Daftar isi
Awan yang sering terbentuk di daerah pegunungan, seperti awan lenticular dan stratigrafi, terbentuk ketika udara pembawa air berhembus menuruni lereng gunung atau fitur lainnya dan didorong ke atas.
Udara yang mengandung uap air mendingin saat naik, dan prosesnya sama seperti di atas dan akhirnya terbentuklah awan. Jenis awan lainnya, seperti awan kumulus, juga terbentuk di atas pegunungan ketika udara di dekat permukaan tanah menghangat dari matahari dan terangkat oleh angin kering yang bertiup di atas pegunungan.
Pembentukan awan juga dapat terjadi ketika udara yang mengandung uap air berhembus dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan atmosfer rendah. Jika demikian, tidak ada tempat lain yang bisa dilalui udara selain ke atas. Akibatnya, mencapai puncak juga membentuk awan.
Menghitung Berat Awan Cumulus
Awan adalah suatu benda yang massa (kerapatannya) berasal dari kumpulan tetesan air atau kristal air beku. Karena awan adalah benda yang terdiri dari tetesan air, itu berarti awan memiliki massa atau berat.
Khusus untuk awan kumulus, massa jenis air yang dikandungnya adalah 1/2 gram air per meter kubik. Menurut Matt Soniak, ini kira-kira seukuran kelereng di dalam sebuah kotak yang dapat menampung dua orang.
Setelah mengetahui kepadatan awan, Anda harus mengetahui ukuran awan. Menurut Peggy LeMone dari US National Center for Atmospheric Research, rata-rata awan cumulus adalah 1 km lebarnya. Pada dasarnya, bentuk awan cumulus adalah kubus, jadi setiap sisinya adalah 1 km.
Jadi, jika sebuah awan memiliki volume satu miliar meter kubik, ditemukan bahwa berat awan dapat mencapai 500.000 kg. Dengan ukuran ini, Anda dapat mengatakan bahwa awan itu beratnya seperti 100 gajah.
Menurut para peneliti, jenis awan ini memiliki kerapatan gram per meter kubik dan biasanya awan cumulus yang panjangnya setiap kilometer dan tingginya 1 kilometer. Diasumsikan bahwa lebarnya juga 1 km untuk menyederhanakan perhitungan.
Berat tapi Dapat Melayang?
Meskipun awan ini dikatakan seberat gajah bahkan bisa lebih tapi awan tetap bisa melayang. Hal ini pasti akan membuat bingung Anda semua. Oleh karena itu disini akan dijelaskan mengapa hal itu bisa terjadi.
1. Awan Tidak Statis
Hal pertama yang perlu diketahui tentang awan adalah bahwa mereka adalah massa yang tidak stasioner. Jika digambarkan, di dalam awan tampak ada air mancur, di mana udara hangat dari bawah dapat naik melalui pusat awan.
Ketika dia mencapai puncak, arus dari air mancur dapat mendorongnya keluar ke awan. Inilah sebabnya mengapa awan cumulus sering terlihat berkumpul di atasnya. Setiap tonjolan awan adalah hasil dari salah satu gugus udara hangat yang membantu membentuk awan.
2. Awan Terbuat dari Tetesan Air yang Sangat Kecil
Seperti yang Anda ketahui, awan terdiri dari tetesan air yang sangat kecil. Karena sangat kecil, tetesan ini lebih sulit jatuh daripada benda yang lebih berat.
Tetesan air kecil dengan diameter kira-kira 0,01 mm. Sebagai ilustrasi, jika gula batu dibagi menjadi satu miliar keping, setiap keping gula akan seukuran setetes awan.
Saat tetesan awan jatuh, gerakannya menciptakan gesekan dengan udara di sekitarnya. Karena massanya lebih kecil, tetesan air yang membentuk awan lebih sulit untuk di dorong di udara.
3. Tetesan Awan Tetap Berjatuhan
Sama seperti parasut, tetesan awan akan jatuh karena gravitasi. Namun, tetesan air yang membentuk awan akan jatuh dengan sangat lambat. Jatuhnya tetesan awan juga dipengaruhi oleh peran angin.
Ada angin yang bisa bertiup tegak lurus dengan tanah, bertiup lurus ke atas, disebut juga angin bertiup. Jenis angin inilah yang mencegah jatuhnya tetesan kecil air. Jika tidak ada udara yang menghalangi, gravitasi akan menyebabkan awan jatuh, dan benda seperti sebutir timah akan jatuh dengan kecepatan yang sama.
Namun, udara menolak benda-benda yang melewatinya. Nah, tekanan atmosfer memiliki pengaruh lebih besar daripada gravitasi ketika sebuah benda sekecil tetesan air membentuk awan ini. Udara dapat membawa tetesan awan naik lebih cepat daripada saat jatuh.
Oleh karena itu, seseorang dapat mengatakan bahwa seluruh awan tidak jatuh sekaligus, seperti balok es yang besar. Tetesan awan terbesar jatuh lebih dulu, diikuti oleh tetesan yang lebih kecil secara bertahap sampai tidak ada cukup air yang tersisa untuk membentuk lebih banyak tetesan.
4. Ada Faktor Angin
Jatuh perlahan tapi terus jatuh. Artinya ada hal lain yang perlu diperhatikan jika Anda ingin mengetahui lebih jauh mengapa awan terbentuk. Salah satunya adalah elemen angin. Angin dapat bertiup tegak lurus dengan tanah, bertiup lurus ke atas.
Misalnya pada apa yang disebut angin peniup. Jenis angin yang menahan partikel-partikel kecil agar tidak jatuh di udara. Ketika kadar air meningkat dan menjadi tak tertahankan, ini disebut hujan.
Nah, itulah mengapa awan tidak jatuh dan tetap terlihat melayang. Jadi sebenarnya tetesan air yang membentuk awan masih bisa jatuh dalam tetesan kecil.