Seni

Kolintang: Sejarah, Jenis dan Cara Memainkannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Seperti yang kita ketahui, Minahasa merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Utara di mana mayoritas masyarakatnya itu berasal dari Suku Minahasa. Suku ini tentunya mempunyai kebudayaan tersendiri mulai dari adat istiadat, bahasa hingga kesenian.

Salah satu kesenian tradisional yang dimiliki oleh suku Minahasa adalah alat musik yang paling terkenal yaitu Kolintang. Yap, kolintang merupakan alat musik tradisional khas daerah Minahasa yang bernada.

Bentuknya terbilang unik karena disusun oleh serangkaian bilah kayu yang di atasnya terdapat sebuah rak dengan ukuran bilah yang semakin mengecil.

Sejarah Kolintang

Terkait asal-usul kolintang ini sangat erat hubungannya dengan sebuah dongeng Minahasa. Pada zaman dahulu, terdapat sebuah desa yang sangat indah.

Desa tersebut bernama To Un Rano atau yang kini kita kenal dengan nama Tondano. Di desa ini ada seorang gadis yang sangat cantik bernama Lintang, dan berkat kecantikannya tersebut akhirnya dia dikenal di seluruh pelosok desa tersebut.

Kemudian banyak pemuda laki-laki yang jatuh hati kepadanya dan berniat untuk menikahinya. Bahkan tidak hanya cantik, Lintang juga pandai dalam hal bernyanyi dan suaranya pun sangat merdu. Hingga suatu waktu, sebuah pesta muda-mudi diselenggarakan di To Un Rano.

Setelah itu datang seorang pemuda yang gagah dan juga tampan bernama Makasiga yang memiliki keahlian dalam bidang ukir-ukiran.

Ia berusaha untuk dapat meminang Lintang, akan tetapi gadis itu hanya akan menerimanya dengan satu syarat. Adapun syarat tersebut yaitu ia harus mencari alat musik yang memiliki bunyi lebih merdu dari seruling emas.

Dari tantangan yang diberikan tersebut, akhirnya Makasiga pun berkelana luntang-lantung masuk hutan untuk dapat mencari alat musik yang dimaksud oleh Lintang.

Untuk menghangatkan tubuh di malam hari, kemudian Makasiga membelah-belah kayu yang nantinya akan ia jemur. Setelah kering, belahan kayu tersebut diambil satu persatu kemudian dilemparkannya ke tempat lain.

Pada saat itulah akhirnya Makasiga mendengar bunyi-bunyian yang sangat nyaring dan merdu. Perasaan senang yang dirasa oleh Makasiga bukan kepalang dan berkat ketekunan dan keuletannya itu akhirnya ia berhasil membuat alat musik yang sampai sekarang kita kenal dengan nama kolintang.

Jika dilihat bentuk kolintang ini sangat unik yakni hanya berupa serangkaian bilah kayu yang disusun di atas sebuah rak dengan ukuran bilah yang semakin mengecil. Panjang pendek bilahnya itu tentu menyesuaikan dengan nada yang ingin dihasilkan.

Dalam sebuah rak, terdapat dua baris bilah nada kayu di mana setiap nadanya baik itu bagian atas rak ataupun rak bawah mempunyai tinggi nada yang berbeda-beda. Dengan kata lain, semakin banyak bilah maka akan semakin lebar pula jangkauan nada yang akan dikeluarkan.

Secara etimologi, kata kolintang ini berasal dari bunyi tong untuk nada rendah, ting untuk nada tinggi sementara tang untuk nada tengahnya.

Dahulunya, orang Minahasa sering mengajak bermain kolintang dengan mengucapkan “mari kita ber-tong-ting-tang”. Atau dalam bahasa Minahasanya yaitu Maiomo Kumolintang. Sehingga dari kebiasaan tersebut akhirnya muncul istilah kolintang.

Dahulunya, alat musik ini hanya terdiri dari beberapa potong kayu saja yang diletakkan secara berjejer di atas kedua kaki pemainnya yang duduk di tanah kemudian posisi kedua kakinya lurus ke arah depan. Secara perlahan, penggunaan kaki pemain diganti dengan dua batang pisang.

Jenis Kolintang

Hingga saat ini, kolintang telah terdapat beberapa jenis yang berbeda-beda. Jenis kolintang yang berbeda dapat kita lihat dari jenis suara yang akan dihasilkannya. Berikut ini sembilan jenis alat musik kolintang yang perlu kita ketahui:

  • Loway (bass)
  • Cello (cello)
  • Karua (tenor 1)
  • Karua rua (tenor 2)
  • Uner (alto 1)
  • Uner rua (alto 2)
  • Katelu (ukulele)
  • Ina esa (melodi 1)
  • Ina rua (melodi 2)
  • Ina taweng (melodi 3)

Dalam penyusunannya, melodi biasanya diletakan di bagian depan tengah. Untuk bass di bagian belakang kanan, celo di bagian belakang kiri, sedangkan alat lainnya dapat menyesuaikan pada lebar panggung dengan memperhatikan fungsi alat yakni tenor atau alto.

Fungsi Kolintang

Kolintang memiliki fungsi yang lebih beragam. Mulai dari digunakan sebagai pengiring tari, pengiring lagu maupun dimainkan secara orkestra. Dalam pertunjukan musik Kolintang, biasanya seluruh jenis alat musik kolintang ini dimainkan secara terpadu sehingga dapat menghasilkan nada atau suara yang merdu dan enak didengar.

Akan tetapi, bagi kalangan professional biasanya hanya menggunakan 6 alat saja dapat menghasilkan suara yang lebih lengkap. Selain itu, semua jenis alat musik kolintang biasanya disusun dengan formasi tertentu supaya menghasilkan perpaduan nada yang pas serta mudah untuk dikombinasi.

Untuk susunan lengkap biasanya di bagian depan sudah diisi oleh melodi. Kemudian di sisi belakang kiri diisi oleh bass. Sementara sisi belakang kanannya diisi oleh cello. Dan untuk alat lainnya biasanya disesuaikan oleh lebar panggung yang digunakan dengan memperhatikan fungsi tenor dan alto.

Sampai sekarang, masyarakat daerah Minahasa masih sering memainkan alat musik kolintang. Akan tetapi umumnya lebih cenderung berfungsi sebagai sarana hiburan saja. Selain itu, kolintang juga sering digunakan untuk mengiringi tarian tradisional dan beberapa lagu daerah.

Adapun fungsi dari jenis alat musik kolintang yang telah disebutkan sebelumnya yaitu:

  • Cello ini dapat memainkan beragam fungsi instrumen di mana tergantung pada lagu dan kecakapan pemainnya.
  • Bass berfungsi untuk menghasilkan suara yang lebih rendah dan bulat.
  • Tenor berfungsi untuk menghasilkan suara treble yang rendah.
  • Alto berfungsi untuk menghasilkan suara treble yang sedang.
  • Alto 3 berfungsi untuk memrepresentasikan dari fungsi ukulele di mana dapat membunyikan nada-nada yang tinggi.

Cara Memainkan Kolintang

Teknik dalam memainkan alat musik kolintang terbilang cukup mudah yakni dengan memukul bilah-bilah kayu yang ada di hadapan pemain kolintang. Tiap bilahnya tersebut tentunya memiliki nada yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Kolintang dipukul menggunakan sebuah stick khusus. Ujung stick khusus ini biasanya diberikan bantalan kait supaya suara yang dihasilkan dapat terdengar bagus sama halnya dengan alat pukul yang digunakan pada gamelan.

Adapun stick yang digunakan biasanya terdapat tiga stick dengan nomor yang berbeda-beda seperti:

  • Stick nomor 1 dipegang pada tangan kiri.
  • Stick nomor 2 dipegang pada tangan kanan yakni berada di antara telunjuk dan ibu jari.
  • Stick nomor 3 dipegang pada tangan kanan yakni berada di jari tengah dan jari manis.
  • Terkhusus bagi stick nomor 2 dan 3 ini biasanya dipasang di sela-sela jari sesuai dengan accord yang akan dimainkan.

Sama seperti alat musik lainnya, kolintang ini memiliki accordnya sendiri yang dapat dipukul secara bersamaan. Akan tetapi untuk jenis kolintang bisanya dimainkan tanpa accord, jadi disesuaikan dengan nada yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam memainkan kolintang hanya perlu dua stick saja.

Adapun cara memukulnya harus menyesuaikan dengan ketukan dan irama dalam lagunya. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kolintang menarik di mata banyak orang.