Interaksi sosial adalah salah satu materi dasar dalam bidang sosiologi, yaitu suatu hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok.
Interaksi sosial juga bisa dikatakan sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antar tindakan individu atau antar kelompok melalui simbol-simbol bahasa yang digunakan.
Ada berbagai faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial yaitu:
Imitasi adalah satu proses interaksi yang dilakukan dengan cara meniru atau mengikuti sebagian perilaku orang lain dan tidak berlangsung secara permanen.
Salah satu segi positif dari imitasi adalah bahwa faktor ini dapat mendorong individu untuk mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Contohnya terlihat pada seseorang yang meniru gaya dandanan dan perilaku artis idolanya yang selalu menjaga perilaku dalam bermasyarakat dan tidak pernah mendapatkan gosip miring.
Proses interaksi yang dilakukan dengan cara meniru atau mengikuti hampir seluruh perilaku orang lain sehingga hampir mirip seperti penampilan fisik, dan bersifat lebih permanen serta mendalam daripada imitasi karena dapat membentuk kepribadian seseorang melalui proses ini.
Contohnya seseorang yang melakukan operasi plastik mengikuti wajah artis idolanya, hal ini bisa menjadi contoh kontak sosial negatif.
Suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lainnya. Dalam proses simpati, perasaan memegang suatu peranan yang sangat penting sehingga menghasilkan keinginan untuk memahami pihak lain tersebut dan untuk bekerja sama.
Simpati bisa dikatakan sebagai contoh hubungan sosiologi dengan pendidikan, karena rasa simpati bisa terbangun karena pendidikan moral yang kuat sejak dini.
Contoh seseorang yang merasakan simpati terhadap orang yang mengalami suatu musibah dan kemudian tergerak untuk memberikan pertolongan atau bantuan.
Faktor ini terjadi ketika seseorang memberi suatu pandangan dari dirinya sendiri yang lalu diterima oleh pihak lain sebagai suatu kebenaran.
Sugesti bisa terjadi dari diri sendiri maupun orang lain dan lebih bersifat psikis.
Contoh seseorang yang selalu berusaha hidup mengikuti aturan sosial karena adanya sugesti bahwa perilaku menyimpang tersebut tidak dapat diterima sebagai anggota masyarakat yang baik.
Maka penyebab perilaku menyimpang di masyarakat pun harus dihindarinya.