Kimia

Ikatan ION: Pengertian, Sifat dan Contohnya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pengertian Ikatan ION

Ikatan ION merupakan ikatan yang terbentuk akibat dari serah terima elektron sehingga membentuk ion positif dan ion negatif yang wujud elektronnya sama seperti gas mulia. Gaya elektrostatik dapat mengikat ion positif dan ion negatif.

Senyawa yang diproduksi dapat disebut dengan senyawa ion. Dalam ikatan ionik terdapat perpindahan elektron dari satu atom ke atom lainnya. Perpindahan tersebut menyebabkan atom yang mendapatkan elektron menjadi bermuatan negatif.

Sedangkan atom yang kehilangan elektron akan bermuatan negatif. Namun, apabila terdapat atom yang ketambahan elektron maka atom tersebut akan menjadi ion negatif yang disebut dengan anion.

Lain halnya apabila atom yang kehilangan elektron, maka atom tersebut akan menjadi ion negatif yang dapat disebut dengan kation. Perbedaan muatan antara ion positif dan ion negatif, akan menyebabkan saling tarik menarik oleh gaya elektrostatik. Peristiwa tersebut merupakan dari ikatan ionik.

Ikatan ion juga dapat dipahami sebagai ikatan yang terbentuk antara atom logam dan non-logam yang ditandai dengan peristiwa serah terima elektron. Adapun ciri-ciri ikatan ion, antara lain sebagai berikut.

  • Terangkai berdasarkan atom logam dan non logam
  • Memiliki gaya elektrostatik atau saling tarik antara ion positif dan ion negatif.

Sifat Fisis Ikatan ION

Ikatan ion memiliki sifat fisis yang didasarkan oleh gaya elektrostatis yang kuat antara ion positif dan ion negatif. Berikut beberapa sifat fisis ikatan ion, diantaranya.

1. Memiliki sifat konduktor listrik.

Senyawa ion memiliki sifat konduktor listrik. Senyawa ini dapat menghantarkan listrik sebab mempunyai unsur yang bermuatan atau ion yang dapat membawa elektron dari satu tempat ke tempat lainnya.

Namun tidak semua senyawa ion dapat menghantarkan listrik dengan baik, hanya senyawa ion dalam bentuk lelehan atau larutan saja yang mampu melakukan hal tersebut. Senyawa ion yang berbentuk padat tidak dapat menghantarkan listrik sebab ion-nya terkunci dan tidak dapat berpindah tempat.

2. Memiliki sifat keras namun ada rapuh.

Dalam fase padat ikatan ion tidak dapat menghantarkan listrik, sedangkan apabila ikatan ion sedang dalam leburan atau larutan maka dapat menghantarkan listrik. Senyawa ion bersifat keras seperti kristal namun dapat dengan mudah hancur saat dikenakan gaya yang dapat memicu perpecahan.

Senyawa ion yang berbentuk kristal dan bersifat keras dengan struktur yang teratur, yang mana kation dan anion terangkai secara bergantian dan membentuk struktur tiga dimensi.

3. Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi.

Ikatan ion mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi, kurang lebih sekitar 500 derajat celcius. Hal tersebut disebabkan oleh energi yang dibutuhkan besar untuk dapat memutuskan ikatan ion yang kuat dan kristal.

Sedangkan apabila energi bersumber dari panas maka untuk mendapatkan energi yang besar diperlukan panas yang besar pula. hal tersebut secara otomatis dapat meningkatkan titik lebur dan titik didih pada senyawa ion.

4. Mudah larut dalam air

Senyawa ion akan mudah larut apabila ada dalam pelarut air dan tidak larut apabila dalam pelarut organik. Hal tersebut disebabkan karena senyawa ion dapat terdisosiasi dengan sempurna.

Proses Pembentukan Ikatan ION

proses pembentukan ikatan ION

Dalam kaidah oktet setiap unsur harus memiliki wujud elektron seperti gas mulia, dapat dengan melepaskan elektron ataupun menerima elektron agar stabil. Kejadian serah terima elektron terjadi pada senyawa NaCl atau garam dapur.

Natrium (Na) dengan konfigurasi elektron (2,8,1) akan lebih stabil apabila melepaskan satu elektron sehingga konfigurasi elektron berubah menjadi (2,8). Sedangkan Klorin (CI), yang memiliki konfigurasi (2,8,7), akan lebih stabil apabila mendapatkan satu elektron sehingga konfigurasinya menjadi (2,8,8).

Untuk menstabilkan konfigurasi natrium dan klorin, maka natrium menyumbang satu elektron dan klorin mendapatkan satu elektron dari natrium. Apabila natrium sudah kehilangan satu elektron maka natrium berubah menjadi lebih kecil.

Sedangkan klorin berubah menjadi lebih besar karena ketambahan satu elektron. Hal tersebut menjadi penyebab ukuran ion positif selalu lebih kecil daripada ukuran sebelumnya, namun ion negatif akan berubah menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan ukuran sebelumnya.

Peristiwa pertukaran elektron menyebabkan Na akan menjadi bermuatan positif sehingga simbolnya akan berubah seperti ini (Na+) dan klorin yang berubah menjadi bermuatan negatif akan disimbolkan seperti ini (CI-). Selanjutnya ikatan ionik terbentuk ketika terjadi gaya elektrostatik antara Na+ dan CI-.

Perbedaan Ikatan ION dan Ikatan Kovalen

Terdapat beberapa perbedaan antara ikatan ion dengan ikatan kovalen, berikut diantaranya.

  • Ikatan ion mempunyai titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikatan kovalen.
  • Ikatan ion yang ada pada atom logam dengan non logam, sedangkan ikatan kovalen terjadi antar atom non logam saja.
  • Ikatan kovalen hanya dapat menyalurkan listrik dalam bentuk larutan. Sedangkan ikatan ion dapat menyalurkan listrik dalam bentuk lelehan maupun larutan.
  • Ikatan ion terjadi disebabkan oleh perpindahan elektron dari kation ke anion, sedangkan ikatan kovalen terjadi disebabkan oleh penggunaan bersama pasangan elektron dari atom yang sama-sama kurang elektron.

Contoh Ikatan ION

Secara umum ikatan ion terjadi pada peristiwa atim logam dan non logam. Atom logam pada golongan IA dan IIA memiliki peran sebagai kation, sementara itu atom-atom non-logam pada golongan VIIA dan VIA dapat memiliki peran sebagai anionnya. Sebagai contoh senyawa yang mengandung ikatan ion adalah sebagai berikut.

  1. Ikatan ionik dimiliki KF sebab K termasuk jenis logam pada golongan IA dan F merupakan jenis non-logam sebab termasuk jenis logam pada golongan VIIA.
  2. Ikatan ionik dimiliki K20 sebab K termasuk jenis logam pada golongan IA dan O termasuk jenis non-logam pada golongan VIA.
  3. Ikatan ionik dimiliki MgCI2 sebab Mg termasuk jenis logam pada golongan IIA dan CI termasuk jenis non-logam pada golongan VIIA.
  4. Ikatan ionik dimiliki BaCI2 sebab Ba termasuk jenis logam pada golongan IIA dan CI termasuk jenis non-logam pada golongan VIIA.
  5. Ikatan ionik dimiliki LiF sebab Li termasuk jenis logam pada golongan IA dan F termasuk jenis non-logam pada golongan VIIA.