Daftar isi
Wilayah Kalimantan memiliki banyak kerajaan yang tidak banyak orang ketahui. Orang-orang biasanya akan menjawab Kerajaan Kutai atau Kesultanan Banjar.
Namun, tidak banyak orang tahu kalau di Kalimantan Timur bagian utara terdapat Kesultanan Islam yang bernama Kesultanan Berau.
Kesultanan Berau berdiri pada abad ke-14 di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Awalnya, kerajaan ini bukanlah kerajaan dengan Islam sebagai agama resminya.
Namun, pada kekuasaan Sultan Muhammad Hasanuddin, ia menganut agama Islam dan Kerajaan Berau berganti menjadi Kesultanan Berau.
Raja pertama dari Kesultanan Berau adalah Raja Aji Raden Surya Natakesuma dengan nama asli Baddit Dipatung. Ia memerintah sangat lama dan dikenal sebagai raja yang bijaksana.
Karena itulah, namanya dikenang menjadi nama Korem 091/Aji Surya Natakesuma (ASN).
Wilayah Kesultanan Berau menurut perjanjian antara VOC dengan Kesultanan Banjar sangatlah luas.
Negara Berau, begitulah VOC menyebutnya, terdiri atas Gunung Tabur, Tanjung atau Sambaliung, Bulungan (Kalimantan Utara dan Sabah, Malaysia), dan Tidung (Kota Tarakan).
Artinya, wilayah kekuasaan Kesultanan Berau sangatlah luas hingga mencakup sebagian Kalimantan Timur dan seluruh Kalimantan Utara.
Berikut nama-nama Raja dan Sultan yang pernah memerintah Kesultanan Berau
Raja ke-9 dari Kesultanan Berau adalah Raja Aji Dilayas dan ia memiliki 2 orang putra dari 2 ibu yang berbeda. Karena khawatir terjadi perselisihan, maka pemerintahan Kesultanan Berau selanjutnya bergantian antara 2 keturunan.
Seiring waktu perselisihan semakin sering terjadi. Akhirnya, Kesultanan Berau dipecah menjadi dua, Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.
Kesultanan Sambaliung berlokasi di tepian Sungai Kelay, sementara Kesultanan Gunung Tabur berlokasi di tepian Sungai Segah. Pemerintahan Sultan Zainal Abidin II (1800-1810) menandai berakhirnya Kesultanan Berau.
Karena terpecah menjadi dua, sejarah juga mencatat peninggalan Kesultanan Berau sebagai pecahan dua kesultanan.
Baik Kesultanan Sambaliung maupun Kesultanan Gunung Tabur mengambil alih semua barang peninggalan leluhurnya.
Beberapa yang terkenal antara lain dua keraton yang dipisahkan oleh Sungai Kelay.
Keraton Sambaliung merupakan lokasi tinggal dari keluarga keturunan Pangeran Tua, anak Raja Aji Dilayas dari istri pertama.
Sekarang, keraton ini merupakan salah satu cagar budaya di Kabupaten Berau. Di dalamnya tersimpan beberapa tugu prasasti peninggalan Kesultanan Sambaliung.
Bahkan, di dalam komplek keraton terdapat buaya sepanjang 4 meter yang diawetkan. Buaya tersebut disimpan di kotak kaca di bagian luar keraton.
Keraton Gunung Tabur merupakan lokasi tinggal dari keluarga keturunan Pangeran Dipati, anak Raja Aji Dilayas dari istri kedua.
Gedung keraton kini menjadi salah satu cagar budaya di Kabupaten Berau dan namanya dikenal dengan Museum Batiwakkal atau Museum Gunung Tabur.
Dulunya, lokasi ini adalah tempat tinggal keluarga Keraton Kesultanan Gunung Tabur.
Di dalamnya terdapat barang-barang yang digunakan oleh keluarga Kesultanan Gunung Tabur pada masa kejayaannya.