang aspek sosialnya.
Berbeda dengan Chaniago, Ogburn melihat ketimpangan sosial sebagai sebuah perubahan sosial dimana perubahan sosial ini banyak melibatkan unsur-unsur yang ada di masyarakat dan saling berhubungan satu sama lain.
Beliau berpendapat bahwa ketimpangan sosial merupakan suatu dampak akibat gagalnya pembangungan yang awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga di era globalisasi.
Selain ketiga definisi dari ahli di atas, ketimpangan sosial juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan akses di masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya karena adanya perbedaan seperti ekonomi, status sosial, maupun budaya.
Sederhananya, ketimpangan sosial adalah kondisi tidak seimbang yang terjadi di masyarakat. Ada yang orang yang kaya bekerja di gedung-gedung tinggi, tetapi ada juga orang yang sangat miskin dan menggantungkan kehidupannya dengan memulung sampah.
Ketimpangan jenis ini disebabkan karena rendahnya pendidikan sehingga menyebabkan seseorang mempunyai pola pikir yang negatif.
Seseorang yang mempunyai pola pikir negatif akan cenderung mempunyai pemikiran yang pesimis dan mudah menyerah. Hal ini akan berdampak pada kesejahteraan orang tersebut dan mengahambat kemajuannya sendiri.
Adanya perbedaan kelas dan hadirnya stratifikasi sosial di masyarakat membuat fenomena ketimpangan sosial terjadi. Tidak adilnya akses pelayanan umum antara si kaya dan si miskin merupakan salah satu contoh mencolok yang dapat dilihat.
Keberadaan pemukiman kumuh di samping gedung-gedung tinggi juga merupakan contoh nyata adanya ketimpangan sosial yang terjadi di perkotaan.
Yang dimaksud ketimpangan ekonomi adalah ketidakseimbangan distribusi pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat.
Masyarakat kelas bawah cenderung memiliki pendapatan yang pas-pasan sedangkan masyarakat kelas atas memiliki pendapatan yang sangat tinggi. Ketimpangan jenis ini juga disebabkan karena ketidakmerataan pembangunan di tiap wilayah.
Dilansir dari Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan dan Kebuyaan (BPMPK) Kemendikbud, ketimpangan budaya adalah suatu ketidakseimbangan yang terjadi di masyarakat akibat adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan suatu budaya. Misalnya, masyarakat di kota cenderung lebih terbuka dengan perubahan ketimbang masyarakat di desa.
Ketimpangan ini terjadi karena masyarakat tidak mempunyai akses informasi digital. Ada beberapa orang yang dengan mudah mengakses informasi digital dengan menggunakan alat-alat elektronik yang sudah canggih, namun di satu sisi ada beberapa orang yang bahkan tidak mampu untuk membeli alatnya saja.
Fenomena tersebut disebabkan karean adanya perbedaan infrastruktur. Wilayah biasanya memiliki infrastruktur yang lebih lengkap dan didukung dengan kemudahan akses. Sedangkan, subwilayah memiliki fasitlitas yang lebih sedikit dan tidak selengkap di kota. Ketidakmerataan pembangunan dan fasilitas umum merupakan alasan dibalik ketimpangan antara wilayah dan subwilayah
Sama seperti ketimpangan yang terjadi pada wilayah dan subwilayah, perbedaan infrastruktur juga menjadi penyebab terjadi fenomena ini. Selain itu, perbedaan kualitas pelayanan umum juga memperparah ketimpangan yang terjadi.
Ketimpangan ini akan menimbulkan dampak buruk bagi kesejahteraan masyarakat di desa karena akses pelayananan umum yang sulit dan infrastruktur yang kurang memadai membuat pola pikir mereka juga semakin tertinggal.
Penyebaran aset yang kurang merata disebabkan karena distribusi yang kurang merata pula. Hal ini menyebabkan aset-aset negara hanya berpusat di perkotaan saja. Daerah-daerah biasanya lebih tertinggal daripada perkotaan.
Perbedaan antara jalan tol yang mulus dengan jalan di pedesaan yang bahkan masih belum beraspal, adanya infrastruktur telekomunikasi dan informatika yang tidak dapat dapat menjangkau daerah-daerah yanag lebih kecil, transportasi umum yang dikelola oleh pemerintah yang hanya dijumpai di beberapa kota besar saja merupakan contoh adanya ketimpangan aset.