Geografi

8 Gunung di Daerah Wonosobo

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Wonosobo merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di daerah dataran tinggi dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan. Selain terkenal dengan wisata Dieng yang sering dijuluki sebagai daerah terdingin di Indonesia, Wonosobo juga memiliki beberapa gunung terdekat yang terlihat jelas dari berbagai sudut daerah itu.

Bagi pecinta nuansa alam, melihat pemandangan gunung maupun melakukan pendakian menjadi hal yang sering diimpikan. Namun, siapa sangka jika gunung tersebut merupakan jajaran gunung berapi yang masih aktif dengan adanya aktifitas vulkanik di sekitar kawah hingga kini.

Aktifitas vulkanik di sekitar gunung tidak jarang membawa dampak adanya perubahan suhu pada daerah sekitar. Tidak heran jika kawasan gunung beserta desa terdekat yang terlatak di kaki gunung maupun kaki bukit memiliki suhu yang lebih dingin dibandingkan dengan daerah dataran rendah pada umumnya.

Berikut 8 Gunung di Daerah Wonosobo

1. Gunung Sumbing

Gunung Sumbing merupakan salah satu gunung tertinggi di daerah Wonosobo dimana tingginya mencapai lebih dari 3.300 mdpl. Gunung Sumbing merupakan salah satu gunung berapi aktif dengan letusan paling besar tercatat di sekitar tahun 1730.

Gunung Sumbing merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia dimana kawahnya terdiri dari kumpulan mineralogi dan kandungan Sulfotara yang tinggi pada lahar panasnya dengan suhu lebih dari 100 derajat Celcius.

Meskipun membentang di sekitar daerah Wonosobo, tetapi Gunung Sumbing berbatasan dengan beberapa daerah di sekitarnya seperti Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Magelang.

Selain itu, pemandangan sekitar gunung juga dapat dinikmati seperti Gunung Sindoro dan juga perbukitan sekitar gunung yang meluas hingga kawasan ladang petani lokal di daerah Wonosobo. Selain itu, gunung Sumbing juga dikelilingi oleh Hutan Montane dan Hutan Bukit.

2. Gunung Sindoro

Seringkali Gunung Sindoro disebut sebagai kembaran Gunung Sumbing karena terlihat berdempetan dari kejauhan. Kenyataanya, letak kedua gunung tersebut berjauhan dan justru bersebrangan jika dilihat lebih dekat dari daerah Wonosobo.

Gunung Sindoro terletak diantara Wonosobo dan Temanggung yang merupakan kabupaten yang saling berdekatan dengan ketinggian sekitar 3.136 mdpl. Tidak heran jika gunung tersebut dapat terlihat dengan jelas di sekitar Wonosobo dan daerah lain di sekitarnya.

Gunung Sindoro merupakan jenis gunung stratovulkanik dimana gunung ini merupakan semi aktif dan dapat aktif sewaktu-waktu. Selain itu, lahar panas akibat letusan gunung akan mengeras dan membentuk bebatuan yang dapat menjadi bentuk gunung baru jika tumpukan letusannya sangat besar.

Dalam sejarahnya, Gunung Sindoro telah mengalami beberapa kali letusan dan tercatat sekitar sebelas letusan sejak tahun 1806 hingga tahun 1973. Di tahun 2011, tercatat jika gunung ini kembali aktif dengan adanya semburan awan panas dan gempa tektonik yang mengalami peningkatan dengan periode tertentu.

3. Gunung Prau

Sama halnya dengan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, Gunung Prau juga merupakan gunung yang berapi tidak aktif yang terletak di dataran tinggi Dieng yang berada di daerah Wonosobo. Gunung ini berbatasan langsung dengan beberapa daerah di sekitarnya seperti Kabupaten Temanggung, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Batang.

Gunung Prau merupakan salah satu gunung yang berada dalam kawasan konservasi hutan lindung milik pemerintah yang termasuk di dalam lingkup pengelolaan PT Perhutani sehingga keasrian alam beserta flora dan fauna di sekitarnya sangat dilindungi pemerintah.

Beberapa flora langka yang dilindungi di Gunung Prau diantaranya tumbuhan Kantong Semar, Edelweiss Jawa, hingga Pakis Resam. Selain itu, Fauna langka yang dilindungi di kawasan hutan lindung Gunung Prau diantaranya Macan Tutul Jawa, Sigung Jawa, dan Elang Jawa.

4. Gunung Bismo

Gunung Bismo merupakan gunung yang berada di daerah Wonosobo tepatnya diapit antara desa Sikunang dan Campursari yang berada di kecamatan Kejajaran. Kawasan hutan gunung Bismo merupakan kawasan hutan lindung yang termasuk di daerah konservasi perlindungan flora dan fauna Indonesia.

Dengan ketinggian sekitar 2.365 mdpl, Gunung Bismo masuk dalam kategori gung api dengan kawah tua berjenis Stratovulkanik. Letusan gunung yang terbesar membuat bongkahannya menjadi menjadi dataran yang lebih rendah dan kini dihuni oleh masyarakat sebagai desa Sikunang.

Hingga kini, aktivitas gunung Bismo tidak terlihat aktif lagi sehingga memudahkan para pendaki yang ingin menyelusuri keindahan Gunung Bismo. Meskipun demikian, sebagai bagian dari gunung api aktif di dataran Gunung Dieng, Gunung Bismo juga dapat kembali aktif sewaktu-waktu.

5. Gunung Sipandu

Kawasan dataran tinggi Dieng dipenuhi dengan beberapa deretan gunung api. Beberapa diantaranya masih aktif tetapi ada juga yang termasuk dalam gunung tidak aktif, seperti Gunung Sipandu. Hal tersebut karena secara alamiah, Gunung Sipandu merupakan bukit tinggi menjulang setinggi 2.241 mdpl yang terdiri dari bebatuan padat disertai tanah gembur yang cocok untuk pertanian.

Gunung Sipandu secara geografis terletak di dataran tinggi Dieng yang meluas hingga Kabupaten Batang dan Kabupaten Banjarnegara. Desa terdekat yang berada di kaki bukit gunung Sipandu bernama Desa Pranten. Kompleks perbukitan Gunung Sipandu terdiri dari hutan lebat yang berjejer alami dan meluas hingga kawasan telaga Dringo.

Selain memiliki kawasan hutan lebat nan hijau, Gunung Sipandu juga dikelilingi oleh lahan pertanian yang dikelola masyarakat lokal sebagai mata pencaharian utama. Tidak hanya sayuran seperti kubis, kentang, hingga wortel, tetapi juga meluas hingga ladang tembakau walaupun dalam jumlah yang sedikit dibanding lahan sayuran.

6. Gunung Pakuwaja

Masih berada dalam kompleks dataran tinggi Dieng, Gunung Pakuwaja memiliki ketinggian sekitar 2.413 mdpl. Gunung ini berada di Desa Parikesit yang termasuk dalam area Kecamatan Kejajar di Kabupaten Wonosobo.

Gunung Pakuwaja memiliki puncak berbentuk bebatuan yang setinggi 50 meter yang dipercaya sebagai paku yang menopang Pulau Jawa. Batu tersebut terdiri dari bebatuan keras yang terbentuk dari tumpahan bebatuan dan lahar panas yang meletus dari Gunung Pakuwaja saat masih aktif ratusan tahun yang lalu.

Kompleks Gunung Pakuwaja terdiri dari hutan pinus hingga padang savana yang luas. Selain itu, Gunung Pakuwaja juga berisi berbagai flora dan fauna langka yang dilindungi pemerintah. Beberapa fauna yang sering dijumpai diantaranya Kera Jawa, Kijang Jawa, dan beberapa burung endemik yang menetap di Gunung Pakuwaja.

7. Gunung Kembang

Gunung Kembang merupakan gunung berapi aktif yang diketahui sebagai anak dari Gunung Sindoro. Letusan Gunung Sindoro sejak tahun 1806 membentuk anak gunung yang kemudian disebut sebagai Gunung Kembang. Tidak hanya itu, letusan Gunung Kembang di tahun 1882 juga berdampak tidak jauh berbeda dengan letusan Gunung Sindoro.

Gunung Kembang diketahui terbentuk akibat letusan kawah Gunung Sindoro yang menyebabkan ketinggiannya selalu bertambah dari waktu ke waktu. Hingga kini ketinggian gunung tersebut mencapai lebih dari 2.300 mdpl.

Secara geografis, Gunung Kembang terletak di Desa Damarkasihan yang termasuk dalam Kecamatan Kreteg di Kabupaten Wonosobo. Daerah terdekat yang terletak di kaki bukit Gunung Kembang adalah Dukuh Blembem Kaliurip.

Sama halnya dengan Gunung Sindoro yang dikelilingi oleh hutan lindung berisi flora dan fauna langka, Gunung Kembang juga memiliki hal serupa. Terlebih, keberadaan babi hutan Jawa dan ratusan jenis bunga anggrek yang merupakan fauna dan flora endemik di Gunung Kembang dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di Gunung Sindoro.

8. Puncak Sikunir

Puncak Sikunir merupakan daerah perbukitan yang menyerupai kawasan pegunungan yang terletak di sekitar dataran tinggi Dieng yang merupakan kawasan dataran tinggi volkanik yang tergolong aktif dengan adanya aktifitas lahar dari sekitar perbukitan dataran tinggi Dieng.

Dikarenakan masuk dalama kawasan dataran tinggi Dieng, lebih tepatnya di sebelah timur laut kaldera Dieng, Puncak Sikunir memiliki jenis iklim Koppen dimana saat musim kemarau suhu akan menjadi lebih dingin dan akan lebih hangat saat musim hujan.

Dengan ketinggian sekitar 2.463 mdpl, permukaan kaldera di Puncak Sikunir diketahui tidak terdapat terdapat aktifitas magma vulkanik yang aktif seperti halnya kawasan telaga Sileri atau Sikidang yang berada tidak jauh dari Puncak Sikunir. Beberapa kawah tersebut mengandung gas beracun yang dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik panas bumi atau geotermal.

Beberapa gunung di atas merupakan gunung di daerah Wonosobo yang tergolong masih memiliki aktifitas lahar vulkanik dan juga beberapa yang sudah tidak aktif. Meskipun demikian, karena letaknya yang berada dalam lingkup kawasan gunung berapi aktif menjadikannya dapat aktif sewaktu-waktu.