Edukasi

Contoh Majas Asonansi Dalam Puisi

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bagi para penikmat puisi atau penulis puisi pasti tak asing lagi dengan istilah majas. Ya. Majas adalah gaya bahasa yang digunakan dalam membuat suatu karya sastra. Gaya bahasa ini digunakan untuk memberikan efek tertentu dalam karya sastra sehingga menjadi lebih hidup dan tidak monoton.

Majas yang berfungsi sebagai majas penegasan terhadap pengertian suatu kata atau ungkapan terbagi menjadi 23 jenis. Majas tersebut adalah majas asonansi, majas paralelisme, majas aliterasi, majas pleonasme, majas apofasis, majas tautologi, majas inversi, majas ellipsis, majas retoris, majas klimaks, majas antiklimaks, majas antanaklasis, majas paririma, majas koreksio, majas asindenton, majas polisindenton, majas eklamasio, majas alonim, majas interupsi, majas silepsis, majas simetri, majas enomerasio, dan majas praterio.

Majas asonansi sering digunakan dalam sebuah sajak atau bait pada puisi, namun tidak menutup kemungkinan untuk digunakan dalam tulisan biasa. Sajak yang mengandung majas asonansi akan terlihat lebih penuh penekanan.

Sekarang mari perhatikan contoh-contoh puisi berikut untuk lebih memahami majas asonansi.

  • Suatu senja aku terdiam

Menghadap langit yang makin menghitam

Berharap kau kan datang

Dalam bait puisi diatas terdapat pengulangan huruf vokal “a”.

  • Aku merindu bau laut

yang dulu dapat ku hirup dengan mudah

Dalam bait puisi diatas terdapat pengulangan huruf vokal “u”.

  • Tak salah memang kau katakan

Kalau itu saling menguntungkan

Tetapi ada pihak yang dirugikan

Ibu mu yang melahirkan

Pada bait puisi diatas terdapat pengulangan “an” pada setiap akhir kata.

  • Cinta tak bisa dipaksa

Biarkan ia mengalir apa adanya

Hanya perlu dirasa

Oleh setiap penikmatnya

  • Mungkin cinta ini hanya untukmu

Tulus dari dalam hatiku

Mungkin cinta ini telah memilihmu

Ikhlas tak berbatas waktu

  • Aku untuk kamu

Kamu untuk aku

Namun semua apa mungkin

  • Maafkan aku ibu

Bait kataku terlempar untukmu

  • Bila kata tak cukup mengungkapkan rasa

Biarkan mata yang berbicara

Atas semua hal yang ada dalam dada

  • Kau hadir tanpa permisi

Mengisi hari ku yang sunyi

Bagai kicauan burung di pagi hari

  • Wahai kamu cewek manis

Jangan biarkan dirimu menangis

Hanya untuk sekedar mengais

  • Semesta bicara tanpa bersuara

Semesta ia kadang buta aksara

Sepi itu indah, percayalah

Membisu itu anugerah

  • Seperti hadirmu dikala gempa

Jujur dan tanpa bersandiwara

Teduhnya seperti hujan di mimpi

Berdua kita berlari

Lirik lagu “Hujan di Mimpi” oleh Banda Neira tersebut terdapat pengulangan huruf “a”.

  • Ku lihat ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Air matanya berlinang

Mas intan nya terkenang

Pada lirik lagu ‘Ibu Pertiwi’ diatas terdapat pengulangan huruf “i” pada bagian akhir lagu pada bait pertama dan kedua, sedangkan pada bait ketiga dan keempat terlihat pengulangan suku kata “ang”.

  • Berlalu, lalu kini kau menunggu

Serap seram di pundakmu

Lepaskan rantai yang membelenggu

Nyalakan api dan lenteramu

Terdapat pengulangan huruf “u” pada lirik lagu “Api dan Lentera” oleh Barasuara.

Begitu banyak bait puisi yang bisa menggunakan majas asonansi. Tak terkecuali dalam sebuah lirik lagu yang bmungkin tiap hari kita dengarkan. Jika diteliti lebih jauh, majas asonansi tak hanya pengulangan huruf vokal dalam setiap kata yang digunakan, namun juga dapat digunakan untuk menandai akhir kalimat.

Majas sendiri dapat diartikan sebagai suatu gaya bahasa yang digunakan untuk memberi efek imajinatif bagi para pembacanya. Artinya, terdapat berbagai jenis majas dan contohnya yang dapat digunakan untuk berbagai kesempatan.

Salah satu majas yang sering digunakan adalah majas asonansi. Asonansi dalam kamus besar bahasa Indonesia bermakna pengulangan bunyi vokal pada deretan kata. Sementara itu, majas asonansi merupakan suatu gaya bahasa yang dapat memberikan efek penegasan berupa perulangan huruf vokal pada kata atau frasa.