Gunung Krakatau atau Krakatoa adalah salah satu gunung api aktif yang namanya terkenal tidak hanya di dalam negeri, melainkan juga hingga ke luar negeri. Hal ini dikarenakan sejarah erupsi Krakatau yang sangat dashyat dan dampaknya dirasakan bahkan hingga ke penjuru dunia.
Berbicara mengenai Gunung Krakatau maka tidak bisa dipisahkan dengan Gunung Anak Krakatau yang ada saat ini. Berikut adalah beberapa fakta terkait gunung yang terletak di Selat Sunda ini:
Gunung Krakatau terletak di Pulau Rakata yang berada di Selat Sunda, yakni selat yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Secara geografis, gunung ini berada pada pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Autralia.
2. Pernah mengalami letusan besar pada era sebelum masehi
Ada catatan sejarah yang menyebutkan bahwa Gunung Krakatau Purba pernah meletus hebat pada tahun 416 SM yang mana letusan itu memunculkan kawah raksasa dengan diameter mencapai 6 km.
3. Gunung Api dengan letusan terdahsyat dalam sejarah
Pada tanggal 27 Agustus 1883, tercatat bahwa Gunung Krakatau meletus dengan letusan yang sangat dahsyat hingga jejak letusannya berdampak ke penjuru dunia. Diperkirakan kekuatan letusan itu setara dengan 30.000 kali bom atom yang dijatuhkan Amerika di Hirosima dan Nagasaki.
Dalam letusan itu, dua pertiga bagian Krakatau runtuh, melenyapkan sebagian pulau-pulau disekitarnya, menyebabkan tsunami hebat, serta menewaskan sekitar 36.000 jiwa lebih.
4. Suara dan getaran akibat letusan Krakatau tahun 1883 terdengar hingga radius ribuan kilometer
Menurut data sejarah, suara letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 terdengar hingga ke Alice Springs di Australia dan Pulau Rodrigues di Afrika. Adapun getarannya terasa hingga ke benua Eropa.
5. Letusannya memicu perubahan iklim global
Fakta lain dari letusan fenomenal Kralatau di tahun 1883 adalah bahwa letusan tersebut memicu terjadinya perubahan iklim dunia. Hal ini dikarenakan abu vulkanik akibat letusan gunung ini menutupi atmosfer bumi dan membuat bumi mengalami kegelapan selama 2,5 hari. Bukan hanya itu, bahkan matahari tetap bersinar redup akibat sisa-sisa abu vulkanik di atmosfer dalam jangka waktu setahun.
Akibatnya suhu rata-rata bumi mengalami penurunan sebesar 1,2°C dan pola cuaca menjadi tidak beraturan selama kurang lebih 5 tahun setelahnya, yakni hingga tahun 1888.
5. Lahirnya Anak Krakatau
Efek lain dari letusan Krakatau adalah munculnya Gunung Anak Krakatau, yakni 40 tahun setelah letusannya pada tahun 1883 dengan kecepatan tumbuh sekitar 20 inchi per bulan atau 6 meter per tahun.
6. Terus tumbuh hingga sekarang
Hingga saat ini Gunung Anak Krakatau terus bertumbuh ke arah tenggara. Gunung Anak Krakatau masih terus berusaha membentuk tubuhnya dan belum bisa diprediksi sampai kapan akan berhenti.
Pada tahun 2018 diperkirakan ketinggian Gunung Anak Krakatau mencapai 330 meter, hanya saja volume tubuh Anak Krakatau telah berkurang akibat adanya proses rayapan tubuh gunung api dan laju erupsi sehingga diperkirakan kini tingginya tinggal sekitar 110 meter.i
7. Memiliki tipe letusan Strombolian
Tipe letusan strombolian adalah tipe letusan yang biasanya terjadi pada gunung api aktif yang terletak di tepi atau tengah benua. Ciri khas dari erupsi strombolin adalah adanya semburan gas dan debu vulkanik yang disertai pijaran lava cair setiap 15 sampai 30 menit.
8. Menjadi kawasan cagar alam
Kawasan Gunung Krakatau sekarang ini menjadi cagar alam yang termasuk di dalamnya adalah empat pulau kecil yang ada di sekitarnya, yaitu Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau Rakata Kecil (Pulau Panjang). Semua pulau-pulau ini diperkirakan berasal dari sistem Gunung Krakatau di masa lalu.
9. Rawan Bencana
Menurut peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau dengan diameter lebih dari 2 kilometer termasuk ke dalam kawasan rawan bencana. Potensi bahaya terbesarnya adalah lontaran material panas, aliran lava, serta awan panas.
10. Bisa menimbulkan tsunami
Potensi bencana lain yang bisa ditimbulkan oleh Gunung Anak Krakatau disini adalah tsunami. Hal ini pernah terjadi pada tanggal 22 Desember 2018, dimana letusan Anak Krakatau yang terjadi saat itu tsunami yang melanda Pandeglang, Serang, dan juga wilayah Lampung Selatan.