Daftar isi
Ketika mendengar kata “ilmuwan” sebagian dari kita mungkin akan membayangkan sosok manusia dewasa bahkan tua dengan rambutnya yang sudah mulai memutih
. Namun tahukah kamu bahwa untuk menjadi ilmuwan tidaklah terbatas pada usia. Selama seseorang itu memiliki kemampuan dan kecerdasan dan berkontribusi dalam sebuah bidang ilmu pengetahuan maka sudah bisa dikategorikan sebagai ilmuwan.
Jika anak-anak cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain namun berbeda dengan mereka yang ada di bawah ini yakni para ilmuwan-ilmuwan dengan usia paling muda di dunia.
Philip Sterich merupakan seorang ilmuwan kelahiran Princeton, New Jersey pada tahun 1996. Ia dinobatkan sebagai “The Baby Nobel” pada tahun 2009 lalu bersama dengan ilmuwan muda lainnya yaitu Davidson Fellow Laureate. Pada saat usianya memasuki angka ke 16 tahun ia berhasil meraih penghargaan dari Intel Foundation Young Scientist.
Sejak usia sekolah dasar ia sudah mengambil sekolah homeschooling dan mengambil kelas matematika dan sains di University of Wisconsin–Platteville ketika dirinya berada di kelas 9.
Ia bersama dengan profesor kimia nya yaitu James Hamilton melakukan eksperimen terhadap nanotube agar lebih mudah digunakan. Streich pun akhirnya menemukan caranya yakni dengan cara melarutkan nanotube ke dalam N-Methyl-2-pyrrolidinone.
Kara Fan merupakan seorang ilmuwan yang berhasil mendapat penghargaan 3M Young Scientist Challenge pada tahun 2019 lalu. Kala itu Fan yang berasal dari San Diego, California ini masih berusia 14 tahun dan masih duduk di bangku kelas 8 di sekolah Mesa Verde Middle School.
Kara Fan berhasil menemukan teknologi untuk mengatasi masalah penggunaan antibiotik secara berlebihan. Ia memanfaatkan metode biosintesis-multi-step dan dikatalis enzim yang kemudian dapat mengubah substrat menjadi lebih kompleks lagi.
Ia menciptakan nano perak dengan menggunakan daun lemon dan perak nitrat kemudian dicampurkan dengan larutan dalam air (PVP) hingga menjadi perban cair. Dari temuannya ini merupakan angin segar bagi mereka yang infeksi namun resisten terhadap obat.
Gitanjali Rao adalah seorang anak remaja yang saat ini masih berusia 16 tahun. Ia lahir di Lone Tree, Colorado, Amerika Serikat pada 19 November 2005. Meski masih usia belasan namun ia adalah seorang penemu, penulis, insinyur, serta promotor sains. Pada tahun 2017 lalu ia berhasil merebut penghargaan Discovery Education 3M Young Scientist Challenge.
Ia adalah sosok dibalik penemuan Tethys yaitu teknologi yang berisikan baterai 9 volt, unit penginderaan timbal, ekstensi Bluetooth, dan prosesor. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi adanya racun dalam sebuah larutan.
Tahun berikutnya, Rao juga berhasil mendapatkan Penghargaan United States Environmental Protection Agency President’s Environmental Youth Award serta masuk dalam forbes 30 under 30.
Nama Jackson Oswalt kini tercatat dalam buku Genius World Record sebagai penggemar fusi nuklir termuda. Pasalnya anak laki-laki kelahiran Memphis, Amerika Serikat, 19 Januari 2005 ini berhasil menciptakan fusi nuklir pada tahun 2018 lalu yang artinya ia masih berusia 12 tahun.
Fusi nuklirnya berasal dari perangkat Inertial Electrostatic Confinement (IEC) dengan menggunakan deuterium di laboratorium yang ada di rumahnya sendiri.
Hal yang lebih menakjubkannya lagi adalah fusi yang dihasilkan oleh Jackson Oswalt berukuran lebih kecil, lebih kompak,lebih efisien, dan tidak memerlukan biaya yang besar.
Lahir dari pasangan Claretta Kimp dan Andre Huey-You pada Juli 2002 di Texas, Carson Huey merupakan seorang ilmuwan fisika kuantum yang berhasil menamatkan studi s1-dan s2 pada usia 2019 lalu. Kala itu Carson Huey masih berusia 12 tahun dan sudah menjalankan program belajarnya di Texas Christian University.
Pada saat usianya 17 tahun ia berhasil menamatkan gelar masternya dari jurusan fisika di universitas yang sama dengan program studi sebelumnya.
Carson masih terus melanjutkan pendidikannya yakni dengan mengambil program Doctor of Philosophy yang berfokus pada bidang fisika kuantum. Untuk mendapatkan pencapaian semacam ini tentu membutuhkan kemampuan otak yang super jenius.
Menjadi seorang astronot bukanlah merupakan sebuah pekerjaan yang mudah namun Alyssa Carson berhasil melakukannya pada usia belasan tahun. Anak perempuan yang dijuluki sebagai Astronot Blueberry ini lahir di Hammond, Louisiana, 10 Maret 2001.
Carson sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia luar angkasa sejak usianya 3 tahun dan berhasil menjadi orang pertama yang mendapatkan “NASA Passport Program” tahun 2013 lalu.
Ketika memasuki usianya yang ke 18 tahun, Carson berhasil mendapatkan lisensi pilot dan mendapatkan berbagai latihan seperti mendapatkan sertifikasi scuba, dan pelatihan dekompresi, dan penerbangan gravitasi mikro. Sejak tahun 2019 lalu Carson bergabung dengan Florida Institute of Technology untuk mempelajari bidang astrobiologi.
Yair Israel Piña López merupakan ilmuwan termuda yang kini mengabdikan dirinya di NASA. López lahir di Mexico City pada 25 tahun yang lalu. Ia sudah berhasil menjadi mahasiswa di Escuela Nacional Preparatoria 2 “Erasmo Castellanos Quinto” ketika usia nya masih 15 tahun.
Lopez bersama dengan profesornya yakni Julio Herra dari program Instituto de Ciencias Nucleares UNAM melakukan eksperimen terhadap pembakaran nuklir.
Mereka melakukan penelitian untuk menemukan pembeda antara radiasi dengan partikel lainnya sehingga dapat mengurangi resiko kecelakaan para astronot ketika menjelajah di luar angkasa.
Lopez bergabung dengan NASA sejak tahun 2015 lalu melalui program Orion NASA. Pada saat itu ia berhasil menerbitkan artikel pertamanya mengenai pengembangan detektor dan sensor aktif bersama dengan dokter Epifanio Cruz Zaragoza.
Selain Jackson Oswalt, dunia masih memiliki satu lagi ilmuwan fisika bidang nuklir yakni Jamie Edwards. Pada tahun 2014 yang kala itu Edwards masih berusia 13 tahun berhasil melakukan fusi nuklir.
Ambisinya terhadap bidang fisika nuklir datang setelah mendapat berita seorang anak sekolah di Nevada bernama Taylor Wilson berhasil menciptakan mini reaktor fusi.
Wilson menciptakan penemuannya tersebut pada tahun 2008 ketika usianya masih 14 tahun. Edwards kemudian meminta izin kepada kepala sekolah untuk membuat mesin yang serupa di ruang kelasnya. Siapa sangka ide gilanya tersebut justru mengantarkannya sebagai ilmuwan termuda di dunia.