Daftar isi
Masjid Nabawi, tempat yang diakui sebagai tempat paling suci kedua dalam Islam setelah Masjidil Haram di Mekah, memiliki sejarah yang berakar pada masa Nabi Muhammad SAW. Dibangun pada tahun pertama setelah hijrah beliau dari Mekah ke Madinah, yang saat itu dikenal sebagai Yathrib, masjid ini menjadi simbol keagungan dan keberkahan.
Era modernisasi Masjid Nabawi menandai serangkaian upaya untuk menyempurnakan dan meningkatkan infrastruktur serta pelayanan di salah satu masjid terbesar di dunia. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan jamaah yang terus berkembang, pemerintah Arab Saudi dan otoritas terkait telah meluncurkan berbagai proyek modernisasi yang menggabungkan teknologi mutakhir dengan kekayaan sejarah dan spiritual Masjid Nabawi.
Penggunaan teknologi dalam manajemen masjid telah meningkatkan efisiensi dan pengalaman jamaah. Sistem keamanan, pemantauan, dan manajemen lalu lintas jamaah telah ditingkatkan menggunakan teknologi modern.
Pada tahun 1909, Masjid Nabawi mengalami fase modernisasi dengan dipasangnya listrik. Peristiwa ini bersamaan dengan pemasangan lampu di seluruh Semenanjung Arab, sebagaimana diungkapkan oleh Sultan Ghalib Al Quaiti dalam bukunya yang berjudul “Kota-Kota Suci, Perjalanan Ibadah, dan Dunia Islam.”
Meskipun modernisasi terus berlanjut, usaha tetap dilakukan untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah dan kultural Masjid Nabawi. Keberlanjutan karakter arsitektur klasik, penggunaan bahan-bahan tradisional, dan pelestarian situs-situs bersejarah menjadi bagian penting dari proyek ini.
Dikenal dengan nama Arabnya, Al-Masjid Al-Nabawis, masjid ini menjadi tempat ibadah kedua yang dibangun di Madinah. Masjid pertama adalah Quba, demikian disampaikan oleh Safiurrahman Al-Mubakarakfuri dalam bukunya tentang biografi Nabi Muhammad yang berjudul “The Sealed Nectar.”
Di dalam masjid, terdapat pohon kurma yang dikenal sebagai “Pohon Miswak,” yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai tempat bersandar saat memberikan khutbah. Selain itu, Mihrab Nabawi, atau tempat shalat Nabi, juga merupakan salah satu bagian penting dalam masjid.
Masjid ini memiliki dua mimbar (tempat khotbah) yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Minbar pertama digunakan di Quba sebelum pembangunan Masjid Nabawi, dan minbar kedua digunakan setelah masjid selesai dibangun.
Salah satu ciri khas Masjid Nabawi adalah Kubah Hijau yang terletak di atas makam Nabi Muhammad SAW. Kubah ini menjadi salah satu ikon yang mudah dikenali oleh jamaah yang mengunjungi masjid.
Salah satu keistimewaan Masjid Nabawi adalah pahala salat di sana yang dihitung 1.000 kali lipat dibandingkan dengan salat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram di Mekah.
Setiap salat yang dilakukan di Masjid Nabawi mendatangkan pahala lipat ganda. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa setiap salat di Masjid Nabawi bernilai seribu kali lipat dibandingkan dengan salat di masjid lainnya.
Salat di Masjid Nabawi menjadi peluang langka untuk berdoa. Dikisahkan bahwa doa yang dilakukan di dalam masjid ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Jamaah dianjurkan untuk membawa doa-doa mereka dan memohon kepada Allah dengan penuh keyakinan.
Salat di Masjid Nabawi juga dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan pengampunan dosa. Kebersihan spiritual yang dihasilkan dari ibadah di masjid ini diharapkan dapat membersihkan hati dan memohon ampunan dari Allah.
Masjid ini melibatkan beberapa bangunan bersejarah, termasuk Makam Nabi Muhammad SAW, serta dua sahabat utama, Abubakar dan Umar. Rumah-rumah istri Nabi dan Raudhah, yang dipercayai sebagai taman surga, diintegrasikan ke dalam masjid melalui perluasan yang terus berkembang sepanjang berabad-abad.Menurut hadis Al-Bukhari dari Abu Huraira, Nabi Muhammad pernah bersabda, “Antara rumahku dan mimbar adalah taman surga.”
Kini, Raudhah, sebagai perwujudan dari taman surga tersebut, terletak di dalam kompleks masjid.Berkunjung ke Masjid Nabawi bukan hanya sekadar bagian dari ibadah haji dan umrah, melainkan juga merupakan keinginan banyak jemaah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, sebuah perjalanan spiritual yang memikat hati umat Islam dari seluruh dunia.
Masjid Nabawi, awalnya dibangun di samping rumah Nabi Muhammad pada tahun 632 Masehi, atau 1441 tahun yang lalu, telah menjalani sejarah yang penuh makna. Perlahan namun pasti, melalui perencanaan dan perluasan, masjid ini tetap menjadi pusat spiritual bagi umat Islam selama lebih dari 1.400 tahun.Sejarah perluasan terbesar Masjid Nabawi mencatat perintah dari almarhum Raja Abdullah, dan proses ini masih berlangsung hingga saat ini.
Sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, ia menjulang dengan dekorasi megah dan dilengkapi dengan teknologi canggih yang menggoda mata. Untuk mewujudkannya, Arab Saudi telah mengeluarkan miliaran riyal dalam proyek perluasan ini.Menteri Keuangan Saudi, Ibrahim Al-Assaf, menjelaskan bahwa gedung masjid mencakup luas 1.060 x 580 meter, sementara pelatarannya meluas hingga 1.300 x 785 meter.
Dengan kapasitas mencapai satu juta jemaah di dalam dan 800.000 di pelataran masjid, Masjid Nabawi menjadi tempat ibadah yang luar biasa dalam skala dan fungsi.Dalam upayanya melindungi para jemaah, Raja Abdullah memerintahkan pemasangan 250 payung otomatis di area seluas 143.000 meter persegi. Langkah ini diambil untuk melindungi para jemaah dari terik matahari maupun guyuran hujan, menciptakan kenyamanan dalam ibadah mereka.
Raja Arab Saudi, sebagai penjaga Masjid Nabawi dan Masjidil Haram di Mekah, memiliki tanggung jawab besar terhadap dua tempat suci utama umat Islam. Kedua masjid ini dikelola oleh Badan Presidensi Umum untuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, sedangkan tugas penjagaan kedua masjid tersebut menjadi tanggung jawab Istana.
Salah satu gelar yang dipegang oleh Raja Arab Saudi adalah “Penjaga Dua Masjid Suci,” sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Zarewa. Gelar tersebut mencerminkan peran luhur dalam menjaga kekudusan dan keamanan dua tempat ibadah yang penuh makna bagi umat Islam di seluruh dunia.
Sheikh Hatab mengungkapkan bahwa lebih dari 3.200 orang dengan tekun bekerja untuk menjaga kebersihan dan kesejahteraan Masjid Nabawi. Mereka memberikan upaya maksimal agar masjid tetap suci dan nyaman bagi para jemaah yang datang.
Masjid Nabawi tidak hanya menjaga kebersihan fisik, tetapi juga mengelola fasilitas modern untuk meningkatkan kenyamanan jamaah. Sistem manajemen modern membantu dalam mengatur kelancaran lalu lintas jamaah, memastikan keamanan, dan memberikan layanan yang efisien.
Dalam kerangka meningkatkan pelayanan kepada jamaah, Masjid Nabawi terus berinovasi. Mulai dari sistem informasi untuk memberikan panduan ibadah hingga layanan kesehatan yang memadai, inovasi ini membantu menciptakan pengalaman ibadah yang lebih baik.
Pagar masjid kini mengapit pemakaman Janatul Baqi, sebuah pemakaman yang di masa Nabi Muhammad terletak di pinggiran kota Madinah. Tempat ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi ratusan sahabat Nabi, menambah kekayaan sejarah dan spiritual di sekitar Masjid Nabawi.
Jannatul Baqi adalah pemakaman umum di Madinah, yang terletak di sebelah selatan Masjid Nabawi. Tempat ini menjadi kuburan bagi banyak sahabat Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan tokoh-tokoh Islam awal. Jannatul Baqi juga dikenal sebagai “Taman Surga.”
Di dalam Jannatul Baqi, terdapat makam-makam para sahabat terkemuka seperti Uthman bin Affan, Saad bin Abi Waqqas, dan lainnya. Ziarah ke makam-makam ini menjadi tradisi yang dihormati oleh umat Islam yang datang ke Masjid Nabawi.
Selain makam-makam yang terkenal, Jannatul Baqi juga menyimpan tempat-tempat bersejarah lainnya, seperti markas perang Uhud dan situs-situs yang terkait dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Bangunan-bangunan lain yang menyelimuti Masjid Nabawi mencakup berbagai kantor pemerintah, fasilitas kesehatan, hotel mewah, pusat perbelanjaan, dan jalan-jalan utama. Ini menciptakan sebuah oasis kehidupan di sekitar masjid, tempat di mana spiritualitas dan kemudahan hidup bertemu dengan harmoni.
Masjid Nabawi adalah tempat berkumpulnya umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Setiap harinya, jamaah yang datang untuk melaksanakan salat berjamaah mengisi halaman masjid dengan kehadiran yang meriah. Ini menciptakan atmosfer persatuan dan kebersamaan yang unik.
Raudhah adalah area di dalam Masjid Nabawi yang diyakini sebagai salah satu bagian surga di dunia. Umat Islam berlomba-lomba untuk berdoa di tempat ini, karena diyakini doa yang diberikan di Raudhah akan diijabah oleh Allah SWT. Keberadaan Raudhah menjadi sumber keberkahan dan ketenangan.
Nabi Muhammad SAW, sebagai imam pertama di Masjid Nabawi, memberikan pijakan awal bagi tradisi salat di tempat suci ini. Setelah wafatnya, para sahabat dan generasi penerusnya melanjutkan amanah ini dengan mengemban tugas sebagai imam dalam salat.
Nabi sendiri tidak pernah memiliki wakil imam, namun terkadang meminta Abu Bakar untuk menggantikannya. Kesejahteraan spiritual Masjid Nabawi pun tetap terjaga dalam pandangan para penerus.
Muazin pertama di Masjid Nabawi adalah Bilal Bin Rabah, yang dipilih langsung oleh Nabi Muhammad. Setiap hari, tiga muazin bergantian menyuarakan azan dari “Mukabbariyyah”, tempat khusus azan, dan mengulangi takbir yang dilakukan imam saat salat. Suara Bilal menggema hingga kini sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah dan tradisi Masjid Nabawi.
Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW memerintahkan Bilal untuk menjadi muadzin di Masjid Nabawi. Adzan yang dikumandangkan oleh Bilal tidak hanya menjadi panggilan untuk shalat tetapi juga melambangkan keberanian dan keteguhan hati seorang hamba Allah.
Saat Nabi Muhammad tiba di Madinah dan membeli lahan seharga 10 Dinar untuk mengeringkan kurma dari dua orang yatim, Sahl dan Suhail. Dengan fondasi batu dan dinding lumpur yang dibuat langsung oleh Nabi, masjid ini tumbuh menjadi cagar budaya spiritual. Dari tiga pintu awal hingga perubahan arah kiblat, setiap detail menandakan perkembangan dan kekayaan sejarah.
Nabi Muhammad secara bertahap menambahkan ruangan dan meningkatkan kapasitas Masjid Nabawi seiring dengan pertumbuhan jumlah umat Islam. Pembangunan ini dilakukan untuk menampung jamaah yang semakin banyak dan memberikan tempat untuk berbagai kegiatan keislaman.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umayyah, Masjid Nabawi mengalami perluasan dan peningkatan yang signifikan. Khalifah Umayyah, termasuk Abdul Malik bin Marwan, memperluas bangunan dan meningkatkan estetika masjid dengan ornamen artistik.
Keindahan Masjid Nabawi terpancar melalui arsitektur dan teknologi canggih yang menakjubkan. Dengan presisi dan kemegahan di seluruh gedung, mulai dari interior hingga eksteriornya, masjid ini menjadi perpaduan sempurna antara keindahan dan fungsi. Sistem modern, ornamen yang memikat, dan teknologi canggih menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi para jemaah.
Masjid Nabawi telah mengintegrasikan teknologi modern untuk meningkatkan kenyamanan jamaah. Dengan sistem pendingin udara, pencahayaan modern, dan pengaturan suhu yang canggih, masjid ini memberikan pengalaman ibadah yang nyaman bagi jamaah, terutama di tengah cuaca yang panas di Madinah.
Arsitektur Masjid Nabawi mencerminkan keindahan Islam dengan desain yang mencakup ornamen-ornamen artistik, kaligrafi Arab, dan geometri yang rumit. Kubah-kubah indah dan menara-menara elegan memberikan sentuhan estetika yang memukau.
Lokasi rumah Nabi Muhammad yang awalnya berdampingan dengan masjid menambah nuansa sakral. Di ruang Aisyah, Nabi wafat dan dimakamkan. Proses penentuan lokasi makam melibatkan Abu Bakar, Aisyah, dan Umar bin Khattab, menciptakan cerita yang memperkaya makna spiritual dan sejarah Masjid Nabawi. Perluasan masjid selama berabad-abad membuat kamar, makam, dan bangunan di sekitarnya menjadi bagian integral dari masjid, termasuk kubah hijau yang terkenal.
Masjid Nabawi, yang disebut sebagai salah satu masjid terbesar di seluruh dunia, memukau pengunjung dengan dekorasi yang luar biasa dan teknologi presisi, dengan biaya rekonstruksi, pengembangan, dan dekorasi yang mencapai miliaran riyal.
Tiap tahunnya, jutaan Muslim memadati masjid ini, khususnya selama bulan Ramadan dan musim Haji. Raja Arab Saudi, sebagai penjaga masjid, terus berkomitmen untuk meningkatkan keindahan dan kenyamanan Masjid Nabawi.
Di bawah rindangnya payung megah di Masjid Nabawi, terhampar pita biru revolusioner yang tidak hanya memancarkan keindahan tetapi juga mampu menjaga suhu di bawahnya. Terbuat dari bahan khusus, pita ini memiliki kemampuan menurunkan suhu area di sekitarnya secara otomatis hingga 8 derajat Celsius.
Dalam cuaca yang sering kali mencapai suhu puncak, yakni 45 derajat Celsius di Arab Saudi, kehadiran payung ini tidak hanya menjadi elemen estetika, tetapi juga tempat perlindungan bagi banyak jemaah. Dengan inovasinya yang memukau, payung ini tidak hanya memberikan naungan, tetapi juga menciptakan zona yang lebih sejuk dan nyaman di tengah panasnya cuaca di kawasan Masjid Nabawi.
Mengulik sejarah kekaisaran Ottoman, kita akan menemukan jejak bersejarah saat listrik pertama kali diperkenalkan di Jazirah Arab. Namun, yang menarik, prioritas pertama penerangan listrik justru diberikan pada Masjid Nabawi.
Saat itu, bahkan istana megah Sultan Ottoman di Istanbul belum menikmati kecanggihan aliran listrik. Inovasi cahaya listrik mulai menyinari keindahan Masjid Nabawi sekitar tahun 1909. Sebuah tonggak bersejarah yang menandai Masjid Nabawi sebagai tempat yang mendahului zaman dalam menikmati penerangan listrik di tanah suci.
Masjid Nabawi, dengan keelokan arsitektur dan kekayaan sejarahnya, menonjol dengan enam mihrab yang memikat hati para jamaah. Setiap mihrabnya memiliki keunikan tersendiri, mencerminkan keindahan seni dan keagungan tempat suci ini. Mari kita eksplorasi kecantikan keenam mihrab tersebut:
Keenam mihrab ini bukan hanya bagian dari arsitektur masjid, tetapi juga menyimpan nilai-nilai sejarah dan spiritual yang mendalam bagi umat Islam.
Masjid Nabawi, dengan kekayaan sejarah dan makna spiritualnya, menyimpan sebuah misteri yang menarik perhatian banyak orang: kuburan kosong di dalam kompleks masjid. Kuburan ini menjadi subjek pembicaraan dan spekulasi, menciptakan aura misteri di sekitar Masjid Nabawi
Ada berbagai teori yang mencoba menjelaskan fenomena kuburan kosong ini. Beberapa berpendapat bahwa ini bisa menjadi tanda kenabian atau merupakan bagian dari ketentuan khusus yang tidak kita ketahui.
Meskipun kunjungan ke masjid ini bukan bagian resmi dari ibadah haji dan umrah, namun para jemaah umumnya merasa tidak lengkap jika tidak menyempatkan diri untuk mengunjungi Masjid Nabawi, merasakan atmosfer suci di dalamnya, dan menyampaikan salam ke arah makam Nabi Muhammad.