Daftar isi
Musik campursari merupakan musik yang sudah berkembang di daerah Jawa terutama Jawa Tengah. Musik ini adalah perpaduan dari dua alat musik yang berirama nada pentatonik dan alat musik yang berirama nada diatonik.
Dengan memadukan dua unsur musik yang berbeda jenis tersebut akan menghasilkan sebuah jenis musik baru yang disebut dengan musik campursari.
Sejarah Musik Campursari
Pada masa awal kemunculannya, musik campursari ini sempat menimbulkan adanya pertentangan dengan para pegiat kesenian lainnya. Mereka menganggap bahwa musik ini akan menurunkan citra keagungan dalam kesenian tradisional Jawa di mana telah terkenal dengan kebudayaan keratonnya yang adiluhung.
Musik campursari pertama kali dipopulerkan oleh seorang seniman bernama Manthous. Beliau memperkenalkannya dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan sekitar akhir tahun 1980-an. Kemudian pada tahun 1993, Manthous membentuk sebuah grup musik campursari dan diberi nama dengan Campursari Gunung Kidul (CSGK).
Dengan biaya sendiri dan tekad yang kuat, akhirnya Manthous berencana untuk memboyong seluruh anggota grup musiknya pergi ke Jakarta untuk rekaman. Kemudian album mereka yang berjudul Kanca Tani itu ditawatkan kepada rekan-rekannya yang ada di Semarang di mana Manthous mempunyai saudara yang bekerja dalam mengelola studio rekaman Pusaka Record.
Mesikpun masih bersifat spekulatif, akhirnya rekan Manthous tersebut menerima tawarannya untuk menduplikat dan menjual album tersebut ke pasar.
Tanpa diduga, pasar menyambutnya dengan positif di mana telah terjual hingga ribuan kaset. Sejak saat itulah, nama Manthous semakin dikenal oleh masyarakat saat dirinya mengeluarkan album keduanya.
Perkembangan Musik Campursari
Musik campursari tentunya terus berkembang bahkan setelah kepopuleran Manthous mulai menurun. Hal itu ditandai oleh munculnya beberapa musisi baru seperti Didi Kempot, Cak Diqin, Sonny Joss, bahkan hingga penyanyi campursari baru salah satunya adalah Soimah di mana bergantian menghiasi blantika dalam musik campursari.
Perkembangan musik campursari yakni musik rakyat kecil tentunya tidak terlepas dari adanya pengangkatan tema yang sederhana dan dekat dengan masyarakat kecil. Oleh karena itu tidak jarang kita temukan bahwa musik campursari ini diidentikan dengan musiknya rakyat jelata atau kaum marjinal.
Tema yang diangkat pun beragam mulai dari cinta dan kesedihan, menikmati hidup, kisah wong cilik, dan sebagainya. sehingga tidak aneh apabila musik campursari ini begitu merakyat serta hampir selalu ada di acara-acara hajatan rakyat biasa.
Dalam prakteknya, musik ini lebih cenderung menggunakan bahasa sehari-hari. Tidak seperti musik langgam jawa di mana harus memakai bahasa kesustraan Jawa.
Dengan kata lain, musik campursari menggunakan bahasa umum di lingkungan masyarakat. Sehingga saat kita mendengarkan lagu campursari tidak perlu berpikir terlalu dalam atau teliti untuk mengetahui makna dari lagu tersebut.
Tidak hanya itu, lagu-lagu dalam musik campursari juga banyak yang mengisahkan tentang hidup wong cilik. Mulai dari bagaimana susahnya menjadi rakyat kecil yang mencari kerjaan, bagaimana memenuhi keinginan hidupnya, dan sebagainya.
Bahkan bagaimana kita dapat menangkap kesan sederhana yang tercantum di dalam lagunya seperti lagu yang dinyanyikan oleh Didi Kempot berjudul Kuncung.
Ciri-Ciri Musik Campursari
Berikut ini beberapa ciri khas dari musik campursari yang perlu kita ketahui antara lain:
- Merupakan musik khas daerah Jawa Tengah. Musik campursari adalah musik khas Jawa. Musik ini telah besar dan berkembang di tanah Jawa khususnya Jawa Tengah. Daerah yang sangat kental dengan adat keraton ini sempat menjadi pertentangan musik campursari karena khawatir menurunkan citra keagungan kesenian yang ada di sana.
- Menggunakan alat-alat musik tradisional. Berbeda dengan musik lainnya, musik campursari ini lebih diiringi oleh alat musik tradisional sebagai komponen utamanya. Adapun alat musik yang mengiringi seperti kendang ciblon, kendang jaipong, demung, saron, gong gede, gender dan sebagainya.
- Menggunakan bahasa sehari-hari. Musik campursari adalah musik mengisahkan tentang rakyat di mana bahasa yang digunakan adalah bahasa umum yang ada di lingkungan masyarakat. Hal ini bertujuan agar yang mendengarkannya tidak perlu terlalu berpikir dalam untuk mengetahui makna dari lagu tersebut.
- Memiliki nada yang sederhana. Nada yang digunakan dalam musik campursari juga terbilang sederhana. Musik ini adalah perpaduan antara nada pentatonik dan nada diatonik. Sehingga menjadi suatu musik yang baru karena memadukan dua nada yang berbeda.
- Mengangkat kisah hidup orang kecil. Hal unik lainnya dari musik ini adalah menceritakan kisah hidup tentang orang kecil atau rakyat jelata. Adapun kisahnya mulai dari perjuangan mencari makan, mencari pekerjaan hingga memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Tokoh Musik Campursari Paling Terkenal
Adapun tokoh musik campursari yang paling terkenal mulai dari musisi, komposer hingga penyanyinya sebagai berikut:
Manthous
Manthous atau benama asli Anto Sugiaro merupakan penyanyi sekaligus penulis lagu yang lahir pada 10 April 1950 di Playen, Gunungkidul, Yogyakarta.
Karirnya di dunia musik telah dimulai sejak dirinya berusia 16 tahun di mana Manthous pergi ke Jakarta dengan hidup sebagai pengamen. Beliau bergabung bersama orkes keroncong Bintang Jakarta yang dipimpin oleh Budiman BJ pada tahun 1969.
Melalui perjalanan yang panjang, kesuksesannya dimulai sejak Manthous membangun sebuah grup musik yang dikenal dengan Campursari Gunung Kidul dengan menampilkan kekhasan campursari bersama langgam-langgam jawa yang telah ada. Kini, beliau telah dianggap sebagai tokoh yang paling berpengaruh terhadap perkembangan musik campursari.
Didi Kempot
Didi Kempot atau bernama asli Didik Prasetyo merupakan tokoh musik campursari setelah Manthous. Pria kelahiran 31 Desember 1966 di Soo ini adalah seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu campursari yang hingga kini masih dikenang.
Dahulunya, beliau adalah seorang pengamen yang kemudian dari lagu-lagunya telah membawanya menjadi penyanyi terkenal. Salah satunya adalah lagu Stasiun Balapan.
Bahkan beliau tidak hanya terkenal di Indonesia, melainkan juga di Suriname dan Belanda. Album pertama beliau rilis pada tahun 1999 yang meledak di pasaran.
Sejak saat itulah, Didi merasa yakin untuk menekuni tembang-tembang Jawa. Tidak hanya itu, beliau pernah membuat sebanyak 12 album sekaligus dalam satu tahun.
Sonny Josz
Sonny Josz merupakan seorang penyanyi campursari yang terkenal dengan ciri khas suara lembut dan juga terkesan sedih. Beliau sangat professional terlebih lagi dalam olah vokal dan bermusiknya. Hal itu sudah terbukti dengan lagu-lagu yang dinyanyikannya laris di pasaran hingga sekarang.
Contoh Tembang Campursari
Ada banyak sekali tembang atau lagu campursari yang hingga kini masih dinyanyikan oleh masyarakat. Berikut ini beberapa contoh tembang campursari:
- Stasiun Balapan oleh Didi Kempot.
- Terminal Tirtonadi oleh Didi Kempot.
- Cucak Rowo oleh Didi Kempot.
- Yang Penting Hepi oleh Didi Kempot.
- Getuk oleh Manthous.
- Anting-anting oleh Manthous.
- Nyidamsari oleh Manthous.
- Kempling oleh Manthous.
- Oplosan oleh Nur Bayan.
- Pokoke Joget oleh Nur Bayan.
- Sri Wis Bali oleh Sonny Josz.
- Woyo woyo oleh Soimah.
- Sido Rondho oleh Cak Diqin.
- Cinta Tak Terpisahkan oleh Cak Diqin.