Nabi Musa adalah rasul yang Allah utus kepada kaum bani Israil. Musa lahir dan besar di Mesir yang kala itu berada di bawah kekuasaan Raja Fir’aun. Musa sendiri adalah anak angkat Fir’aun yang ditemukan oleh istri Fir’aun, Asiah, di Sungai Nil.
Setelah Allah mengutus Musa sebagai rasul, maka Musa mulai mengajak manusia kepada agama Tauhid, yakni dengan menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun. Tentu saja ajakan Nabi Musa ini banyak ditentang oleh kaumnya dan terutama oleh Fir’aun. Hingga pada puncaknya Fir’aun mengklain dirinya sendiri sebagai Tuhan.
Dengan segala kekuasaannya Fir’aun juga menekan rakyatnya agar tidak mengikuti seruan dakwah Nabi Musa, sehingga hanya segelintir pemuda saja. Hal ini sebagaimana telah Allah ceritakan dalam firman-Nya
فَمَا آمَنَ لِمُوسَى إِلاَّ ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِ عَلَى خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِمْ أَن يَفْتِنَهُمْ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِينَ
“Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Firaun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (QS.Yunus : 83).
Nabi Musa kemudian mengumpulkan para pengikutnya untuk menasehati dan meneguhkan hati mereka. Selain itu, beliau juga memerintahkan mereka untuk bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah.
Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa untuk memerintahkan beliau dan pengikutnya membangun rumah yang berbeda dengan rumah orang-orang Mesir agar memudahkan ketika memberitahu suatu berita.
Bertahun-tahun Nabi Musa dan pengikutnya bersabar dan tetap bertawakal kepada Allah atas keadaan mereka. Nabi Musa pun berdo’a sebagaimana dikabarkan dalam Al-Qur’an :
وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلأهُ زِينَةً وَأَمْوَالاً فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّواْ عَن سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلاَ يُؤْمِنُواْ حَتَّى يَرَوُاْ الْعَذَابَ الأَلِيمَ
Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami — akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih”. (QS.Yunus : 88).
Seorang ulama bernama Ibnu Juraij menyebutkan bahwa Fir’aun tetap hidup selama 40 tahun berlalu semenjak Nabi Musa berdoa seperti tersebut diatas. Hal ini menunjukkan betapa berat dan panjang cobaan yang harus dilalui Nabi Musa dan pengikutnya dalam menghadapi kekejaman Fir’aun.
Hingga tiba saatnya Allah memerintahkan Fir’aun dan para pengikutnya untuk keluar dari negeri Mesir. Musa pun keluar meninggalkan Mesir pada malam hari. Mengetahui hal tersebut, Fir’aun sangat murka dan kemudian memerintahkan pasukannya untuk mengejar Musa dan pengikutnya.
Kejadian ini Allah kisahkan dalam firman-Nya:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ * فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ * إِنَّ هَؤُلاَء لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ * وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ * وَإِنَّا لَجَمِيعٌ حَاذِرُونَ * فَأَخْرَجْنَاهُم مِّن جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ * وَكُنُوزٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ * كَذَلِكَ وَأَوْرَثْنَاهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ * فَأَتْبَعُوهُم مُّشْرِقِينَ
“Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli”. Kemudian Firaun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Firaun berkata): “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga”. Maka Kami keluarkan Firaun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. Maka Firaun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit.” (QS.Asy-Syu’araa : 52-60).
Ketika melihat di depan mereka terbentang lautan, para pengikut Nabi Musa merasa khawatir akan tersusul oleh pasukan Fir’aun. Merekapun mengadukan kekhawatirkan mereka kepada Nabi Musa sehingga Nabi Musa menguatkan dan meyakinkan mereka bahwa Allah bersamanya.
Kemudian Allah pun mewahyukan kepada Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke lautan. Laut pun terbelah membentuk 12 jalan dengan dinding-dinding air laut setinggi gunung di kedua sisinya.
فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS.Asy-Syu’araa: 63).
Melihat hal tersebut, Musa dan pengikutnya segera berlari melintasi jalan di lautan yang terbelah itu. Masing-masing suku bani Israil pengikut Nabi Musa melewati jalannya masing-masing.
Ketika seluruh rombongan Nabi Musa telah sampai di seberang laut merah sementara Fir’aun dan bala tentaranya masih berada di tengah jalan di lautan, maka muncullah rasa takut dalam hati Fir’aun dan pengikutnya. Allah mengisahkan dalam Al-Qur’an bahwa saat itu Fir’aun berkata :
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami memungkinkan bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka). Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia,‘Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan (Ilah) yang dipercayai oleh bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’ (QS.Yunus : 90)
Akan tetapi semua telah terlambat dan Allah menjadikan dinding-dinding air laut rubuh menenggelamkan Fir’aun dan seluruh pasukannya.